"Aaaach..."
"Maaf Safira aku hilang kendali, tapi kamu menikmatinya." Ryuji melepaskan ciumanya karena saking bergairahnya dia sampai menggigit bibir Safira.
"Hmmmm... aku....aku akan belajar mencintaimu...dan anggap ini adalah ciuman perayaan pasangan baru." Safira menundukan wajahnya
"Tapi... kita sudah melakukanya."
"Waktu itu aku mabuk dan tidak sadar sepenuhnya"
"Kamu memang seorang yang dingin tapi kamu juga telah membantuku dibanyak hal maka belajar mencintaimu adalah cara berterimakasih yang cukup layak " batin Safira menatap dalam mata Ryuji yang kembali memasang wajah dinginya.
***
Seperti biasa Ryuji sudah meninggalkan ratunya di peraduannya, nyonya Mo mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan Safira sesuai dengan permintaan Ryuji.
"nyonya Mo... apa Yurin sudah datang?"
"Eh Nyonya sudah bangun???, sepertinya nona Yurin akan terlambat hari ini karena ada pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan." nyonya Mo segera merapikan tempat tidur majikanya itu setelah ditinggal sang pemiliknya mandi.
"nyonya Mo... siapkan peralatan masak, hari ini aku ingin memasakan makanan untuk makan siang Ryuji." titah Safira dari dalam kamar mandi
Mendengar itu nyonya Mo tersenyum bukankah ini adalah momen langka nyonya Safira yang lebih sering berdiam diri di kamar dan selalu berfikiran buruk pada semua orang dirumah ini sekarang berniat membuat makanan untuk Ryuji.
***
Safira bergegas ke ruangan Ryuji tanganya mementeng sebuah tas yang berisi sepaket kotak makan, Safira begitu bersemangat hingga tanpa sadar ia meninggalkan Yurin didalam lift.
yaaa sejak kejadian penculikan Yurin masih terus mengekori Safira dia hanya akan meninggalkan Safira saat ia menjalankan tugas penting perusahaan. Safira juga menjadi lebih penurut dia merasa nyaman bersama Yurin meski Safira merasa Yurin tak seasik sahabatnya Silvi setidaknya dia jadi punya teman ngobrol dan shopping bersama.
"Ryuuuuu...." pekik Safira
Senyumnya yang lebar tiba- tiba meredup baru saja ia mempercayai Ryuji tapi sudah melihat lelaki itu berduaan dengan wanita lain terlebih posisi mereka tidak bisa dikatakan wajar. Seorang wanita berambut pendek tersenyum menggoda pada Ryuji sembari menrik dasinya mereka terlihat sangat dekat bukan seperti seorang rekan kerja.
"Safira???" Ryuji terkejut melihat Safira datang kekantor meski dia sudah tidak dalam kegiatan mentoring.
wanita itu masih memegang erat dasi Ryuji, membuat Safira merasa gerah dan ingin melahap habis wanita ini.
" Heiii siapa kamu??? berani sekali menarik dasi CEO besar seperti Ryuji tanpa hormat begini!" bentak Safira pada Wanita Jepang itu sambil melepaskan tangan wanita itu yang menggenggam dasi Ryuji
Ryuji terbelalak melihat apa yang dilakukan Safira,
"Safira duduklah..."
Dengan lirikan tajam yang terus dihunuskan pada wanita itu Safira duduk di sofa panjang ruangan Ryuji.
"Kenalkan ini adalah Ayumi sahabat kecilku." kata Ryuji
Ayumi tersenyum manis pada Safira dan mengajak Safira berjabat tangan, Safira hanya memalingkan wajahnya dan mulai membuka bekal yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Tanaka sepertinya aku harus pulang sekarang, kehadiranku tidak diharapkan disini." Ayumi beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan itu.
Ryuji yang selalu bersikap tenang itu tak begitu memperdulikan apa yang terjadi, dia tetap pada dirinya yang dingin dan kaku.
