Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 54 - Aksara 31a, Antara Ramalan dan Janji, Serta Harga Untuk Semuanya.

Chapter 54 - Aksara 31a, Antara Ramalan dan Janji, Serta Harga Untuk Semuanya.

Domba kecil itu membawa Hans ke hadirat sang singa raksasa, tubuh besarnya kini dengan tegak memandang keduanya. 

Namun di pandangan mata tajam itu, tersimpan jutaan rasa, terutama kesedihan yang luar biasa. Domba kecil itu membawa Hans masuk, singa besar itu tertunduk, memandang tubuh Hans yang di penuhi luka parah.

Mengapa singa besar itu bisa mengetahui semua yang terjadi di akademi? Karena penjara kecil ini tidak bisa menghentikannya, ia bisa melarikan diri bila ia mau bahkan semenjak semula. 

Lalu apa yang membuatnya tetap berada di sana? 

Sebuah janji yang telah ia ikrarkan dan ramalan yang semesta tunjukkan.  

"Apakah ini rasanya kesedihan.." Ia bergetar kuat, hatinya telah diberikannya pada Hans. Hati yang berasal dari kasih sayang semesta, hati yang tak gentar di hadapan ribuan naga, hati yang menyimpan rahasia penciptaan dunia. Kini hati Hans yang ia simpan di dalam tubuhnya, hati rapuh yang di penuhi begitu banyak kesedihan dan ketakutan. Energi suci yang Yu'da miliki menyucikannya secara perlahan dan di saat yang bersamaan menghancurkan kegelapan yang berada di dalamnya.

"Hyang Widi sungguh sakit rasanya, seperti akan mati." Tak ada yang mengerti mengapa ia berucap demikian, namun tersirat bahwa ini adalah sebuah proses pemenuhan janji yang ia ikrarkan. 

"Rama! Bila mungkin lalukanlah, namun biarlah kehendakmu yang jadi!"

"Kepada mereka yang engkau berikan kepadaku, tuntunlah mereka seperti engkau menuntun aku.." 

Air matanya menetes, menetes ke tubuh Hans. Air mata berwarna merah yang menyerupai darah, tubuhnya bergetar. 

Tubuhnya perlahan di penuhi luka, darah mengalir keluar membasuh tubuh Hans. 

"Inilah darahku, sebab aku datang untuk memenuhi ramalan ini.." 

"Dengan ini maka semuanya sudah genap, terang sudah datang dan kegelapan tidak akan bisa menguasainya." 

"Aku mati supaya engkau hidup, biarkan aku mati menggantikan engkau. Biarkan singa tua ini membawa kutuk yang mengekang engkau pergi." Ia tersenyum, mengusap kepala Hans dengan kepalanya. Domba kecil itu perlahan maju ke depan sang singa besar, ia mengangguk.

"Kita adalah satu, setelah ini kita akan pulang.." Ujar Yu'da, domba kecil itu kemudian menunduk, perlahan tubuhnya tercerai berai menjadi cahaya. 

Domba itu kemudian memandang singa besar yang memandangnya sedih, menggeleng. Seperti mengetahui maksud tindakan sang domba kecil, ia menjawab,"Tentu saja kau dan aku adalah satu entitas, kita berasal dari sumber yang sama.."

Perlahan domba itu berjalan mendekat, dalam setiap langkah kecilnya perlahan tubuh terurai seperti debu namun bersinar dan hangat seperti cahaya.

"Aku akan menyusulmu, tunggulah sebentar.." Ia tersenyum kemudian menghantar sang domba kecil pergi dengan senyumannya. 

Yu'da kemudian memandang Hans yang kini di penuhi ribuan cahaya, tubuhnya disembuhkan secara luar biasa. Namun cahaya itu tidak berhenti di sana, cahaya itu melesat masuk ke kepala Hans secara bersamaan, teriakan keras terdengar bersamaan dengan itu. Kegelapan membuat tubuh Hans bergetar-getar, seperti ikan yang menggelepar ketika berada di daratan. 

Seekor naga besar muncul, terbuat dari bayangan hitam yang memenuhi seluruh penjara bawah tanah. Ribuan makhluk magis lainnya berteriak-teriak ketakutan, namun Yu'da tanpa gentar memandangnya tajam.

Ia kemudian mengaum keras, sangat keras hingga seluruh akademi mendengarnya!

Ya seluruh akademi mendengar auman kerasnya, tak terkecuali sang kepala akademi.

