Wajah kota Jingga malam itu masih tampak semarak. berbagai macam warna yang kerlap-kerlip dari lampu kota menghiasi jalanan menambah semaraknya suasana. festival malam yang diadakan di kota menambah keramaian kota di malam itu.
di malam itu, kota jingga sedang mengadakan festival malam sebagai bagian dari perayaan ulang tahun kota tersebut. banyak warga masyarakat yang lalu lalang menyaksikan perayaan tersebut dari dekat. ada panggung hiburan yang menampilkan berbagai macam pentas seni yang menampilkan karya seni kreatif dari masyarakat, mulai dari nyanyi, tarian dan drama kolosal karya rakyat kota jingga ditampilkan disitu. ada juga pertunjukan kembang api yang membahana di langit kota tersebut. tak hanya menampilkan pertunjukan kembang api, di samping kiri dan jalan ada berbagai macam dagangan yang oleh para pedagang, mulai dari mainan sampai Jajanan khas kota tersebut. di sudut jalan ada juga orang yang lagi pacaran, bermesraan dengan kekasihnya. tangan mereka saling berpaut seakan tidak mempedulikan banyak orang yang lewat. ada juga anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan tapi gak dituruti. ada juga anak kecil yang berlarian melewati beberapa orang yang lewat.
sekarang kita tinggalkan sejenak festival kota untuk menengok satu sudut rumah di kota tersebut, ya di salah sudut kotanya, tepatnya disebuah rumah yang bisa dibilang tidak sederhana tidak juga mewah. di dalam rumah yang bercat biru muda tersebut tepat di salah satu kamarnya, ada seorang gadis yang berambut hitam lurus panjang sebahu dengan memakai piyama warna merah jambu tanpa memakai apapun di dalamnya sedang tertidur pulas di sebuah kasur berseprei biru muda dan hanya ditemani bantal dan guling dengan corak warna yang hampir sama dengan warna sepreinya. gadis itu sekarang sedang menikmati mimpi indahnya di kamar tersebut. matanya masih terpejam di kasur empuk tempat ia melepaskan lelahnya. setelah seharian penuh ikut sibuk dalam kepanitiaan acara pengajian Akbar menyambut Ulang tahun kotanya dimana ia bertindak sebagai pembawa acara, sedangkan abinya sebagai penceramah, dan uminya bertindak sebagai qori.
saat acara tersebut dia memakai kemeja lengan panjang warna putih berpadu dengan bawahan rok panjang warna hitam serta jilbab warna hitam serasi dengan seragam yang dipakai oleh temannya tapi ia tidak mengenakan apapun di dalamnya maksudnya saat itu dia tidak mengenakan beha dan celana dalam, meskipun demikian dia tidak risih dan canggung karena kemeja yang ia pakai berkain tebal dan tidak transparan . ia juga tampil begitu anggun dalam membawakan acara pengajian Akbar tersebut.
gadis itu bernama alfiatun shoba Munir yang biasa dipanggil adalah Alfi oleh teman dan keluarganya. alfi adalah seorang gadis remaja yang tinggal di sebuah kampung yang masih kental menjalankan tradisi keislamannya. dia dilahirkan dari keluarga sederhana yang sudah menanamkan nilai-nilai keislaman sejak kecil. suasana keagamaan tampak menghiasi sudut rumahnya hampir setiap hari. abinya begitu ia memanggil orang tua laki-lakinya adalah karyawan perusahaan swasta yang merangkap juru dakwah di kampungnya. sedang uminya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. ia tinggal bersama kedua orang tua dan kakak laki-lakinya yang sedang mengenyam pendidikan di universitas islam di kota seberang.
dalam kehidupan sehari-hari, alfi yang sekarang duduk di bangku kelas sebelas mipa di sebuah Madrasah Aliyah swasta yang ada di dekat kampungnya adalah sosok yang rajin dan terkenal siswi telada yang selalu mendapat ranking pertama di kelasnya. tidak hanya itu, ia juga dikenal sebagai anak yang aktif berorganisasi di sekolahnya dan ikut berbagai kegiatan ekstra terutama ekstra kerohanian Islam dan di dapuk sebagai sekretaris umum di organisasi tersebut. tidak hanya di sekolah, di kampungnya pun ia aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan seperti acara pengajian acara pengajian Akbar tadi sore.
sekarang marilah kita biarkan dia tidur sejenak tuk menikmati mimpi indahnya di bawah remang remang cahaya lampu kamar yang redup dan pintu kamar yang tidak terkunci.
Festival besar memang menyita perhatian seluruh penduduk kampung kota jingga saat itu. Mulai dari yang memiliki penghasilan tinggi hingga kaum yang tempat tinggal pun entah ikut siapa. Semua tumpah ruah di tempat yang sama.