Edited by Mel
"Kamulah buah harap, tempatku meletakkan angan yang tak mampu ku gapai.
Kamulah benih baru dari akar-akar tua yang kini telah layu mengering, kaulah harapanku, anakku!"
~Yu'da
"Uuurggghh.." Suara batuk terdengar di belakang reruntuhan batu, Hans tersadar. Ketika ia membuka matanya, ia menemukan dirinya tertimbun reruntuhan dan debu. Ia mengusap matanya agar dapat melihat lebih jelas, masih dengan kepala yang terhuyung-huyung.
"Di mana... aku?"
"Penjara?"
Ketika ia mengangkat tangannya,"Uhh?! Luka-lukaku sembuh?"
"Tidak mungkin..." Ujarnya sambil memandang dua tangan putih miliknya, meski di tengah kegelapan ia bisa melihat dengan jelas.
"Tsk.. Tsk.." Masih dalam kebingungannya, ia mendengar suara dari sudut lain penjara bawah tanah. Ia mengira itu adalah suara makhluk magis di tempat itu, namun ketika ia melihat sekeliling, ia mendapati seluruh penjara bawah tanah hancur dan tak satu pun makhluk magis ia temui.
Terlebih sebuah lubang besar di atap penjara bawah tanah yang membiarkan cahaya masuk, tunggu,"Cahaya?"
Kontras dengan gelapnya malam, cahaya yang masuk lewat lubang besar itu jauh lebih terang dari cahaya bulan dan bintang. Ia berusaha bangkit, namun menemukan sebuah tembok berukuran lima belas meter tinggi dan sepuluh meter lebarnya menimpa kakinya.
Ia terkejut sesaat, kemudian mencoba mengalirkan jiha miliknya, ia mengira aliran jiha akan terganggu akibat cedera parah yang ia alami sebelumnya, namun yang mengejutkan adalah alirannya justru dua sampai tiga kali lebih lancar!
Ia mengangkat tembok besar yang setidaknya memiliki berat tiga ton itu dengan santai, kemudian meletakkannya perlahan. Memilih berhati-hati karena ia tak tahu dari mana sumber suara sebelumnya datang, ketika ia berjalan ia pun tersadar tempat itu benar-benar porak-poranda.
"Tuan Yu'da!!" Ia berbalik, kemudian dengan secepat tenaga berlari ke arah lubang besar yang berada tepat di depan penjara tempat Yu'da terpenjara.
"Tidak mungkin... Tuan di ma-" Belum sempat ia menyelesaikannya ia terdiam, matanya terpaku pada sosok yang terkapar di depannya.
"Kak Marriane?!!!" Ia menemukan Marriane tergeletak di atas lantai penjara yang berdebu, tubuhnya kehitaman, terlihat menua di beberapa bagian-wajah dan tubuhnya.
"Kkkaak.." Ia tanpa pikir panjang berlari dan berselunjur di atas lantai tanah dengan lututnya, memeluknya dan mengusap wajahnya pelan.
"Marriane.." Ia menahan tangis, karena menemukan tubuh gadis itu dalam keadaan yang sangat buruk, gadis itu kehilangan ke sadar, hanya dengan memegang tangan dan merasakan permukaan kulitnya usaha Hans bisa mengetahui seberapa parah lukanya.
Namun tiba-tiba tubuh Marriene bergetar kecil, matanya terbuka perlahan di sertai air mata.
"Kak!" Hans terkejut dan mendekap tubuh Marriane lebih dekat dan erat.
Marriane menolak dekapan Hans,"LARI!!!"
Seketika setelah berucap demikian ia kembali kehilangan kesadaran.
"Kak!"
"Kak!"
Ia mengguncang tubuh Marriane, mendekapnya erat mendekatkan wajah Marriane kepadanya,"Kak!"
Tiba-tiba mata itu terbuka lagi, namun seluruh pupil dan retinanya berwarna hitam. Ia kemudian mencekik Hans dengan kedua tangannya!
"Ka-Kkk! Ugh!!"
"Aku tida...k bisa bernnnaaffaasss..."
Mata hitam itu memandangnya dan membuka mulutnya, gas hitam keluar dan melingkupi tubuh Hans.
"Arghhh!!" Hans berteriak.
"Maafkan aku Kak!" Ia berujar dan kedua tangannya di aliri jiha memegang kedua tangan yang kini hanya tinggal belulang di selimuti kulit itu.
