Chereads / Journey of Ara / Chapter 15 - Perpustakaan

Chapter 15 - Perpustakaan

Hobi membaca buku telah dijalani Ara sejak SMP. Maka dengan hobi tersebut memudahkan Ara untuk menjadi juara kelas ketika SMP dan SMA dan mengantarkan Ara juga untuk bisa kuliah hingga jenjang Master di sebuah fakultas Psychology , di salah satu kampus bergengsi di Jakarta. Walaupun Ara tidak bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri, namun tempat Ara kuliah juga merupakan salah satu kampus yang sangat diperhitungkan di Jakarta. Ara suka menghabiskan waktunya berjam-jam ketika di Kampus adalah di Perpustakaan. Walaupun Ara sering punya banyak Pacar, namun hobi nya yang paling dia suka adalah membaca buku di Perpustakaan. Ara akan semakin bergairah jika memiliki teman dekat wanita yang juga hobi ke Perpustakaan. Ara memiliki impian untuk memiliki keluarga yang cerdas, berpendidikan Master atau Doktor.

Ara ketika mengenal lawan jenisnya, tidak pernah lupa untuk melakukan observasi, apakah lawan jenisnya ini memiliki hobi membaca buku, seperti dirinya. Jika dia bisa ngobrol apa saja dengan seorang wanita, maka dia yakin bahwa wanita tersebut suka membaca buku karena bisa berdiskusi apa saja dari A hingga Z. Ara adalah sosok mahasiswa yang cerdas. Maka dia pun mencari pasangan hidup yang cerdas dan bisa mengimbanginya dalam berdiskusi dan berdebat. Ara mengagumi ibu Rania karena Ibu Rania bisa mengimbanginya dalam berkomunikasi apa saja. Ara suka berbicara mengenai politik dan ibu Rania juga faham mengenai politik. Apapun pembahasan yang Ara ingin bahas bersama Ibu Rania maka beliau dengan mudah menjawab dan berdiskusi dengan nya tanpa mengabaikannya. Ara menjadi bersemangat manakala bisa bertemu dengan ibu Rania bukan semata ingin memandang wajah yang teduh namun juga karena kemudahan dalam berkomunikasi.

Ara pernah bertanya kepada Ibu Rania. Apakah Ibu Rania lebih suka belajar dengan cara menonton YouTube atau Mendengarkan Audio?.Kemudian Ibu Rania menjawab bahwa sebetulnya Ibu Rania juga suka membaca buku waktu masih kecil, hanya saja , ketika sudah dewasa dan menjadi seorang Trainer atau Motivator, dan sudah memahami bahwa cara belajarnya adalah Auditory yang lebih pas, maka ibu Rania lebih banyak belajar dengan cara mendengarkan seminar dan sejenisnya. Adapun Ara, seorang Visual maka membaca buku adalah cara yang tepat untuk belajar. Jawaban ibu Rania memang tepat sekali, sebab seorang Auditory akan menghabiskan waktu jika membaca buku. Solusi terbaik adalah dengan ikut pelatihan, seminar dan mendengarkan audio/suara. Ya, Ara semakin memahami bahwa kecerdasan seorang Ibu Rania betul-betul membuat Ara terkagum-kagum pada wanita yang menjadi mentornya ini.

Ara tidak pernah mengakui bahwa Ibu Rania adalah mentor buat Ara. Tapi Ibu Rania dengan sangat telaten membimbing Ara sehingga karirnya berjalan dengan cemerlang. Ara sebetulnya mengakui kehebatan ibu Rania berperan sebagai mentor buat Ara namun Ara sering merasa gengsi di depan teman yang lain. Di depan temannya, Ara sering menguji kehebatan ibu Rania. Ibu Rania selalu bisa menjawab tantangan dan ujian yang Ara berikan. Ara semakin tidak berkutik jika harus berhadapan dengan Ibu Rania, karena ibu Rania bisa menjawab semua pertanyaan dan tantangan dari Ara.