Tepat 1 minggu sejak kedatangan tante Sinta.
Sekolah mulai libur belajar,setelah beberapa hari ujian yang cukup melelahkan.
"Cantikk.." ucap Charlie yang menyapa Kyra seolah merayu
Kyra hanya melirik tanpa menghiraukan.
"Cemberut aje.." goda nya lagi
Dia tetap diam.
Teman Sean satu ini sering membuatnya kesal,padahal jelas-jelas Sean sering memarahi nya.
Dia tetap kebal,bisa di bilang muka tebal.
Mungkin karena persahabatan mereka.
"Sean,mana?" tanya Kyra
"Sean terus di cari'in,abang gak di hirauin nih?" jawab Charlie sembari mengedipkan mata nya pada Kyra
Membuat diakesal,dan dia langsung mempercepat langkah kakinya.
Tepat sekali,tepat di hadapan Kyra..Sean datang menuju kearahnya.
"Habis kamu,Charlie.." Kyra tersenyum sinis melihat Charlie
Tetapi dia hanya diam.
"Yumii..ada sesuatu yang mau ku omongin" ucap Sean serius
"Hah.." Kyra bingung,baru saja mau mengadu..Sean malah menatapnya serius
"Charlie.." Sean melirik Charlie seolah mengisyaratkan dia untuk segera pergi
Mereka duduk di kursi sudut luar kelas.
"Kenapa?" tanya Kyra
"Bunda.." jawab nya
"Bunda,kenapa??" Kyra masih bingung dengan omongan Sean
Sean diam sesaat,dia menatapnya dalam seolah ingin dia mengerti.
Kyra mencoba menangkap maksudnya.
"Kamu jangan bilang sama Papa Mama ya?" pinta Sean
"Uhm..memangnya kenapa?ada apa Sean?" Kyra semakin bingung
"Bunda semalem nangis" tegasnya
"Nangis?Bunda kenapa?sakit?" Kyra coba mencari penjelasan
"Bunda ma Ayah ribut,aku gak tau kenapa?" belum selesai Sean ngomong dia langsung menjawab
"Kalo gak tau,kenapa gak tanya Sean?" Kyra memalingkan muka,mencoba berfikir kenapa Bunda dan Ayah ribut
"Loh..kamu ini,polos amat dahh" Sean nampak kesal
"Lah,kenapa?kan bener kataku" Dia cemberut melihat Sean
"Ini masalah orangtua,aku gak bisa sembarang nanya..apalagi.." Sean nampak ragu
"Hem..kenapa?" Kyra berharap Sean cepat menyelesaikan kata-kata nya
"Aku mendengar Bunda menyebut nama Tante mu" kata-kata Sean membuatnya bingung..dia coba mencerna tapi tetap tidak mengerti
"Tante?emang kenapa dengan tante?" tanyanya
"Justru itu aku gak tau pasti" Sean nampak mengetahui sesuatu tapi tidak mau mengucapkannya pada Kyra
Kyra membaringkan tubuhnya dikasur,rasa nya ngantuk.
Hari ini tidak ada pelajaran sama sekali,yang ada hanya Lily yang berceloteh sepanjang hari tentang masa depannya dikehidupan SMA nanti.
Padahal mereka saja belum lulus.
Tak sadar dia memejamkan mataklnya dan tertidur.
"Hoam" Kyra membuka mata dan melihat hari sudah sore
Baru saja dia keluar dari kamar,dia mendengar tante Sinta sedang menangis.
Dia ingin menghampiri,tapi dia urungkan saat dia melihat tante Sinta memgang handphone nya.
Yah paling ribut dengan pacarnya.
"Ma.." Kyra mencoba mencari Mama
Tapi Mama tidak ada.
Dia keluar dan menuju rumah Sean.
Perlahan dia masuk,tapi dia malah mendengar isak tangis dan suara ribut di dalam rumah.
Dia takut.
Tapi dia terus berjalan.
"Sean?" Kyra coba menasri keberadaannya.Tapi tidak ada jawaban
"Bunda..?" tidak juga ada jawaban
Cringgg..
Tiba-tiba dia melihat bingkai dan piring terlempar ke sudut ruangan.
Dia panik,takut tak sadar dia tersungkur dilantai.
Dan saat dia hendak bangun,kldia mendengar suara kasar yang tak asing.
"Perempuan sialan,perempuan murahan.." Suara Bunda
"Bunda,hentikan..instighfar" terdengar suara Ayah yang sepertinya coba menenangkan Bunda
"Istighfar kamu bilang,Mas..bangkai yang kamu simpan bertahun-tahun sekarang sudah jelas ada di depan mata" bentak Bunda keras
"Itu sudah bertahun-tahun yang lalu,Ayah bahkan sudah melupakannya" ucap Ayah pelan
"Lupa??bagaimana kamu lupa?
