Ryuji berlari membelah lautan manusia di bandara, ia harus segera ke kantornya setelah kembali dari Eropa.
Siang itu udara di Jepang sangat panas entah berapa derajat suhu udara disana tapi itulah yang dirasakan Safira yang tak pernah menghadapi suhu ekstream di Indonesia ...
Ryuji kembali berlari saat ia menginjakan kakinya di lobi kantor.
sraaaaak....
Ryuji membuka pintu ruang kerjanya dan dia terbelalak melihat pemandangan yang tak terduga, Safira telah menyambut tuan Lu, tuan Tang, dan nona Han mereka terlihat sangat akrab.
"tuan Tanaka.... anda sudah datang?" kata tuan Lu saat melihat sebagian tubuh Ryuji hendak memasuki ruangannya."
Safira menoleh ke arah pintu melihat Ryuji memasuki ruang kerjanya "Oh.... baiklah karena suami saya sudah datang jadi saya akan meninggalkan kalian." Safira membungkukan badanya
"Tidak perlu....tunggulah disini kami akan bicara diruang rapat." kata Ryuji dengan wajahnya yang datar matanya sama sekali tak menatap istrinya meski ia ingin sekali menatapnya.
Barisan tamu Ryuji mulai melangkah keluar ruangan Ryuji
"tuan Tanaka istri anda sangat lucu dan orang yang humble, anda pasti bahagia bersamanya." kata tuan Lu ketika berdiri melewati Ryuji yang berdiri di daun pintu.
***
"Jangan mengucapkan terima kasih, aku melakukanya untuk balas budi." kata Safira menyambut Ryuji hendak memasuki ruanganya.
Pengusaha tampan itu menarik ujung bibirnya hingga tercipta senyum penuh makna diwajahnya, ia berjalan mendekati Safira, namun terhenti disebuah sofa besar diruanganya.
"Hmmm...kamu mau balas budi???" Ryuji menempatkan dirinya di sofa dekat Safira berdiri.
"Ya.... kamu telah menyelamatkan perusahaanku, jadi aku balas dengan menjamu para tamumu." Jawab Safira Percaya Diri sambil menyilangkan tangan di dada
"Sudah ku katakan aku menyelamatkan perusahaanku sendiri bukan perusahaanmu, jadi kamu tak perlu membalas budi." wajahnya kembali datar dan dingin
"Sudahlah aku sudah mengetahui semuanya... jadi kamu tak perlu menutupinya dariku"
Ryuji beranjak dari sofanya dia mendekati Safira dengan sorot mata yang tajam membuat Safira gemetar ketakutan. Tubuh mungilnya yang berjalan mundur menghindari Ryuji hingga ia menghentikan langkahnya karena tertahan oleh meja kerja Ryuji, Ryuji mendekatkan dirinya sangat dekat dan berbisik "Lalu apa menurutmu itu cukup?"
Safira mendorong kuat tubuh suaminya hingga menjauh beberapa langkah dari tubuhnya, Safira membetulkan posisi berdirinya.
"Oh ayolah tuan Tanaka, aku percaya dengan kata- katamu bahwa kamu mencintaiku, tapi tahukah kamu Jepang dan Indonesia adalah negara yang jauh dan sangat berbeda?"
"...." Ryuji hanya memberikan tatapan menelisik pada istrinya.
"Karena perbedaan itu sekuat apapun Jepang menyerang Indonesia maka mereka tidak pernah menjadi kesatuan hanya ada perjanjian bilateral, meskipun Jepang sudah membantu Indonesia terlepas dari jerat penjajah Belanda. Jadi itu pula yang akan terjadi pada kita hanya ada perjanjian bilateral diantara kita dan tidak akan menjadi satu kesatuan, singkat kata Aku tak bisa menerima Cintamu."
Bak disambar petir disiang bolong mendengar penolakan Safira, Ryuji berusaha mempertahankan wajah tenangnya
"Jepang tidak kalah, mereka hanya mundur karena merasa kekurangan amunisi setelah menerima bom atom dari sekutu, dengarlah Aku tak pernah memintamu untuk menerima cintaku."
Safira tercekat, wajahnya merah padam, bagaimana bisa Ryuji memutar perkataanya dan membuatnya malu dengan penolakan kembali oleh Ryuji.
"Tunggu...!!" Safira mengernyitkan alisnya dan memanyunkan bibirnya "Jepang mengakui kekalahanya dan menyatakan kemerdekaan Indonesia, tapi kamu...."
Ryuji membelai rambut panjang Safira dan memotong ucapan Safira "Aku juga melakukan hal yang sama.... aku menyatakan perasaanku dan tetap membebaskanmu dengan pilihanmu." Ryuji tersenyum seakan mengolok keangkuhan Safira
"Baiklah ....hmmmm Ryuji meski saat itu Jepang datang ke negaraku untuk menjajah mereka juga mengajarkan kami banyak hal termasuk meningkatkan pertahanan, strategi perang, dan pembangunan infrastruktur. Ku rasa kamu juga harus melakukan hal yang sama.... ajari aku tentang berbisnis, memperkuat pondasi bisnis dan meningkatkan bisnis ke kancah internasional." perintah Safira pada Ryuji
"Kamu memerasku???"
"Tidak...." Safira mengangkat kedua alis dan bahunya kemudian memalingkan wajahnya dari pandangan intimidasi Ryuji.
Tatapan dingin Ryuja kembali lagi membekukan lidah Safira, Ryuji tersenyum manis membuatnya terlihat berbeda dari biasanya yang selalu terkesan angker.
"Kamu tertawa???" Safira melirik keheranan
"Ah.... tidak... sudahlah aku menerima perjanjian bilateral ini." Ryuji mengalihkan pembicaraan.
Safira meloncat kegirangan, tak sadar dia juga melakukan tarian konyol dihadapan Ryuji saking bahagianya. bagaimana tidak Ryuji adalah pengusaha muda yang sangat kompeten dia mampu mengembangkan usahanya dalam waktu 12 tahun dan menjadi perusahaan yang berpengaruh di dunia.
menyaksikan tarian konyol Safira membuat Ryuji tertawa terbahak seluruh rongga mulutnya terlihat jelas karena Ryuji membuak mulutnya lebar- lebar