Suara kicau burung bernyanyi gembira menyambut pagi yang cerah, di puncak salah satu gedung pencakar langit, seorang lelaki sedang fokus mengerjakan setumpuk pekerjaanya.
Banyak pekerjaan yang harus tertunda bahkan hampir terbengkalai karena lima hari terakhir Ryuji harus membagi waktunya untuk mengajari Safira memahami strategi bisnis yang ia terapkan dalam menjalankan usahanya. Seperti biasanya Safira selalu terlambat ke kantor, dia memang sedikit bermasalah dengan urusan tidur, sejak usia remaja dia terkenal pelor (nempel molor) dan juga Ratu ayam betina karena tak pernah bisa bangun pagi.
Karena beberapa alasan Ryuji tak bisa memarahi Safira atas tingkahnya justru dia memanfaatkan kekurangan Safira itu untuk menyelesaikan pekerjaanya sebelum Safira datang ke kantornya.
Sraaaak....
"Pagiiiii...." Safira datang dengan senyum lebar dan wajah yang sumringah, kekakuan diantara mereka sedikit memudar karena Safira membutuhkan Ryuji sebagai mentornya terlebih dia sudah sedikit percaya dan merasa aman didekat Ryuji.
Bukan tanpa alasan.... Safira merasa aman didekat suaminya itu karena tak pernah sekalipun Ryuji menyentuhnya meski dia bisa, justru Ryuji sangat menjaga dan memperhatikan semua kebutuhannya.
"Duduklah..... !" kata Ryuji dengan tatapan yang tetap fokus pada layar monitor dan jemari yang masih sibuk memberi pijatan pada keyboard didepanya.
Safirapun duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Ryuji, senyumnya masih mengembang matanya terus-terusan menatap Ryuji yang semakin memancarkan pesonanya saat sedang bekerja.
"Sampai kapan kamu akan tersenyum sambil memandangiku?"
Safira langsung merapatkan bibirnya dan membenarkan posisi duduknya, matanya sedikit mendelik dan pipinya merona, Safira merasa sedikit salah tingkah karena malu kepergok sedang menatap kagum pada Ryuji.
"Segera keluarkan laptopmu dan ambil dokumen perusahaanmu yang ada di perpustakaanku." Ryuji masih tetap fokus pada monitonya tanpa memandang Safira.
Safira menjalankan perintah mentornya itu, ia berjalan ke arah rak buku disudut ruangan kerja Ryuji, mendorong raknya dan memasuki ruang rahasia yang disebut Ryuji perpustakaan. tak banyak yang tahu tentang tempat itu kecuali Ryuji dan karyawan tim khususnya
"Huuuuuh .... dasar monster salju, setelah membuatku malu dia memerintahku seenak pusarnya. Ku rasa dia hanya membual mengatakan mencintaiku." gerutu Safira sembari mengambil beberapa berkas.
sembari menunggu Safira mengambil dokumen penting milik perusahaanya Ryuji di ruang kerjanya juga sedikit merelax kan tubuhnya yang menegang karena sikap Safira. "Huuft..... kenapa dia menatapku seperti itu??? aach... aku tidak akan bisa fokus kalau dia terus menatapku seperti tadi." Ryuji terus menerus mengatur nafasnya dan berusaha mengembalikan wajah berwibawanya.
"Ryuji??? kamu kenapa??? sesak nafas???"
Ryuji terkejut melihat Safira sudah berada didepanya membawa setumpuk dokumen, Ryuji membenarkan posisi duduknya dan berusaha membuat wajahnya kembali menjadi wajah Ryuji yang dingin.
"Ah... tidak tadi cuma merasa sedikit panas,"
sepasang suami istri itu mulai berdiskusi sang suami mengajarakan ini itu tentang bisnis dan sang istri mendengarkan dengan seksama.
Ditengah proses mentoring Safira menghempaskan tubuhnya ke punggung kursi.
"Haaaah...."
"Kenapa??" tanya Ryuji
"Kamu gak bosen???huft ..... Modal, Saham, Produksi, Manajemen waktu, SDM, hutang, piutang, investasi, permintaan pasar???" Safira menggerakan kedua tanganya kekanan dan kekiri, Ryuji hanya menatapnya datar.
"tidak" jawab Ryuji lugas
"Oh ayolah... kamu itu robot atau apa?? sudahlah aku bosan, kita lanjutkan nanti sekarang kita bicara seperti seorang teman bagaimana???"
