"Memang ada yang salah dengan itu?" balasku menantang, sambil berpura-pura tidak mengerti.
"Kau baru saja menanyakan hal yang bersifat rahasia. Hanya sedikit orang yang tahu." Dahi Pangeran Keylan mengernyit.
Melihat matanya yang menatap lurus ke depan, aku merasa sedikit gelisah. "Aku ... ada urusannya dengan hal itu."
"Bagaimana bisa? Hal itu hanya diketahui oleh beberapa orang saja di Kerajaan Elvian. Bagaimana ras campuran sepertimu ada sangkut pautnya dengan Kristal Roh?"
Ekspresi penasaran dengan rasa sedikit curiga tampak jelas pada wajahnya, seperti seorang pria yang sangsi pada kekasihnya telah berselingkuh di belakangnya. Walau awalnya ingin menjaga informasi ini baik-baik, aku tak kuasa menceritakannya semua pada pria itu. Mulai dari bagaimana aku terseret ke dunia ini dan pin aneh yang menjadi penyebabnya dari duniaku dulu, hingga perpustakaan Glafelden tempat aku menemukan informasi Kristal Roh Indemnius.
Seperti yang sudah terjadi pada Almira, Pangeran Keylan terbengong dan menganga mendengar ceritaku. Ia pasti menganggapku gila atau semacamnya.
Terserah dia mau berkata apa! Hal yang mungkin ia kira mustahil memang terjadi padaku. Akan tetapi yang tidak kusangka, adalah pria itu langsung tersenyum lebar sambil menatap ke arahku.
"Wow! Itu bualan paling hebat yang pernah kudengar," kata Pangeran Keylan sembari tertawa renyah. "Aku sudah sering mendengar kebohongan dari mulut orang lain, tapi milikmu benar-benar yang terbaik."
"Tadi kau bertanya mengapa aku ada urusannya dengan Kristal Roh, bukan? Itulah jawabanku. Aku tidak memintamu untuk percaya, Pangeran! Aku cuma ingin tahu informasi lebih lanjut tentang hal itu."
Pangeran Keylan menghentikan tawanya yang mulai menggema di perpustakaan ini. Kini giliranku yang memandang lurus ke matanya. Di saat seperti ini, aku muak dengan olokan orang yang menganggap ceritaku tidak masuk akal. Hal yang kuinginkan adalah informasi Kristal Roh dan cara agar aku dapat pulang ke dunia asal.
"Baik. Kalau kau seperti itu, aku percaya," ujarnya dengan suara tenang. Kepalanya ditolehkan ke kanan-kiri sebelum mendekatkan tubuhnya padaku. Mungkin agar tidak ada orang lain yang mendengar percakapan kami. "Lalu apa yang ingin kau tanyakan, Anggi?"
"Aku ingin tahu tentang Kristal Roh."
Sebelum berucap, lelaki itu memastikan lagi bila tak ada orang lain di sekeliling kami. "Sebenarnya informasi tentang Kristal Roh sangat rahasia dan tidak boleh bocor sampai ke publik. Hanya secuil orang yang tahu rahasia ini. Aku tidak tahu bagaimana informasi itu bisa ada di perpustakaan manusia. Tapi ... informasi yang kau dapat tidak salah. Kristal Roh itu bukan sekedar mitos, tapi asli.
"Para dewa-dewi memiliki masing-masing satu Kristal Roh yang memiliki kekuatan unik. Contoh Dewa Lillio yang memiliki Kristal Roh Zjarr, beliau dapat memerintah dan mengendalikan api. Juga Kristal Roh Licht milik Dewi Lunaris, yang bisa mengontrol cahaya dan menggunakannya sebagai penyembuh. Masih ada banyak dewa-dewi beserta kristal roh mereka yang unik. Namun dari semuanya, yang paling menakjubkan adalah Kristal Roh Harapan. Dengan benda itu, permohonan apa pun dapat terkabul. Dari ceritamu, sepertinya benda itu yang membawamu ke dunia ini. Karena hanya Kristal Roh Harapanlah yang dapat melakukannya. Jika ceritamu benar, aku penasaran mengapa Kristal Roh Harapan ada di duniamu.
Aku menggeleng. "Entah, aku pun tidak tahu. Aku memungut sebuah pin berbentuk bintang segi delapan dan tahu-tahu aku dibawa kemari."
Pangeran Keylan menopang dagu dengan kedua tangan. Matanya mengisyaratkan ketertarikan. "Jadi bentuk dari Kristal Roh Harapan adalah pin berbentuk bintang segi delapan, ya? Seperti itukah rupa kristal roh? Sama seperti benda biasa?"
"Kukira kau sudah tahu," jawabku diiringi anggukan kecil.
"Rahasia ini diwariskan turun-temurun dari keluargaku. Aku belum pernah melihat kristal roh secara langsung. Kau tahu mengapa informasi tentang kristal roh tidak boleh sampai ke publik?"
