Chereads / Journey of Ara / Chapter 20 - Perbedaan Usia

Chapter 20 - Perbedaan Usia

Ara merasa ada dua masalah besar di dalam hidupnya terkait percintaannya yaitu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan dan jika bersama dengan Ibu Rania adalah mengenai perbedaan usia.

Ara dengan usia menjelang 27 tahun tentu bukan lagi lelaki remaja dengan usia 17 tahun. Namun kebiasaan remaja nya yang masih suka bersenang-senang, hidup enak masih saja menggelayuti perilakunya. Ara belum mengerti bagaiman caranya menjadi seorang Imam yang baik. Bagi sosok Ara, semua istrinya yaitu akan berjumlah 4 orang maka harus memahami bahwa Ara harus diperbolehkan memiliki istri 4 orang. Ara akan berusaha membuat 4 orang istrinya akur dan Ara tidak merasa perlu diatur oleh istri-istrinya. Ara akan memberikan mobil mewah kepada istri pertamanya agar diperbolehkan menikah lagi dengan istri kedua dan seterusnya. Kemudian bagaimana jika Ara tidak punya uang ?.Dia akan berjuang bersama istri pertamanya dan tetap saja akan meminta istri pertama membolehkannya menikah lagi atau mengancam akan berpacaran. Bagi Ara, jika dia berpacaran, maka istri pertama akan marah dan kecewa. Maka Ara dari sejak awal meminta izin akan menikah lagi. Itulah imajinasi seorang Ara sebagai anak muda yang belum pernah menikah dan belum pernah menafkahi orang lain selain dirinya. Kondisi Ara hari ini, adalah dia sedang berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya dan harus menabung untuk pernikahannya. Ditengah kondisi sulitnya mencari nafkah, Ara tetap yakin bahwa dia akan menjadi seorang Milyuner. Maka semua persiapan untuk menjadi milyuner sudah dia siapkan. Hanya saja, setiap kali Ara ingin melangkah membuat bisnis baru, maka langkahnya tersendat dan dia tetap berharap untuk menikah terlebih dahulu sehingga dia bisa fokus dalam menjalankan bisnis didampingi sosok bidadari yang juga pandai dalam berbisnis.

Rania adalah pilihan terbaik dengan kepiawaiannya dalam berbisnis. Ara merasa yakin bahwa dia akan bisa melesat dalam bisnis jika di dampingi oleh sosok Rania.

Ara masih menghitung dan membuat perencanaan terhadap masa depannya. Tulisan di agenda diary nya, menyebutkan banyak sekali impiannya dan semuanya akan berjalan jika dia menikah dengan Ibu Rania bukan dengan yang lainnya. Ara masih sangat terobsesi untuk bisa hidup bersama dengan Rania.

Perbedaan usia antara dia dan Ibu Rania seperti Rasulullah dengan bunda Khadijah. Ya betul, hampir 15 tahun. Ara masih belum tahu, bagaimana caranya dia mendekati obsesinya dan impiannya. Ara menyaksikan kepiawaian Ibu Rania dan Ara mengagumi sosok wanita ini. Ara yakin sekali kalau Ibu Rania tidak bahagia bersama suaminya sehingga Ara ingin menggantikan posisi suami ibu Rania. Ara merasa yakin, bahwa komunikasi dirinya dengan ibu Rania jauh lebih baik daripada ibu Rania dengan suaminya saat ini. Ara secara perlahan ingin menguji apakah Ibu Rania cemburu jika Ara berpacaran dengan karyawan ibu Rania. Dan tentunya benar adanya. Ibu Rania mulai mengakui bahwa dia juga memiliki 'rasa' terhadap Ara dan cemburu sekali ketika Ara dekat dan berpacaran dengan wanita lain. Ara kemudian melakukan klarifikasi bahwa dia tidak suka pada wanita tersebut dan hanya wanita tersebut yang mengejar-ngejar dirinya. Wanita itu bernama Wina dan memang Wina adalah wanita paling cantik di kantor Ibu Rania. Hal itu, tentu saja membuat Ibu Rania merasa ada pesaing dan Ibu Rania menyatakan kecewa dengan sikap Ara yang selalu saja mempermainkan hati wanita.