"....." Ryuji masih menatapnya datar sembari menyandarkan punggungnya.
"Hmmmm usiamu baru 33 tahun tapi kamu sudah mendirikan perusahaan sebesar ini bisa ceritakan?" Safira berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir didepan Ryuji.
"Aku hanya bekerja ..... membuat sesuatu kemudian menjualnya permintaan semakin banyak dan aku merekrut pekerja untuk membantuku, kemudian laba dari penjualan aku investasikan pada satu perusahaan besar yang sedang grow up saat itu dan karena aku bisa memutar investasiku, aku bisa menguasai 72% saham mereka dengan cepat dan aku membuka usaha yang lainya." jelas Ryuji
"Waw... amazing....!! ku rasa kamu memang cerdas dari lahir."
"tidak juga .. aku pernah mendapat warna merah di raport ku saat sekolah."
"Aaaach.... kenapa kamu selalu formal... gak asik... kamu gak bisa seperti silvi yang lucu dan asik diajak ngobrol." Safira memanyunkan bibirnya
"maaf..."
"Eh tunggu satu pertanyaan... Ryuji selama kita menikah sekalipun aku tak pernah melihatmu saat aku bangun di pagi hari, itu tandanya kamu selalu bangun pagi?" Safira menunjuk wajah Ryuji dengan jari telunjuknya dan menyerangnya dengan tatapan introgasi.
"Hmmm iya... itu kebiasaan sejak kecil aku selalu bangun pagi." Pria itu masih memasang wajah datar dan dinginya.
"Tapi.... saat pulang dari pesta Silvi aku tidur di appartemen mu dan pagi itu kamu bahkan bangun pukul 11 siang, kenapa bisa begitu???"
Sontak Ryuji mendelik mendengar pertanyaan Safira tubuhnya menegang dan wajahnya pucat, bola matanya bergerak kekanan dan kekiri seakan mencari siasat.
"...hmmmm.... aku... aku terlalu lelah malam itu." suaranya bergetar saat menjawab pertanyaan Safira
"Bohong !!! kesibukanmu di Jepang lebih dari kesibukanmu waktu di Indonesia, jelaskan padaku atau aku akan mengatakan pada seluruh karyawanmu bahwa sebenarnya kamu adalah pembohong besar." Safira mulai mengancam Ryuji sepertinya wanita itu benar- benar mulai merasa nyaman dengan Suaminya
Dengan terbata Ryuji menjawab "Semalaman aku tidak bisa tidur, melihatmu dengan gaun indah dan riasan yang cantik tertidur di kasurku membuatku seperti melihat bidadari yang terbuai mimpi. sedetikpun aku tak bisa memalingkan pandanganku darimu tepat pukul 6 pagi aku baru bisa tidur karena itulah aku baru bangun saat pukul 11 siang."
Safira tertawa terbahak mendengar penjelasan Ryuji dia seperti telah memenangkan lotre setelah lama gagal memenangkanya.
" Jadi waktu itu kamu terpesona pada kecantikanku....??? Ha ha ha..." Safira masih terbahak hingga wajahnya memerah
melihat Safira tertawa penuh kemenangan Ryuji melingkarkan tangan kananya erat pada pinggul Safira membuat istrinya itu seketika mengatupkan bibirnya. Mereka berhadapan saling menatap dalam mata satu sama lain.
"iyaaa aku sangat terpesona olehmu, kamu adalah madu yang memabukanku hanya dengan memandangimu, jadi jangan kamu mencoba bermain- main dengan emosiku."
"Ryuji apa yang kamu lakukan ???" Safira berusaha melepaskan jerat tangan Ryuji tapi tangan kekar Ryuji terlalu kuat untuk dikalahkan.
tok..... tok..... tok....
Seseorang mengetuk pintu ruangan Ryuji, membuatnya melepaskan tangan yang sedari tadi mengunci tubuh sexi Safira.
"Permisi tuan.... saya hanya mengingatkan nanti malam anda dan nyonya harus menghadiri undangan pesta perayaan ulang tahun perusahaan tuan Datsuki. Yurin telah menyiapkan baju anda dan nyonya." kata tuan Tomo
haaah beruntung tuan Tomo datang dan membangunkan aku dari perasaanku yang mulai menunjukan taringnya batin Ryuji.
Ryuji menganggukan kepala dan menggerakan tangganya mengisyaratkan agar tuan Tomo segera meninggalkan ruangnya.