Chereads / Touch my heart / Chapter 34 - Terlambat ke kantor

Chapter 34 - Terlambat ke kantor

"Safira kenapa???" Ryujipun terjingkat

"Aku takut..." jawab Safira

Ryuji berjalan menghampiri Safira dan memeluknya erat tubuh mereka menempel satu sama lain Safira bisa merasakan benda itu mengganjal tubuhnya,.

Ryuji kembali menciumi Safira dan membawanya ke ranjang mereka, sekali lagi udara panas menyelinap hasratnya kembali terpompa kuat Ryuji menindih tubuh Safira dan membuka kedua paha Sadira.

"Maaf Safira aku sudah tidak kuat lagi."

Safira mengerang oleh pijatan lembut jemari Ryuji pada puncak dada Safira sampai dia merasa ada sesuatu yang berusaha memasuki dirinya.

Aaaaaaaaaah.... hentikaaaan... pekik Safira

namun Ryuji tak mendengarkanya, keadaan lembab milik Safira seperti mempermudah milik Ryuji mencari jalanya.

oh...Safira harusnya tidak sesakit ini tapi mengapa milikmu menyiksaku?

Ryuji merasa miliknya kesulitan memasuki tubuh Safira meski sudah lembab sekalipun, sedangkan Safira hanya berteriak merintih menahan rasa sakit yang luar biasa.

dan pada akhirnya teriakan Safira yang melengking menggema keseluruh ruangan kamar Ryuji, menandakan keberhasilan Ryuji menghujam tubuh Safira.

Ryuji memompa tubuhnya tak memperdulikan teriakan Safira dan rasa sakit dirinya terjepit tubuh Safira, ia merasa ada sesuatu didalam sana yang menghadang dirinya bergerah bebas maka ia menghujamkan tubuhnya lebih kuat dari sebelumnya. Gerakan itu semakin lama semakin cepat Ryuji merasakan kenikmatan yang luar biasa dia bak berenang dilautan surgawi, menari diantara burung- burung beterbangan hingga semburan cairan cinta itu memenuhi tubuh Safira. Perlahan Ryuji mencabut tubuhnya ia melihat rembesan darah disana, sontak ia melihat bekas luka di perutnya namun tak ada yang salah disana bahkan Ryuji tak merasakan sakit.

Darah itu terus merembes dan kepanikanpun terjadi, Ryuji melihat Safira terus menangis merasakan sakit disekujur tubuhnya.

"Sayang... apa yang terjadi??"

"huuu... huuuu Sakit ryuuuu sakiit...." hanya kata itu yang terucap

wajah Ryuji berubah menjadi panik dia tak tahu apa yang harus ia lakukan, darah yang tak mau berhenti dari tubuh Safira membuatnya takut setengah mati ia berusaha menyumbatnya dengan bed cover berharap darahnya berhenti namun tidak, darahnya tak mau berhenti

Ryuji berfikir keras tapi tak menemukan jawabanya melihat Safira yang terus menangis membuat otak yang biasanya cepat dalam mencari solusi atas sebuah permasalahan bisnis kini mendadak tak berfungsi. ia hendak menelepon Jacki tapi takut ditertawakan tak telfon takut terjadi sesuatu pada Safira.

"Jacki.... bantu aku..."

"hmmm menjelang subuh gini apa yang membuatmu menggangguku?"

"aku....aku.... aku melukainya darahnya tak mau berhenti dan dia terus menangis, apa yang harus aku lakukan?."

mata Jacki yang tadinya menutup rapat seketika terbuka lebar dan dia puntertawa terbahak...

Ha....ha....ha...ha....

"Sial.... aku serius darahnya tak berhenti, cepat katakan apa yang harus kulakukan !."

"kamu memang pecundang sejati Ryuji... kamu melukainya terlalu dalam membuatnya pendarahan, kamu kejam Ryuji...ha...ha...ha.."

"katakan atau ku bunuh kau!!" pekik Ryuji yang terbakar kepanikan"

"cepat ambil es dan kompres pada tubuhnya, biar darahnya berhenti dulu, besok bawalah dia ke klinik agar mendapat perawatan, tapi mungkin besok kamu harus menggendongnya aku yakin dia tak kan sanggup berjalan setelah ulahmu ini ha...ha...ha...."

Ryuji segera melakukan apa yang dikatakan Jacki, diam- diam ia menyelinap ke dapur dan mengambil beberapa es di sebuah kompres kemudian ia kompreskan ke tubuh Safira beruntung darahnya berhenti Safirapun terlelap karena menahan sakit yang ia rasakan.

Ryuji memakaikan bajunya perlahan agar tak mengganggu tidurnya, Ryuji menatap dalam istrinya mengusap setetes air mata yang tersisa diujung matanya. Ryuji mencium kening Safira lembut dan kemudian ia tertidur disamping Safira.

***

nyonya Mo terbelalak melihat tuanya masih berada dirumah padahal matahari sudah atas kepala, ini bukanlah kebiasaan Ryuji namun nyonya Mo tak berani mempertanyakan.

Silvi yang baru saja datang juga terkejut melihat Ryuji berada di rumah saat jam genting begini.

"Nyonya Mo, aku akan pergi bersama Safira bersihkan kamarku saat aku dan Safira sudah berangkat.!" perintahnya

Silvi melongo melihat sikap Ryuji apa yang terjadi dengan pria tanpa ekpresi ini, wajah putihnya nyata memerah, kepanikan pun tergambar jelas dibawahnya. Tak lama Ryuji menuruni anak tangga sambil menggendong Safira yang tampak pucat.

"Apa yang terjadi??? ada apa dengan sahabatku??? " tanya Silvi spontan saat melihat temanya dalam dekapan Ryuji pucat

Ryuji terlihat panik wajahnya semakin memerah apa yang harus kukatakan pada silvi tentang temanya, mana mungkin pria kekar itu mengatakan bahwa semua karena kelakuanya yang ingin menunjukan kegagahanya pada Safira.

****

"Robekanya masih dibatas kewajaran...!" kata Jacki

"Lantas mengapa dia sampai pendarahan?" pekik Ryuji

"Bisa karena kelelahan, stres, ketakutan, dan ketidak siapan, oh Ryuji Tanaka seorang pengusaha besar dunia ternyata kamu masih memiliki kekurangan, kamu payah di urusan ranjang, ha....ha....ha...." kata Jacki memberi penjelasan dari hasil observasi para perawatnya.

"Sialan ..... lalu.... hmmm berapa lama akan aembuh?"

"ha.....ha.....ha..... hey istrimu masih kesakitan tapi adik kecilmu sudah minta dilayani lagi??" Jacki berkata cukup keras membuat Ryuji panik dan malu bukan kepalang ia takut kalau - kalau ada orang diluar ruangan yang mendengar ucapan temanya itu.

Ryuji spontan membungkam mulut Jacki dengan tanganya " kamu gila gimana kalau ada orang yang dengar????"

sedangkan di balik tirai wajah Safira sudah merah padam menahan malu dan marah mengapa suaminya bertanya sevulgar dan seambigu itu

"Kamu boleh minta pelayanan lagi ya kisaran sebualan dari sekarang agar tidak terjadi lagi pendarahan lagi."

Ryuji terbelalak dan melongo mendengar penjelasan Jacki mana kuat dia harus menunggu sebulan lagi untuk menjamah istrinya lagi.

"ha....ha.... ha.... kenapa wajahmu itu???? kamu benar- benar membuat perutku sakit Ryuji, sudahlah bawa istrimu pulang dan kamu boleh menyentuhnya singgu dari sekarang dan tetap perhatikan luka diperutmu itu."