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Kau ingat yang kukatakan tadi, kan? Kristal roh adalah benda magis yang memiliki kekuatan unik dan luar biasa. Benda itulah sumber kekuatan para dewa dan dewi. Tanpa Kristal Roh mereka bukan apa-apa! Bisa kau bayangkan, bila orang-orang yang menyembah dan mengagungkan Dewa-Dewi mengetahui Tuhan mereka hanyalah manusia biasa yang memiliki benda ajaib?"
"Dewa-Dewi itu ternyata ... manusia biasa?"
Aku tertegun selama beberapa saat. Membayangkan ucapan Pangeran Keylan menjadi kenyataan membuat rasa takutku semakin besar. Kepercayaan masyarakat akan hancur. Sebagian besar kehidupan penduduk diatur oleh agama yang mengkultuskan para Dewa-Dewi. Jika informasi ini tersebar luas, maka akan banyak kasus kejahatan yang muncul. Orang-orang mungkin akan mulai merampok dan menjarah, pembunuhan terjadi di mana-mana, penduduk akan semakin egois dan mementingkan diri sendiri. Yang nantinya mungkin akan berlaku hukum rimba di mana yang kuat menindas yang lemah. Itu skenario yang sangat buruk.
"Kalau informasi ini tersebar luas, maka akan terjadi kekacauan," jawabku singkat.
"Betul. Lagi pula kekuatan benda itu sangat kuat dan menakjubkan, bisa membuatmu menjadi Dewa. Aku takut akan ada banyak orang yang menginginkan Kristal Roh itu untuk kejahatan. Bangsawan dan penguasa negeri di seluruh dunia akan berlomba-lomba mendapatkannya. Kalau hal itu terjadi, maka pertumpahan darah takkan terhindar lagi. Karena itulah para leluhur menyimpan rahasia itu baik-baik dari publik."
Suasana hening seketika. Matahari semakin terbenam dan menyisakan garis-garis cahaya jingga di cakrawala. Langit gelap mulai terlihat jauh di angkasa. Lampu-lampu di perpustakaan yang berbahan dasar batu magis mulai menyala dan menerangi dua orang di pojok ruangan. Salah satunya Pangeran Keylan yang mengkhawatirkan risiko serta sebab-akibat bila informasi itu tersebar luas. Sementara seorang lagi adalah aku yang menyalahkan takdir karena membawaku ke dalam skenario sulit.
Belum puas menyeretku ke dunia ini, takdir juga ingin menghadapkanku dengan sejuta masalah dan bahaya?
Padahal yang kuinginkan hanyalah kembali ke duniaku yang damai. Namun aku terjebak menjadi pemburu hewan, lalu terbawa dan tertangkap Elvian. Kini, takdir masih mempermainkan hidupku dengan mendatangkan kemungkinan perang yang akan datang?
"Pangeran Keylan, boleh aku tanya satu hal?" tanyaku dengan pelan, membuyarkan lamunan pria itu.
"Apa itu?"
"Bukankah informasi ini rahasia anggota kerajaan? Mengapa kau memberitahuku tentang hal ini? Kepadaku yang hanya orang asing dan baru saja bertemu beberapa hari?"
Senyum tipis mengembang di wajahnya. "Itu karena kau orang yang menarik. Kalau saja tadi kau tidak menceritakan cerita sehebat itu, aku takkan membeberkannya padamu juga," jelasnya. Kemudian ia berdiri dan melangkah mendekat ke jendela. "Tidak kusangka malam sudah tiba. Setelah ini ayo kembali ke mansion! Makan malam sepertinya sudah hampir siap."
"Baik," sahutku sembari mengangguk. Aku turut berdiri dan hendak mengembalikan buku-buku yang kubaca kembali ke tempatnya.
"Arnest," ucapnya tiba-tiba, membuatku bingung dan bertanya-tanya.
"Hah? Maksudmu?"
"Kau bilang ingin kembali ke dunia asalmu, kan?" tanya Pangeran Keylan. Aku memberi anggukan kecil. "Satu lagi rahasia kecil yang ingin kubagi denganmu. Kalau kau menyatukan semua Kristal Roh yang berjumlah sebelas buah, Kristal Roh Harapan akan datang dan kau bisa membuat harapan apa pun."
"Benarkah itu?" balasku dengan antusias.
"Ya, benar. Itu artinya kau harus mulai mengumpulkan kesebelas Kristal Roh Indemnius. Aku tidak tahu di mana yang lain. Namun Kristal Roh Angin, Vitruj terletak di bawah tanah kota Arnest. Berjalanlah ke utara dari kota ini, kau akan menemukan Pegunungan Telnier. Di baliknya ada kota Arnest tempat kristal roh itu berada.
"Tapi kau perlu ingat, perjalanan ini sudah pasti akan sangat berbahaya. Kau akan bertaruh nyawa setiap detiknya. Kematian akan terus membuntutimu setiap waktu. Meskipun begitu, apa kau masih ingin melanjutkan?"