"Kakak ipaar..... lihatlah kamu ada di majalah bisnis nasional sebagai wanita yang menyebarkan inspirasi." teriak Jacky memasuki rumah Ryuji.
teriakan Jacky dipagi hari itu sontak merusak suasana romantisme sepasang suami istri ini di meja makan. Meski begitu Ryuji tersenyum lega setelah semalaman dia harus menghibur istrinya agar melupakan kejadian memalukan di pesta pagi ini mendengar bahwa dia menjadi wanita inspiratif pasti akan semakin membuat suasana hatinya membaik.
"Wah.... dari mana mereka mendapatkan fitoku???" tanya Safira yang masih tak percaya dirinya dinobatkan sebagai wanita yang menginspirasi.
"Kakak lupa??? saat awal menjadi nyonya Tanaka bukankah kakak sempat foto bersama dengan si Ryuji?" kata Jacky duduk di kursi samping kanan Ryuji.
Ryuji yang tadinya hanya mengamati senyum Safira seketika melempar roti panggang di piringnya kearah Jacky dengan wajah menahan emosi, bukanya marah atau takut Jacky malah tertawa terbahak melihat respon Ryuji.
"Apa kamu senang Safira???" tanya Ryuji
"Jelas saja.... aku bahkan tidak pernah mendapat penghargaan untuk perusahaanku sendiri di Indonesia, tapi disini aku masuk majalah nasional dan di nobatkan sebagai wanita yang membawa inspirasi karena program tayangan televisi untuk perusahaanmu " jawab Safira sembari terus mengumbar senyum dan mendekap erat majalah ditanganya.
Lega Rasanya Ryuji melihat istrinya kembali tersenyum dan melupakan kejadian di pesta semalam, sayangnya Ryuji belum melupakan hal memalukan itu dan berusaha mencari tahu siapa orang dibalik ini semua.
"Jacky kamu temani Safira kemanapun dia pergi, aku takut akan ada orang yang berusaha mencelakai Safira lagi." titah Ryuju
"eh... tapi aku masih harus menyelesaikan urusan rumah sakit." Jacky menjawabnya dengan mulut yang masih penuh dengan roti bakar
"iya... lagi pula hari ini aku akan ke mall sama Silvi, gak perlu Jacky." sahut Safira
Ryuji menggapai tangan Safira dan mengelusnya mesra "Sayang, aku tidak ingin kejadian mengerikan beberapa hari terakhir terulang lagi. Banyak orang diluar sana yang sedang mengincar ku dan langkah terbaik menghancurkan ku adalah melukaimu, kau tahu aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu lagi." kata Ryuji menenangkan
keduanya saling beradu pandangan mesra, genggaman tangan diatas meja makan pun semakin erat, Safira merasakan kehangatan dalam pandangan Ryuji yang melelehkan gubahan salju ketakutan dalam benak Safira. perlahan Ryuji mengecup mesra kening Safira.
"ehem...!!!" pekik Jacky "Baiklah aku tahu kalian sedang dimabuk cinta tapi kumohon jangan beri aku sarapan pemandangan ini, huh beberapa hari ini aku sudah mengabaikan wanita - wanita itu jika kalian melakukannya dihadapan ku aku akan kembali menghubungi mereka." Jacky mengeluh
wajah Safira merah padam dia merasa malu tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dihadapan Jacky. ditengah suasana yang canggung itu terdengar teriakan dari seorang wanita yang tak asing lagi Silvi.
"Pagiii !!!!!!" pekiknya
Jacky menghampiri Silvi dan melingkarkan tanganya pada pundak Silvi seraya berkata "huh syukurlah kamu datang setidaknya jika mereka melakukan adegan romantis lagi aku ada teman buat melakukan hal yang sama." kata Jacky bercanda.
wajah Silvi merah padam mendengarnya, matanya terbelalak, tubuhnya menegang dan degub jantungnya terdengar sangat kencang. meski buat Jacky adalah bercanda tapi kata -kata itu pasti dianggap serius oleh seseorang yang sedang jatuh hati pada orang yang mengatakan kata itu.