"Haaaaaaaaaaaaaa!" Marriane berteriak keras, asap hitam itu semakin pekat dan menyelimutinya seperti jubah hitam malaikat pencabut nyawa.
Setelah sang iblis menghadapi Yu'da lalu ia menuju ke arah Marriane dan menghisap sebagian besar jiwa sosok misterius yang berada dalam tubuhnya, kini ia benar-benar berada dalam keadaan sekarat.
"Serahkan jiwamu!!! Serahkan!!!!" Ia mengamuk, pandangan sosok misterius itu menjadi kabur akibat jiwanya di ambang kehancuran. Setelah hampir semua ia menyerap jiwa pengikutnya itu, ia berlalu dan segera mengejar Hans yang sudah menjauh dan berada di bawah lubang besar di langit-langit penjara bawah tanah.
"Aku.. Ladien, pengabdi kegelapan yang paling setia, membuka pintu kematian dengan sisa jiwaku yang terakhir!!!" Tubuh Merriane melesat maju sembari membuat pola-pola di udara, ia berlari bukan ke arah Hans melainkan ke arah lubang besar di atasnya. Ia melayang dan melesat keluar.
Hans yang melihat itu mengejarnya, Ia membungkuk cukup dalam hingga kakinya terlipat sempurna dan melompat ke atas.
Ketika ia melompat keluar dari penjara bawah tanah itu, matanya terasa perih. Ia kini menyadari dari mana sumber cahaya yang menyinari penjara bawah tanah itu, sebelumnya ia hanya bisa melihatnya dari lubang di atas langit-langit penjara.
Kini ia melihat jelas singa besar yang dengan gagah berdiri memandang sosok tinggi besar di sisi lain langit, keduanya melayang di udara.
"Rama..." Ia berujar, entah dari mana bahasa yang ia ucapkan ini. Tapi semenjak tersadar ia merasa banyak informasi yang membanjiri kepalanya hingga sulit ia cerna.
"Rama.. apa itu..?"
"Ah.. Bapa..." Ujarnya, seketika itu pula ia menangis. Sedang ia memandang Yu'da yang berada cukup jauh darinya, singa besar itu membalikkan kepalanya dan tersenyum.
"Hiduplah.." Ujarnya tanpa suara, hanya gerakan bibir yang amat cepat, namun Hans dapat mengerti karena bakat alami yang dimilikinya yakni membaca ekspresi .
Tubuh Yu'da terlihat seperti hologram dan mulai muncul dan menghilang di beberapa bagian.
Sedang sosok besar di hadapannya tidak memperhatikan Hans yang kini masih termenung melainkan memandang ke arah utara dan selatan, ribuan orang melesat ke arahnya, berusaha melakukan penyerangan terhadapnya.
"Hahaha.. makanan!" Ia bergegas dengan kecepatan tinggi meninggalkan Yu'da yang kemudian mengejarnya.
Meski begitu sosok itu lebih dahulu sampai di kerumunan yang hendak menyerangnya dan melepaskan energi hitam yang kemudian membelah barisan para murid tingkat dua itu.
"Arghh!!"
"Tidak!!!!"
"Apa itu??!!!" Energi hitam itu kemudian berubah menjadi sebuah kapak berukuran dua belas meter dengan ribuan tengkorak di titik pertemuan antara mata kapak dan gagangnya!
Ribuan tengkorak itu menjerit keras dan mengeluarkan lebih banyak energi kematian dan menyerap jiwa murid-murid yang berusaha berlarian ke segala arah itu.
Namun hal itu sia-sia, yang mereka hadapi adalah salah satu penghulu iblis di bawah sang raja Naga, Beelzebul!
Tubuh Beelzebul semakin terlihat nyata, ribuan jiwa itu seakan memberinya kekuatan tanpa batas. Otot kekar bermunculan dari tubuhnya yang sebelumnya muncul menghilang, di dua lengannya rantai-rantai besar terlilit namun terputus di ujungnya. Ia membawa kapak besar, tingginya dua puluh meter, kalung yang terbuat dari tengkorak ribuan orang mengular di lehernya.
"Hahaha.. Singa tua! Kita lihat apa yang akan kau lakukan kali ini!" Rambut putih Beelzebul terbawa angin, ia berjanggut panjang dengan dua mata merah pekat bagai darah. Ia tidak memusingkan dirinya dengan mengejar para siswa yang berlarian, namun ia memandang Yu'da dengan sombong.
