Tatapan mata yang tajam dari pihak Ara kepada ibu Rania sebetulnya sudah membuka topeng yang selama dipasang oleh Ara. Ara selalu saja memakai topeng ketika bertemu dengan siapapun dan berusaha menyembunyikan "rasa" yang ada dihatinya. Ara tidak pernah mampu untuk mengatakan rasa cintanya secara terbuka kepada Ibu Rania, sosok wanita yang dikaguminya. Mulutnya selalu saja terkunci dan sikap egoisme nya selalu mendominasi manakala ia bisa berdebat dan memenangkan perdebatan walaupk debaran cinta selalu menggangu dirinya. Ara tidak pernah mau memberikan hadiah ataupun bunga sebagai bentuk pernyataan sikap kepada Ibu Rania ketika berada di samping ibu Rania. Tatapan mata tajam Ara adalah kode yang membuat ibu Rania mampu membuka topeng yang selalu digunakan oleh Ara.
Pada suatu hari, Ara menerima sebuah puisi indah di emailnya yang berasal dari ibu Rania. Ara sebetulnya bahagian sekali dengan adanya puisi cinta yang dia terima dari ibu Rania namun ada rasa malu dan juga rasa takut untuk berkomitmen maka puisi indah tersebut tidak pernah dijawab oleh Ara dan Ara berusaha menyimpan semua itu. Ara hanya bisa berdoa kepada Yang Maha Kuasa bahwa dia akan bertemu dengan cinta sejatinya walaupun tentu saja tidak mudah menjalani proses yang disebut sebagai Journey of Live. Ara adalah tetap seorang anak muda yang memiliki banyak sekali kesempatan untuk memilih jika ingin menikah dengan siapapun yang dia kehendaki, setelah dia mampu menyelesaikan studi S2 nya dan setelah memiliki penghasilan yang tetap. Ara terkadang mengurung dirinya dikamar seperti berada di dalam penjara karena dia ingin meninggalkan kenangan indah bersama dengan ibu Rania dan dia berhasil melalui masa 12 bulan dimana jiwanya dan hatinya menjauh dari Ibu Rania namun tubuhnya seperti remuk karena dia menjadi manusia yang tidak lagi mempedulikan penampilannya. Ara mulai membiarkan wajahnya tidak lagi terawat dan dia mengizinkan dirinya untuk tidak lagi menjadi lelaki tampan karena hasrat hatinya hilang ketika 1 tahun menjadi seseorang yang tidak mengenal ibu Rania. Namun, dari kejauhan dia tetap melihat ibu Rania menjadi sesosok wanita yang dikagumi oleh banyak orang dan semakin melimpah rezekinya dan Ara mulai membayangkan seandainya kebahagiaan yang bisa Ibu Rania dapatkan hari ini adalah juga kebahagiaan yang dapat dia rasakan bersama dengan Ibu Rania. Ara tiba-tiba saja menyesal bahwa dia pernah menduakan Ibu Rania dengan wanita lain dan rasa penyesalan tersebut membuat Ara sering sekali menyendiri dan memutuskan air mata karena Ara merindukan masa-masa ketika ia bisa bahagi dan tertawa lepas bersama dengan wanita yang dia yakini sebagai cinta sejatinya. Ara memang mengakui bahwa dia pernah menjadi lelaki materailistik yang menilai wanita dari kecantikan fisik, dan harta yang banyak. Ara terpesona dengan wanita lain yang akan menjadi Dokter dan memiliki harta yang banyak (harta orang tua wanita tersebut) dan kemudian meninggalkan ibu Rania karena ibu Rania dinilai terlalu religius dengan jilbabnya yang lebar dan dengan sikap tegasnya sebagai seorang Direktur yang membuat Ara merasa tidak akan bisa mendapatkan harta atau apapun dari ibu Rania. Ara merasa bahwa Ibu Rania sangat pelit dan tidak mau menghambur-hamburkan uang untuknya dan dia berlari menjauh dari ibu Rania karena Ara tidak ingin di cemooh oleh teman-temannya terkait adanya hubungan spesial yang terjadi antara Ara, lelaki tampan diusia 27 tahun dengan wanita yang usianya sudah diatas 40 tahun. Ara merasa langkahnya adalah benar yaitu menghilang dari ibu Rania, walaupun topengnya sudah dibuka oleh ibu Rania sendiri. Ara memang bisa berkomunikasi dengan ibu Rania dengan bahasa telepati dan sebaliknya ibu Rania bisa menangkap semua kebohongan yang Ara lakukan sehingga Ara juga malu dengan "kata hatinya" sendiri dan ia cuma bisa berdoa saja.
Ara mengubah penampilannya menjadi seorang yang lebih religius dan mulai memelihara jenggot. Ara mulai mengikuti kajian-kajian Islam dan bertobat atas semua dosa masa lalunya. Jiwanya tergoncang sejak jauh dari Ibu Rania dan Ara sedang mengejar hidayah nya. Ara tidak ingin menambah korban lagi yaitu memberika janji-jani manis kepada wanita yang pada akhirnya Ara pun tidak mampu memberikan komitmen untuk menuju kepada hubungan yang serius. Maka Ara mulai belajar bagaimana memperbaiki akhlaq nya dan menata diri untuk berada di jalan yang lurus yaitu sebuah jalan yang di ridhoi oleh Nya. Akhirnya, Ara mulai merasa tenang ketika dirinya mulai mendekat kepada Alloh dan mulai belajar membaca Al Qur'an.