Safira kembali ke rumahnya dengan cemberut, rasa malu masih menyelimuti dirinya mengingat Ryuji suaminya bertanya tentang hubungan diatas ranjangnya pada Dr.Jacki. Yaaa meskipun Jacki adalah temanya tetap saja harusnya tak bertanya hal sesensitif itu, bertanya kapan dia bisa melakukan hal itu lagi bukankah seperti mengatakan ia ingin kembali melahap habis tubuhku batin Safira.
"Nyonya Mo .... sementara kami akan tidur dikamar bawah sampai Safira pulih jadi bawa beberapa baju ganti Safira ke kamar bawah!" titah Ryuji
nyonya Mo tersenyum malu melihat dua pasang suami istri ini sembari berlalu menjalankan perintah Ryuji, karena ulah bosnya itu kini nyonya besarnya duduk dikursi roda menahan perihnya hasil kisah cinta mereka bahkan sprei berlumuran darah itu tidak seperti darah perawan tapi darah dari hasil pembunuhan batin nyonya Mo.
"Safira aku harus ke kantor dulu, ada rapat dewan direksi satu jam lagi, aku akan pulang lebih cepat malam ini " Ryuji mencium kening Safira dan berlalu sedangkan Safira masih sangat marah sedangkan Ryuji tak menyadarinya.
Suasana rumah besar itu kembali sunyi, Safira mulai diserbu rasa bosan berada dikamar tanpa ada kegiatan, tanpa ada teman, dan tanpa ada Ryuji suaminya.
"Aaah apa yang aku pikirkan sedangkan tubuhku masih sangat ngilu mengapa aku sudah merindukanya." gumam Safira.
Bergelut dengan rasa bosan yang mengerumuni hatinya, tiba- tiba ia merasa ingin buang air kecil. Safira menguatkan kakinya dan berjalan perlahan ke toilet dalam kamarnya, dengan kaki gemetar perlahan ia berjalan ke toilet dan duduk di WC duduk yang ada di ujung kamar mandi itu.
"Aaaaaaahh....ooh... aaaaa Ryujiiiiiiii" Pekik Safira
mendengar jeritan nyonya besar rumah mewah itu nyonya Mo bergegas menghampirinya "nyonya kenapa??" wajahnya panik dan sangat ketakutan wanita paruh baya itu takut kalau- kalau terjadi pendarahan lagi.
"Tunggu nyonya saya akan telfon tuan Tanaka." nyonya Mo hendak meninggalkan Safira.
"Tidak, jangan kasih tahu dia aku hanya merasa sangat perih dan sakit saat buang air kecil. tadi dua bilang ada rapat dewan direksi pasti sedang ada masalah, aku tidak mau mengganggunya." Safira menghentikan nyonya Mo
"Baik nyonya, tidak perlu takut perih dan sakit itu wajar. Tapi bukankah harusnya sudah tidak sakit lagi nyonya." Nyonya Mo berfikir keras, sedangkan wajah Safira yang memerah bagai udang rebus itu segera mengalihkan pembicaraan mereka.
Nyonya Mo memapah Safira kembali ke tempat tidur.
"nyonya Mo tolong ambilkan HaPe ku, aku akan minta Silvi kemari. Bosan sendiri aku dirumah apalagi beberapa minggu kedepan Yurin akan menyelesaikan tugas dari Ryuji, jadi gak akan kesini."
nyinya Mo menjalankan perintah Safira yang memang terlihat bosan dengan suasana rumah yang sepi.
***
"Tuan tidak ada masalah dari hasil kerja sama dengan Grup Xiang Go dari Cina, tapi angka pendapatan kita dari produk yang kita pasarkan di Asia memang sedikit ada masalah." kata seorang dewan direksi dalam tubuh Tanaka Grup
"Lalu bagaimana dengan yang ada di Eropa??"