Ara masih terus merenungi setiap perilakunya. Perilaku Ara seperti seorang agressor yang mencoba mengobrak-abrik kantor Ibu Rania. Ibu Rania dianggap sebagai Direktur yang tidak pernah adil kepada karyawan nya karena dianggap terlalu sayang kepada Ara. Padahal sesungguhnya Ibu Rania sangat objective dalam memberikan penilaian kinerja. Hanya saja, karyawan di kantor Ibu Rania merasa bahwa Ara tidak pernah dimarahi oleh Ibu Rania sementara karyawan yang lain terlalu sering dimarahi. Ibu Rania mengklarifikasi bahwa tidak ada perbedaan penilaian antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya. Hanya saja, karena semua karyawan belum ada di level Manager, sehingga belum tahu caranya dalam memberikan penilaian kinerja. Ibu Rania membimbing semua karyawan untuk naik level dan selalu memotivasi semua karyawan. Ara menjadi malu karena dianggap sebagai anak kesayangannya Ibhu Rania. Kemudian Ara pamit untuk berkiprah diluar kantor dan jika memang Ara masih dibutuhkan di kantor ibu Rania, maka hanya mensupport berbasis proyek saja, dan mungkin hanya sedikit proyek yang bisa Ara kerjakan karena Ara ingin mencari pekerjaan dan pengalaman kerja ditempat lainnya dan Ara tidak suka dianggap tidak profesional dalam bekerja. Ara ingin membuktikan bahwa prestasi dan karir yang dia dapatkan di kantor Ibu Rania memang karena kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya dan bukan karena kebaikan hati dari Ibhu Rania. Ara sudah melakukan klarifikasi tentang sikap Profesionalnya dan menyatakan bahwa Ara tidak memiliki hubungan personal dengan ibu Rania dan Ara siap berkarir di Perusahaan lain.

Ara akhirnya bekerja di perusahaan lain, yaitu di perusahaan Asuransi yang baru saja membuka kantornya di Indonesia sebagai Business Development. Pekerjaan sebagai konsultan tetap dia kerjakan di sela-sela kesibukannya untuk menambah income terkait keinginannya untuk menabung demi masa depan dan biaya melamar calon istrinya kelak. Bayang -bayang wanita yang ada di pelupuk matanya, selalu menggoda Ara. Wanita tersebut terdiri dari 4 orang wanita yang belum bisa Ara lupakan. Dan 4 orang wanita tersebut, tidak ada satupun yang siap dengan Polygami. Ara menjadi galau dan bingung. Ara masih berfikir untuk menjadikan Ibu Rania sebagai istri pertama dan wanita lain sebagai istri kedua. Namun Ara mengalami perjalanan hebat di dalam hidupnya yaitu Ara melihat bahwa Ibu Rania sepertinya adalah sosok wanita yang mandiri dan menarik bagi banyak lelaki. Ara tiba-tiba saja menjadi cemburu manakala Ibu Rania dekat dengan lelaki lain. Ara merasa bahwa dia harus berjuang untuk bisa mendapati hatinya Ibu Rania. Ara harus menjadi sosok Ara yang baru, yang tidak lagi Playboy tetapi menjadi lelaki yang setia, matang atau dewasa, rajin sholat atau beribadah, dan mandiri secara finansial. Faktanya, Ara masihlah lelaki yang kekanakan, tidak dewasa, gampang sekali terpikat dengan wanita yang baru dikenal. Ara mudah sekali menawarkan cinta kepada siapapun wanita yang juga sedang terpesona kepada dirinya. Setiap kali berkenalan dengan wanita baru, yang sudah memiliki suami, Ara tetap saja berhasrat untuk bersenang -senang dan bercinta dengan wanita tersebut namun tidak untuk berkomitmen atau menikah. Ara masih saja terbiasa dengan karakter lamanya tersebut. Inilah karakter yang harus diubah sehingga Ara yang baru akan menjadi sosok unggul yang diharapkan muncul. Ibu Rania sebetulnya tidak terlalu suka dengan Ara karena Ara adalah sosok laki-laki yang egois, sombong, sok pinter, dan tidak mau mengalah. Ditambah lagi dengan mudahnya jatuh hati dan menggoda wanita lain. Inilah penghalang terbesar bagi Ara untuk bisa mendapatkan hatinya Ibu Rania. Ibu Rania menjadi ragu, karena Ara belum siap menjadi seorang Imam yang bisa membawa keluarga kepada jalan yang lurus dan menuju ke syurga. Ara adalah sosok yang rajin dalam urusan dunia dan mengumpulkan materi namun malas sekali dalam hal beribadah. Ara memiliki hambatan di dalam langkahnya untuk menikah. Ara mulai memperdalam Islam dan mempelajari karakter Rasulullah. Ara mulai hijrah secara perlahan namun pasti. Perbedaan usia akan tidak lagi menjadi penghalang jika Ara memperbaiki dirinya dan hijrah kepada jalan yang lurus.