Chereads / Journey of Ara / Chapter 24 - Spiritualist

Chapter 24 - Spiritualist

Patah hati, adalah hal yang sudah berulang kali dirasakan oleh Ara. Hal itu juga pernah terjadi pada Ibu Rania. Ketika Ara bertemu dengan Ibu Rania, maka semua rasa patah hati, rasa pernah kehilangan cinta, tiba-tiba saja terbayarkan dengan adanya pertemuan bersama Ibu Rania. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ibu Rania. Ara menjadi pribadi yang mudah tersenyum, mudah tertawa dan berusaha melepaskan luka yang pernah terjadi ketika proses mencari pasangan sejati. Keajaiban bisa bertemu dengan Ibu Rania adalah sebuah keajaiban yang menyebabkan Ara bisa melakukan proses healing (penyembuhan). Ara yang awalnya adalah sosok pemuda yang sangat materialistik , tiba-tiba mau berubah menjadi sosok yang Spiritualist. Ara mulai menata langkahnya agar tidak dipengaruhi lagi oleh faktor materialistik. Ara mulai bosan dengan gemerlap dan kemewahan dunia yang sesungguhnya adalah semu belaka. Ara mulai mencari sesuatu yang kosong di dalam dirinya atau jiwanya. Bertemu dengan Ibu Rania memudahkan langkah nya untuk menjadi pribadi yang Spiritualist. Ara ingin mewujudkan impian kedua orang tuanya yaitu menjadi pribadi yang Sholeh. Ara selalu melihat sosok Ibu Rania sebagai sosok yang mengagumkan dan tidak mencintai materi. Ara melihat di dalam kehidupan Ibu Rania yang sangat mudah memberikan hartanya untuk orang lain dan tidak pernah tamak terhadap harta dan dunia. Inilah kekaguman yang membuat Ara selalu ingin bertemu dan menteladani sosok bernama Rania. Sosok wanita modern yang mirip seperti bunda Khodijah.

Ibu Rania sangat terbuka sekali mengenai manajemen kantornya. Beliau tidak pernah menyembunyikan sedikitpun informasi mengenai berapa nilai proyek dan nilai profit yang beliau dapatkan. Setiap kali ada kelebihan rezeki, maka beliau sangat murah hati untuk membahagiakan karyawannya. Ara melihat sesuatu yang membuatnya menjadi nyaman. Ia merindukan kehidupan yang nyaman yaitu ketika ada di dekan Ibu Rania, sosok pengusaha yang sangat bijaksana.

Relasi bisnisnya Ibu Rania , jumlahnya tidak banyak. Hal ini disebabkan Ibu Rania sering sekali dikhianati oleh relasi bisnis beliau sehingga beliau lebih selektif didalam memilih partner kerja dan partner bisnis. Ara bersyukur mendapatkan kesempatan untuk menjadi mitra kerja dan pernah mendapatkan beberapa proyek dari Ibu Rania. Walaupu Ara menyesali bahwa ada beberapa proyek Ibu Rania yang gagal karena kelalaian yang beliau lakukan.

Ara awalnya memang tidak pernah ingin berkontribusi lebih besar kepada semua proyeknya Ibu Rania karena Ara merasa bahwa ia hanya ingin menjadikan pekerjaannya ini sebagai batu loncatan menuju sukses pribadi. Baginya yang terpenting adalah dirinya. Padahal Ibu Rania sudah menasehati Ara untuk bekerja dengan fulltime dan tuntas namun Ara berfokus pada dirinya tanpa berusaha memberikan yang terbaik untuk clientnya Ibu Rania atau untuk Perusahaan Ibu Rania. Doktrin selama kuliah membuat Ara menjadi sosok yang materialistis dan jual mahal terhadap ilmu dan skill yang dia miliki. Ara tidak mau dibayar tidak sepadan dengan kemampuan dan kerja kerasnya. Walaupun Ara belum memiliki jam terbang yang banyak, namun Ara adalah sosok yang ingin mendapatkan harga yang mahal sebagaimana sosok Profesional Konsultan yang sudah memiliki pengalaman 15 tahun dan Ara belum punya pengalaman lebih dari 1 tahun. Ara baru saja bekerja 3 bulan di tempat Ibu Rania dengan pengalaman nol, namun ingin mendapatkan harga sebagai seseorang dengan pengalaman 15 tahun secara profesional disebabkan Ara sudah kuliah S2 dan biaya pendidikan S2 nya sangat mahal. Ara melakukan hal tersebut juga disebabkan adanya peluang untuk bisa dibayar mahal oleh Perusahaannya ibu Rania.

Persepsi yang keliru tentang materialisme membuat Ibu Rania melakukan diskualifikasi terhadap kinerja dan keterlibatan Ara. Ara menyendiri dan menjadi seorang yang Spiritualist. Ara mulai merubah sikap dan perilakunya termasuk kebiasaan hidup mewah. Ara mulai menyadari bahwa persepsinya tentang dunia dan kemewahan tidak bisa membuatnya hidup bahagia. Walaupun ia memiliki harta berlimpah, namun dia merasa belum bahagia. Itulah mengapa akhirnya Ara mencoba jalan lain, yaitu jalan yang lurus untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta dan juga Maha Pemberi. Ara merenungi kembali mengenai jati dirinya, untuk apa dia hidup dan mengapa dia belum mampu memasuki fase berikutnya di dalam kehidupannya sebagai seorang Suami. Mengapa Ara masih juga belum bisa menikah dan mengapa Ara masih sering stuck di dalam pekerjaan dan kehidupan nya. Ara mulai memahami bahwa kemaksiatan yang dia lakukan dengan sangat mudah, termasuk merusak masa depan wanita-wanita yang sering mendambakan Ara, maka inilah penyebab bahwa hidupnya tidak bahagia. Ara harus berubah dan menjadi pribadi yang berkualitas.

Ara mulai rajin menunaikan sholat lima waktu, Ara juga mulai merutinkan puasa Sunnah dan rajin bersedekah. Ara merasa lebih nyaman menjadi seorang muslim yang menjalankan perintah agamanya, yaitu Islam dan menjauhi larangan -laranganNya. Maka Ara mulai merubah kebiasaannya untuk nongkrong di malam hari jika hanya akan membuat waktunya hilang percuma. Ara menjadi pribadi yang berprestasi di kampus, menjadi seseorang yang ringan dalam menolong orang lain. Ara ingin menjadi pribadi yang mencerminkan sosok Pemuda Sholeh. Sosok Pemuda yang dulu adalah merupakan dirinya ketika masih SMP dan SMA, yaitu anak rohis. Ara mulai menikmati kajian -kajian Islam dan mulai belajar agama lebih mendalam. Ara setiap malam mulai rajin membaca Alquran. Ara merasa malu karena selama ini meremehkan kitab sucinya sendiri. Seperti kupu-kupu, Ara melakukan metamorfosa sehingga menjadi pribadi yang indah. Ara berubah menjadi sosok Ara yang tidak lagi egois dan mudah membantu orang lain. Ara baru yang terlahir kembali menjadi sosok yang suci tanpa dosa. Ara bertobat atas perilaku masa lalunya yang hitam dan kerdil.