Wajah Safira murung ia dipaksa pulang ke rumah dan tidak diperkenankan menunggui suaminya di rumah sakit.
"Safira kenapa kok murung?? bukanya dari kantor melepas rindu??? sambut Silvi dengan senyuman menggoda
tak ada kata terucap tatapan mata Safira tertuji pada nyonya Mo yang sedang membersihkan meja makan, mengetahui dirinya sedang diintai elang kelaparan maka nyonya Mo bergegas meninggalkan rumah utama.
"Heh cerita donk??? apa dia membalas dendam dengan menghentikanya ditengah saja??? atau dia tidak bisa memuaskanmu jadi kamu murung gitu???" Silvi mengamati wajah lesuh Safira sahabatnya
Safira menghentikan langkahnya dan mendorongkan jari telunjuknya pada dahi Silvi "Dasar otak mesum.... kukira dibalik tempurung ini berjajar gaun - gaun cantik tapi ternyata hanya ada selangkangan disana."
"Hey.... itu naluri tau wajaaar... toh aku nanya sama orang yang udah nikah jadi wajar lah?" Silvi mengekori Safira yang berjalanlambat tak bertenaga
"Ayolah Fira jangan buat sahabatmu ini mati gara gara penasaran."
"Mati aja sana....punya sahabat berotak mesum gak ada untungnya. " Safira mulai menaiki anak tangga kaca menuju kamarnya dan Silvi yang tak kenal menyerah itu masih membuntuti Safira dan mendesaknya untuk bercerita.
"Aarrrgh... nyebeliiiiin!!!!!" Safira mengacak acak rambut silvi
"Aku masih pemanasan eh darah merembes dari perutnya dia langsung dibawa ke RS." wajah Safira semakin suram mengingat kejadian siang tadi di kantor.
"hah darah??? kenapa???"
"aku juga gak tau... mungkin dia gak pulang kenarin gara - gara ada masalah dengan geng mafia yang sempat menculik ku."
Silvi terbelalak mendengar penjelasan Safira
"mafia??? aduh Safira aku rasa keputusan menikahi manusia Jepang itu memang salah."
"heiiii kunti .... mau mati kamu??? aku sudah melakukan sebagian kamu bilang gitu!" Safira melesatkan panah kemarahan dari matanya.
"oke oke... kalau udah sebagian ya lanjutkan sampai akhir buat apa nanggung?? ganjel tau...!!!"
"dia sedang terluka gak mungkin melanjutkanya sampai akhir." Safira murung
"kita cari tau caranya ....." Silvi menyipitkan matanya berbicara optimis.
***
Diruang oprasi Dr. Jacki sedang menjahit luka sahabatnya dengan sangat berhati- hati karena lukanya terkoyak membuat beberapa kulit perut Ryuji robek.
"Apa yang kamu lakukan sampai jahitanku sebelumnya bisa rusak seperti ini??" tanya Dr. Jacki pada Ryuji yang terbaring di ranjang oprasi.
"Diam!! kerjakan tugasmu dengan benar, kalau tidak nyawamu taruhanya!" gertak Ryuji yang sedang dalam pengaruh obat bius sebagian.
"Ancamanmu tidak berlaku bagiku ingat itu!, hmmm ku dengar kamu sedang bersama istrimu diruanganmu saat luka ini terbuka?" senyum menggoda Dr. tampan itu pun membuat wajah Ryuji memerah.
"melihat wajahmu yang memerah ku rasa ini ulah kalian berdua??" Dr. Jacki terus menghujani Ryuji dengan kalimat menggoda
Dokter muda itu berani menggoda Ryuji karena saat ini Ryuji tak berdaya sebagian tubuhnya dibius lokal, jadi ia tak akan bisa memukul Jacki, satu- satunya yang bisa ia lakukan adalah menghujani Jacki dengan tatapan matanya yang kian meruncing.
"Berhenti bicara dan lakukan pekerjaanmu dengan benar.!" Ryuji mencoba menyembunyikan rasa malu yang tiba- tiba saja menyergap dirinya.
"hmmmm harusnya kamu melakukan ini dengan cara yang aman setidaknya tunggu jahitanya mengering cuma satu minggu aja." Jacki terus meracau dengan godaan pada sang pengusaha kaya.
" setelah satu minggu apakah aku bisa...."
" Ha... ha....ha...ha... jadi benar tebakanku... kenapa harus berbohong???"
Wajah Ryuji mendadak pucat pasi dan darahnya memanas ia tak pernah merasa semalu ini deperti sedang ditelanjangi sahabat sendiri.
"belum boleh...."
"kamu bilang????" Ryuji kembali melototi Jacki
"Ha...ha....ha... kamu seperti orang yang baru malam pengantin saja begitu tidak sabaran, padahal usia pernikahan kalian sudah hampir 5 bulan pasti sudah berkali- kali kalian melakukanya iya kan???"
"cepat jawab pertanyaanku!"
"pertanyaan apa???"
"apa setelah seminggu aku bisa melakukannya??"
"belum... jahitanya memang sudah kering tapi aktifitas berhubungan itu membuatmu melakukan gerakan yang bisa membuat lukamu kembali terbuka."
mendengarnya Ryuji seakan kehilangan harapan bagaimana tidak dia telah menunggu selama hampir 5 bulan untuk ini, dan disaat istrinya sudah mulai menikmati tubuhnya, berani menggodanya seakan meminta disentuh olehnya dia tak bisa memuaskan hasratnya itu karena luka sayat yang ada diperutnya.
melihat tampang Ryuji yang tak bersemangat lagi - lagi Jacki menertawainya, seorang Ryuji yang selalu menolak didekati wanita cantik disekelilingnya kini seakan tak bisa menahan diri untuk menyergap wanita Indonesia itu.
"Kamu bisa melakukanya dengan aman jika bisa mengurangi gerakan pada perutmu sampai pinggul, usahakan tetap mempertahankan ketegangan otot perut jika merasa seperti kesemutan pada bekas lukamu hentikan gerakan bagian perutmu kebawah secara total."
"Bagaimana bisa melakukanya dengan cara seperti itu." Ryuji meminta penjelasan yaa meski besar di Jepang dengan sistem sosialisasi yang bebas dia tidak pernah melakukan hubungan itu sebelumnya dia menghabiskan masa mudanya untuk mewujudkan ambisinya.
"Ayolah sobat.... kamu pasti tahu caranya."
"Kami baru akan melakukanya dan kamu tahu aku tak ada pengalaman tentang ini!."
"Ha....ha..ha... sungguh??? Ryuji Tanaka kamu lugu sekali Ha...ha...ha... baiklah ingat- ingat ini buatlah istrimu nyaman dan menikmati sentuhanmu buat dia semakin panas dengan rangsangan- rangsangan kecil dari kelentikan tanganmu, puaskan dia terlebih dahulu hingga ketika pada klimaksnya minta dia yang melayanimu dengan mulutnya dengan begitu gerakan perutmu akan minim semua dilakukan oleh bibir dan tangan. satu lagi lakukan di ranjang jangan dikursi."
Jacki kembali terbahak mengetahui nasib sahabatnya yang mendapatkan kesempatan disaat tubuhnya tak bisa memanfaatkan kesempatan emas ini.