"Sudahlah, aku akan pergi ke kantor dan Jacky walau kamu bersama Safira jangan lupakan tugasmu, aku mau nanti siang sudah mendapatkan informasinya." kata Ryuji berlalu kekamarnya
"heyyyy Ryuji.... kamu gila??? aku bukan amoba yang bisa membelah diri, mana mungkin melakukan dua pekerjaan bersamaan di tempat yang berbeda??" teriak Jacky mendongakan kepala mengikuti langkah Ryuji kelantai 2 rumah megah itu.
****
Jacky melakukan permintaan Ryuji untuk terus bersama dengan Safira kemanapun ia pergi.
Di sebuah Mall milik Ryuji mereka menghabiskan waktu bersama, karakter Jacky yang ceria dan sangat fleksibel membuat dia mudah mengikuti gaya kedua gadis yang masih kekanak - kanakan diusianya yang termasuk usia dewasa terlebih Safira.
"Hey... Jacky ayo kita main di tempat permainan itu" kata Safira menunjuk sebuah tempat game di mall
Jacky menggosok hidungnya dengan jari telunjuknya seraya berkata "hmm baik siapa takut??"
Safira melirik nakal Silvi yang wajahnya mulai merah padam, baru beberapa langkah Silvi menarik lengan Safira kuat "kamu mau bikin aku salting ya?? " bisik Silvi
"eh.... kenapa??? aku cuma mau bantu kamu biar lebih deket sama Jacky" Jawab Safira santai
"Jangan buat aku salting ya.... awas aja kamu !" ancam Silvi.
ketiga orang itu masih berjalan menuju tempat permainan tapi langkah ketiganya terhenti saat mendengar seseorang memanggil nama Safira.
sosok seorang pria tampan berwajah bule dengan tinggi sekitar 180cm bak seorang dewa turun dari langit dengan stelan kemeja putih celana putih dan jas berwarna baby pink, pria dengan warna rambut hitam kecoklatan dan bola mata berwarna hijau berkilauan berjalan santai mengumbar senyumnya yang menawan ke arah Safira, Silvi dan Jacky.
"hay..... tidak ku sangka bisa bertemu kalian disini." katanya menyapa
"tunggu siapa kamu??? " tanya Jacky menatap tajam pria tampan yang masih mempertahankan senyumnya itu
"Eeh... Jacky jangan gitu, ini adalah kak Arthur, dia kakak kelas kami saat masih duduk di bangku SMA." sahut Silvi menjelaskan
Pandangan mata Arthur tak lepas dari wajah Safira demikian pula Safira dia masih tak percaya bertemu pelindungnya saat ia masih SMA.
"kak Arthur apa kabar??" tanya Safira
"Aku baik, kudengar kamu sudah menikah?" tanya Artur
"Iya, aku menikah 9 bulan yang lalu."
"Wah sudah cukup lama ya, sangat menyesal aku tidak bisa menghadirinya." kata Arthur
tak hanya Safira tapi Silvi jadi salah tingkah bagaimana bisa mereka melupakan kakak kelas ini saat pesta pernikahan Safira kala itu pikir keduanya.
"Ah....tenang saja kak, aku belum menikah jadi aku akan mengundang kakak saat aku menikah nanti." sahut Silvi penuh semangat
"ha..ha...ha ... ternyata aku memang tidak diundang ya???" tanya Arthur membuat kedua wanita itu semakin malu.
Jacky semakin merasa tidak berguna dia seperti orang asing diantara sahabat lama itu, melihat dua wanita itu tertawa lepas dengan obrolan ringan pria asing ini.
"hey..... kalian mengabaikan ku, baiklah kalian ngobrol aja aku jalan- jalan dulu." Jacky membuang muka dan meninggalkan mereka di sebuah cafee dalam mall.