Yu'da begitu marah, air matanya menetes melihat ribuan anak manusia kehilangan hidupnya begitu saja. Terlepas dari apa yang manusia lakukan pada ia dan bangsanya, tetap hatinya begitu pilu menyaksikan jeritan ribuan orang yang mati tanpa perlawanan.
"Beelzebul!"
"Meski kau akan mati bukan di tanganku, tapi aku akan memastikan kau menyesali semuanya!" Yu'da berujar. Tubuhnya membesar, hingga ukuran yang sepadan untuk menandingi Beelzebul. Tanpa memedulikan tubuhnya yang semakin melemah, ia kemudian melompat ke arah tubuh besar itu dengan cakar depannya yang siap merobek leher sang penghulu iblis.
"Haha.. sia-sia!"
Beelzebul mengangkat kapak besarnya, ia mengalirkan semua energi kegelapan yang berada di tubuhnya. Langit yang gelap seakan bergerak mengikutinya, ia bergemuruh dan membentuk sebuah kapak yang sepuluh kali lebih besar dari kapak yang ia pegang.
Kapak besar itu terayun, turun menyambut cakar milik Yu'da.
"Ramaa..." Ia berusaha berteriak, namun suaranya mengkhianatinya-ia membisu.
"Hans.. Pergi dari sini!!"
"Cepat!" Suara Yu'da terdengar di dalam hatinya! Telepati!
Ia terkejut, tersadar sambil menangis ia menjawab,"Tidak! Tuan biarkan aku membantumu!"
"Cukup! Pergi nak!" Ujar Yu'da tanpa berbalik terus bertarung melawan Beelzebul.
Ia terhempas oleh serangan kapak besar itu, hal itu membuat Hans semakin keras kepala.
Ketika ia hendak maju dan berlari ke arah Yu'da, suara keras terdengar dari belakang tubuhnya. Ia berbalik dan menemukan ribuan roh jahat mengerumuni tubuh Marriane, sebuah portal terbuka kembali di perutnya.
"Hans.. Aku mohon bunuhlah aku...!" Ujar Marrianne sambil menangis darah.
"Tidakk!!!!!" Ia berteriak keras, tanpa menyadari tamu tidak di undang mengawasi dari balik kegelapan.
Ia melesat maju, melepaskan seluruh jihanya menghantam ribuan roh yang menggerogoti tubuh Marriane, namun percuma roh-roh itu seakan udara yang tidak dapat ia pukul.
"Percuma Hans.."
"Bunuhlah aku sebelum semua terlambat!"
**
Yu'da terpental, tubuhnya menghantam ribuan pohon dan membuat bagian hutan itu menjadi gundul sebagian. Ia berusaha berdiri dan melawan kembali, tabib Beelzebul menghalangi, menginjak perutnya dengan keras sehingga ia sulit berdiri.
"Huakk!" Ia memuntahkan darah berwarna hitam dari mulutnya, Yu'da semakin lemah.
"Inilah akhirnya! Hahahah... Aku akan menikmati jiwamu!" Beelzebul mengulurkan tangan kirinya hendak meremukkan kepala Yu'da. Tiba-tiba dua cahaya merah dan biru melesat dari arah timur dan barat.
"Gedebuk..!"
Sebuah perisai besar menghantam tubuh Beelzebul membuatnya terlempar ke belakang sebanyak dua langkah kaki. Ketika ia kehilangan keseimbangannya sebuah pedang di penuhi lahar dan api muncul dan hendak membelah kepalanya. Pedang itu menyasar leher Beelzebul, namun kalung tengkorak di lehernya membuat pelindung yang kemudian beradu dan membuat pedang itu gagal melukai lehernya. Meski begitu Beelzebul terpental puluhan meter.
"Orang bilang Iblis itu buruk rupa! Puih! Ternyata kenyataannya jauh lebih jelek, cerita orang-orang itu justru ku pikir adalah pujian untuk si buruk rupa ini!" Ujar Gyves yang di penuhi cahaya biru terang.
"Jangan lengah!" Dyson berujar singkat, memegang pedang merah membara yang di penuhi api, sebelumnya ia mengejar Gyves yang membuat kekacauan di departemen roh dan jiwa, tapi di tengah perjalanan keduanya di kejutkan oleh auman keras. Keduanya saling berkejaran ke sumber suara dan mendapati sosok iblis besar mengacau akademi.
"Hmmph!! Lalat-lalat pengganggu!" Beelzebul berjalankeluar dari kumpulan debu sambil meregangkan bahu kanan dan kirinya.