"Mengapa kamu bersikap seperti itu pada Ayumi?" tanya Ryuji dengan tatapan kosong
"Hmmmm sudahlah kita bahas itu nanti... lihat aku memasakanmu masakan Indonesia untuk makan siangmu, ayo makanlah." Safira menyajikan seluruh makanan yang dibawanya itu dimeja tamu.
"Bersikaplah sopan pada Ayumi dia teman baik ku sejak kecil." Ryuji masih tak menghiraukan Safira bahkan ia tak memandang makanan yang dibawakan Safira untuknya.
"Baiklah jika itu maumu, tapi lihatlah aku membawakanmu rendang, sup kepala ikan dan juga perkedel, huft sulit sekali mencari bahan- bahan ini, Jadi makan dan habiskan." Safira dengan semangat mempromosikan masakanya meski Ryuji tak melirik masakanya sekalipun.
"Mengapa kamu tidak mendengarkanku?? dengarkan aku baik- baik hargai setiap tamuku terlebih Ayumi." Ryuji meninggikan suaranya sembari menghujam Safira dengan tatapan kemaran saat ia beranjak dari sofanya.
"Stop!!! hah mengapa kamu selalu fokus pada Ayumi Ayumi Ayumi.... jika kamu begitu mentukainya kenapa tak menikahinya??? dengan begitu hidup kita tidak akan sesulit ini." Safira pun mulai berteriak pada Ryuji, dia berdiri hendak meninggalkan ruang kerja suaminya.
tapi....
Sreeek .....
Ryuji memeluk istrinya dari belakang "Sial!!! mengapa aku tak memahmi juka Safira mulai tidak nyaman melihatku dengan wanita lain?" batin Ryuji sambil tersenyum lega.
"Maaf.... aku tidak tahu kalau kamu cemburu." bisik Ryuji ditelinga kiri Safira
"Apa????Cemburu????, yang benar saja...aku tidak cemburu!" Safira meronta tapi Ryuji malah membalikan tubuh istrinya itu menghadap kearahnya dengan pelukan yang semakin erat.
"Benarkah kamu tidak cemburu???" baiklah aku akan memanggil Ayumi....
plak.....
tamparan lembut mendarat dipipi kiri Ryuji menghentikan perkataanya
"Sekali lagi kamu mengatakan namanya aku tak akan....hmmmmm .."
Safira masih belum menyelesaikan pembicaraanya tapi Ryuji sudah melumat habis bibir sexi Safira. Safira tak membalas ciuman Ryuji dia bahkan menarik dan memalingkan wajahnya
"Apakah karena ciuman kita malam itu membuatmu ingin memilikiku seutuhnya, sayang?" tatapan nakal Ryuji menyergap Safira.
Ryuji hendak mendaratkan kembali ciumanya pada bibir Safira tapi wanita itu lagi- lagi menolaknya, tak kehabisan akal Ryuji mengelus pipi Safira dengan ujung hidung mancungnya dan membawanya pada leher Safira. Ryuji mengecup dan menggigit leher Safira, kini darah Ryuji yang tadinya dingin menyeuap mengalir dengan cepat keseluruh persendian tubuhnya, suhu tubuhnya memanas nafasnyapun mulai tak beraturan.
Safira mendesah kesakitan saat Ryuji menggigit kecil leher Safira
"kamu.... kamu seperti vampir hmmmmm..."
Ryuji kembali melumat bibir Safira, kali ini Safira tak mampu menolak cuiman Ryuji tubuhnya Safira mulai bergetar suaranya yang melengking lambat laun berganti desahan kemesraan.
Ryuji menjalarkan lidahnya menyusuri ruangga mulur Safira, sesekali Ryuji menarik dan menggigiti bibir dan lidah istrinya. Mereka hanyut dalam kenikmatan kecupan sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, aliran darah Ryuji semakin memanas jantungnya memompa darah jauh lebih cepat dan memusatkanya di satu titik terpenting Ryuji.
Begitu kuat pemusatan itu hingga Safira yang berada dalam pelukan Ryuji merasakan ada sesuatu yang aneh dan mengganjal, terasa seakan membelai perut Safira yang memang menempel pada tubuh Ryuji.