14tahun lalu saat aku hampir mati melahirkan Sean,kamu.." belum selesai Bunda bicara,dia merintih menangis
Dia tak tega tapi dia takut..
Dia tersungkur di lantai cukup lama.
"Kita sudah melupakan satu sama lain dan kita sekarang bahagia dengan hidup kita Bunda" Ayah terus berbicara menenangkan Bunda
Bunda terkikik..
Antara menangis dan tertawa.
"Kalau dia tidak datang,bangkai mu tidak akan pernah terlihat kan?menjijikkan..
Bagaimana kamu bisa bersama perempuan lain saat aku mempertaruhkan hidup dan matiku?" rintih Bunda
"Bunda..tenanglah" Ayah masih coba menenangkan Bunda
Lalu,
Crang....
Sekali lagi pas bunga terlempar keluar kamar dan jelas dia melihat Ayah dan Bunda keluar.
Bunda bukan seperti Bunda,dia tidak pernah terlihat begini.
Mungkin karna selam ini Bunda lembut padanya.
"Bunda,coba tenangkanlah dirimu..malu didengar tetangga" Ayah memeluk Bunda
Bukannya tenang Bunda malah memekik.
"Panggil perempuan sialan itu kesini.." teriak Bunda
"Hentikan Bunda Sinta gak sepenuhnya salah..ini kekhilafan kita berdua" tegas Ayah yang membuat Kyra terperangah.
Apa hubungan tante Sinta dan Ayah?
Khilaf?
Kekhilafan apa yang di maksud Ayah?
Belum sempat dia menerka,tiba-tiba sosok Sean muncul di depan pintu kamarnya.
"Sean.." ucapnya pelan tapi tak sampai terdengar
Sean melihatnya diam.
"Khilaf??kamu tidur dengan Sinta,perempuan murahan itu dan kamu khilaf?Kamu bahkan bersahabat dengan kakaknya..Hah?kau coba membodohiku" Ucap Bunda jelas,kemarahan nya tak terkontrol lagi.
"Hentikan,Anna..masalah ini tidak ada hubungannya dengan kedua sahabatku." jelas Ayah
"Kalian semua b*jin**n!! Kalian menutupi bangkai dibelakangku" Bunda benar-benar mengabaikan setiap ucapan Ayah
Plak!!
Kyra tersentak melihat Bunda terjatuh..
Ayah benar-benar menampar Bunda.
Dan Sean,Sean datang kearahnya dan menutup matanya.
Meskipun Kyra sudah melihatnya,Sean berusaha agar dia tidak terus melihat kedua orangtua nya ribut.
Perlahan Bunda terisak,suara nya samar..
"Aku mau cerai" suara Bunda membuat Ayah,Kyra dan Sean terdiam
Bahkan Ayah yang berdiri di depan Bunda pun tersentak.
"Maaf,Ayah tidak..." belum selesai Ayah bicara
"Aku mau cerai Darwin.." teriak Bunda
"Hentikan!!"
Sean manatap kedua orangtua nya,mata nya merah.
Dia sudah lama menyaksikan kedua orangtua nya,tapi diam
Dan sekarang Kyra bisa melihat wajahnya merah,tangannya gemetar.
"Sean" Bunda memanggil Sean lembut
"Bunda Ayah,tolomg hentikan..bisakah kalian bicarakan ini baik-baik?kenapa harus ribut di hadapan anak kalian?" Sean berbicara keras,jelas sekali dia menahan amarah sedari tadi
"Bunda.." Kyra coba melihat kearah Bunda
Bergeming
Bunda hanya diam,dia sama sekali tidak menoleh kearahnya
Kenapa?
Dia bingung..
"Sean,Yumii..bermainlah ditaman.Ini urusan Ayah dan Bunda ya sayang" suara Ayah lembut,seolah mengisyaratkan mereka untuk cepat keluar dan tidak ikut campur urusan orangtua
"Ayoo..Yumii" Sean menggenggam tangannya,ketika 2langkah lagi kami sampai di pintu keluar
"Berhenti,Sean"
Mereka menoleh dan mereka dapati Bunda melotot marah melihat kearah Sean
"Kenapa,Bunda?" jawab Sean lesu
"Biarkan dia pulang kerumahnya" tegas Bunda
Kyra tidak mengerti..
Bunda menunjuk kearahnya,menyuruhnya pulang.Dan dia hanya bisa mengiyakan karena takut.
"Iya,Bunda..aku pulang" jawabnya ragu
"Yumii" Sean melirik Kyra
"Pergi,dan jangan pernah masuk kerumah ini lagi" ucap Bunda yan membuatnya tersentak kaget
"Bunda.." Kyra coba memanggilnya pelan
"Berhenti memanggilku Bunda,aku bukan Bundamu.."
Badannya lemas,Kyra melirik Bunda yang langsung memalingkan muka darinya.
Jelas dia tidak tau salahnya.
"Bunda,apa maksudnya?" tanya Sean marah