"Safira... apakah kamu baik - baik saja?? apa suamimu memperlakukanmu dengan baik??" tanya Arthur menelisik
"uhuk... uhuk...." Safira terbatuk menatap pria tampan dihadapanya memandang penuh rasa ingin tahu
"he...he..he... dia sangat baik kak, dia sangat mencintai Safira. suaminya itu bahkan tidak bisa jauh sedetikpun dari Safira dan sangat takut terjadi sesuatu pada gadis ini. lihat saja dia bahkan meminta sahabatnya mengikuti kemanapun Safira pergi saat dia bekerja." jawab Silvi mencairkan suasana mengetahui keadaan diantara mereka mulai canggung
"Ah.... Anjing kecil sekarang jadi juru bicara kucing kecil ya???" Artur tersenyum tidak puas dan menyindir
"ah... bu...bukan begitu kak." kata Safira
"sudah sudah .... aku cuma bercanda, kalian masih saja seperti dulu kompak. tapi masalah suami mu mengapa dia tidak menjaga mu sendiri??? malah meminta bantuan orang lain?? tidak takut kucing kecil yang imut ini di goda orang lain???" tanya Arthur lagi
"hmmmm bukan begitu kak... saat ini sedang ada sedikit masalah diperusahaanya jadi dia harus berada dikantor." jelas Safira
"oh ya.... bagaimana bisnis kak Arthur??? dan apa yang kak Arthur lakukan di Jepang??" tanya Safira lagi
"hmmmm cafe ku berkembang cukup baik di beberapa kota di Indonesia, dan mengenai kedatanganku ke Jepang karena aku menghadiri seminar pelatihan pengusaha di sini." senyumnya kembali terpampang melelehkan suasana yang mulai membeku.
"kak Arthur kapan kamu menikah???" celetuk Silvi
"Silvi kenapa kamu tanya gitu ke kak Arthur??? dasar gak tau malu ya kamu...aku gak kenal kamu." kata Safira membuang muka dari Silvi
"hmmmm mungkin tidak akan menikah." jawabnya
"kenapa begitu??? " pekik Silvi
"iya kak.... kenapa begitu??? kak Arthur tampan, baik, mapan, dan sangat bijaksana wanita kan tinggal pilih." lanjut Safira
"bagaimana bisa menikah kalau jodohku sudah menikah dengan orang lain" Arthur mendekatkan wajahnya ke wajah Safira sekejap waktu seakan terhenti, mereka mematung dalam posisinya dan suasana menjadi sangat canggung.
"he...he..he... bercanda, aku akan mengundang kalian jika aku akan menikah kelak." Arthur tersenyum sembari mengelus kepala Safira gemas
Jacky tiba - tiba saja muncul melihat kedekatan dan tatapan mata Arthur pada istri sahabatnya membuatnya sedikit tidak nyaman "Hay bro.... tuan Arthur.... kalian sangat akrab ya...." Jacky meletakan tangan kananya di bahu Arthur
"iya.... kamu adalah teman sekampung dan sudah lama tidak bertemu jadi kami sedikit bernostalgia tadi. maaf mengganggu hari kalian tuan Jacky." kata Arthur sopan
"ha...ha...ha... tenang saja aku tidak tersinggung dengn sikapmu ini." jawab Jacky.
kedua pria ini saling mengumbar senyum tapi tatapan mata mereka saling mengintai membuat atmosfir di sekitarnya menjadi horor.
"kalian tersenyum tapi mengapa aku seperti ada di rumah hantu ya.... " kata Silvi mencairkan suasana.
"ini si singa gak ada disini kalau disini bisa bisa suasananya makin serem." bisik Silvi pada Safira
"baiklah anjing kecil, kucing kecil pangeran kodok pergi dulu ya.... jaga diri baik baik." kata Arthur memberi salam perpisahan sembari mengelus kepala Safira.
"tuan Jacky saya pamit selamat siang." Arthur membungkukan badanya dan berlalu meninggalkan Safira, Silvi dan Jacky di cafe.
"hey... apa kalian seakrab itu pada teman sekampung???dan apa maksudnya anjing kecil dan kucing kecil???" Jacky bertanya menginvestigasi. namun sayangnya kedua wanita dihadapanya itu hanya tertawa mengikik melihat wajahnya yang tampak konyol. Jacky adalah lelaki yang memiliki IQ tinggi tapi dia terlihat bodoh dengan tingkah istri sahabatnya serta Silvi sahabatnya Safira
Jacky masih terdiam memikirkan bagaimana seseorang bersahabat seakrab itu?? sedang bahkan dia, Ayumi dan Ryuji tak bisa sedekat itu walau bersahabat sejak kecil.
kriiing..... kring... (HP Jacky berdering)
"Apa..!!!!! jangan asal bicara kamu...!!! kirim padaku buktinya, jika ku memeriksanya dan kamu salah orang maka kamu tahu hukuman apa untukmu.!!!" pekik Jacky kemudian menutup telponya
"kakak ipar, Silvi kita harus pulang aku ada keperluan." kata Jacky tegas