"Laporan yang kita terima semuanya juga berjalan lancar, bahkan ada peningkatan laba selama sebulan terakhir."
"Pasti ada yang salah jika semua berjalan lancar bagaimana bisa saham kita kembali turun?? Baiklah saya minta kembali lakukan audit disemua divisi diseluruh perusahaan Tanaka."
"baik tuan...."
"tuan??? tentang ambil alih kendali perusahaan entertainment dari BiGBoS manajemen haruskah kita tunda?"
"tidak, lakukan semua sesuai rencana."
Ryuji dengan wajahnya yang dingin menelisik semua wajah anggota dewan direksi di ruang rapat ini. Ia merasa ada seseorang yang menghianatinya dan berusaha mencabiknya dari dalam. fikiranya kini penuh dengan prediksi dan rencana cadangan yang ia rangkai agar tetap mampu bertahan di persaingan bisnis dunia yang semakin kejam.
Ayumi diam- diam datang ke kantor Ryuji bersama dengan asisten pribadinya, ia merasa harus bisa mendapatkan informasi tentang Safira dan bagaimana sebenarnya perasaan Ryuji pada wanita kelas rendahan seperti Safira.
"Maaf nona, tuan sedang rapat." sekertaris Ryuji menyambut Ayumi.
"Ah... kalau begitu aku akan menunggu diruanganya." Senyum Ayumi membalas sapaan gadis cantik yang ada dihadapanya.
Ayumi memasuki ruangan itu dengan asistennya "Cepat cari informasi tentang Safira di rak buku Ryuji." perintahnya pada pria dengan penampilanya yang sedikit norak.
Pria bertubuh kurus itu memeriksa beberapa dokumen Ryuji tapi tak menemukan apa yang diminta Ayumi, jelas itu membuat Ayumi memesang wajah murka pada asistenya.
"Dasar gak berguna !!!! cepat hubungi Yamako tanyakan apakah sudah bisa membuatku menjadi model di fashion show itu." Safira melotot dan mengeraskan rahangnya menahan kemarahan dalam tenggorokanya.
Sraaak ....
Ryuji memasuki ruang kerjanya melihat dua orang yang ia kenal sudah duduk di sofa panjang dalam ruangnya.
"Ayumi...??" Ryuji terbelalak melihat Ayumi
"Kenapa terkejut begitu??"
Ryuji mengangkat ujung bibir tipisnya tersenyum cuek.
"Ryuji...shooting untuk Hotel yang baru saja kamu ambil alih sudah dijadwalkan. Tapi sepertinya ada masalah disana karena sampai saat ini manager hotel itu menolak membuka hotelnya."
"Benarkah??? tapi kemarin aku sudah menggatur semuanya."
"entahlah sepertinya manager itu masih belum mengetahui bahwa hotel itu sudah berpindah tangan." Ayumi berjalan mendekati meja kerja Ryuji.
"itu hanya hotel kecil jadi aku tak begitu memperhatikanya." Ryuji menjawab tenang dengan wajah datar
mendengar jawaban Ryuji, wanita yang telah menjadi sahabat Ryuji sejak kecil ini merasa sakit hati, bagaimana bisa Ryuji memberikan proyek hotel yang dianggapnya kecil padanya yang seorang top model kelas dunia batin Ayumi.
"Baiklah aku hanya ingin memberi tahu mu tentang ini, usahakan jadwal shooting tidak terganggu karena masih banyak shooting dan pemotretan yang harus ku jalani." kata Ayumi meninggalkan ruangan Ryuji.
"Bagaimana ??? apa yang dikatakan Yamako?? " Tanya Ayumi pada asistenya sembari berlalu dari kantor Tanaka Grup
"kita mendapatkanya." Jawab pria kurus itu bersemangat.
Senyum licik Ayumipun menghiasi wajah kalem yang ia miliki membuatnya terlihat menyeramkan dengan rencana yang telah ia rancang di kepalanya.