Ia sedang bersemedi di puncak piramida besar yang menjadi tempat tinggalnya. Piramida itu membentuk gunung kecil dengan ribuan ruangan di sela-sela tiang-tiang penahannya. Keluarganya tinggal bangunan-bangunan lain yang mengitari piramida itu dengan teratur dan tertata rapi. 

Matahari hendak tenggelam, namun bulan tidak muncul, membawa kegelapan yang menyelimuti seluruh akademi. 

Ia membuka mata, dahinya mengernyit dan kemudian melesat dan menghilang di antara kabut dan kegelapan. 

**

Gyves kembali ke tempat perawatan dan mendapati Hans hilang dari tempat tidurnya, ia mengamuk sejadi-jadinya. Kemudian tanpa berpikir panjang ia pergi ke arah departemen penelitian roh dan jiwa dan membuat keributan di sana.

Meski ia menghancurkan puluhan bangunan dan gedung penelitian ia tetap tidak menemukan Hans yang sedang ia cari-cari. 

Masih dalam amarahnya, ia terhenti oleh sebuah auman keras yang membuat hatinya bergetar! 

Bukan hanya dia, bahkan ribuan murid-murid yang mengepungnya pun bersujud ketakutan.

Wajahnya terkejut, kemudian menoleh ke arah bangunan yang ia buat porak-poranda. Profesor kepala departemen penelitian roh dan jiwa tidak muncul sama sekali dan membuatnya semakin curiga, tetapi sebuah keraguan muncul dalam hatinya, seakan hatinya memberi tahu bahwa apa yang ia cari ada bersama auman keras itu.

Beberapa helaan nafas ia memperhitungkan untung dan rugi, ia kemudian melesat ke arah dari mana suara itu datang.

**

Hans masih kehilangan kesadaran, namun naga yang terbuat dari bayangan hitam itu masih bersikeras menempel pada keningnya. Suara auman itu keras, namun tidak sekeras jiha yang keluar bersamanya. Ribuan cahaya terlepas dari tubuh Yu'da membuat sebuah bola cahaya besar yang mengunci bayangan hitam itu.

Singa itu kemudian membuka mulutnya, cahaya besar terbentuk kembali, kali ini bercampur dengan inti kehidupan dari uma miliknya Yu'da. 

Membentuk sebuah pedang yang kemudian mengeluarkan suara dengungan lembut yang menyejukkan hati,"Ini adalah pedang aksara, berisi rahasia hati dari semesta!" 

"Olehnya dunia tercipta, olehnya juga cahaya di hati manusia bersinar bagai terang matahari!" Yu'da berbisik, suara itu bukan di maksudkan pada sang Naga hitam tapi sosok kecil yang tergeletak di lantai penjara.

"Yu'da, Singa tua! Kau sudah kalah! Hahahaha kau bisa mengalahkanku kali ini! Tapi hari ini sudah jelas adalah kematianmu!" 

"Bersama dengan kepergianmu cahaya akan kehilangan terangnya! Dan inilah waktunya kegelapan menguasai dunia!" Ia berujar seraya tersenyum meski pedang cahaya itu melesat ke arahnya. 

"Kami akan menghancurkan semua kerajaan manusia! Menjadi penguasa atas jagat raya!!" Naga besar itu tertawa keras, bersamaan itu pedang itu membelahnya menjadi dua bagian kemudian pedang itu terayun lagi, membelahnya menjadi empat bagian terus hingga akhirnya tidak tersisa sedikit pun bagian dari tubuh sang naga. 

Ribuan cahaya itu kemudian merasuk ke tubuh Hans, membuat tubuhnya bercahaya.  Singa besar itu kemudian membawa tubuh Hans keluar menggunakan jihanya. Ia kemudian memandang ke arah pintu masuk penjara, suara langkah kaki terdengar di sana.  

Ia dengan sigap menyembunyikan Hans di bagian gelap sel, meski gelap, jika seseorang mencari dengan teliti ia bisa melihat Hans yang tengah terbaring tak sadarkan diri. 

Yu'da berdiri tegak, memandang dengan beringas ke arah pintu masuk. Jihanya meluap-luap membuat udara bergetar, meski begitu yang menyambutnya adalah suara tawa yang dingin.

"Hahahaha!" 

"Lihat siapa yang menyambut kita! Raja tanpa tahta, makhluk cerminan semesta yang kini menjadi tawanan tak berguna. Hahahaha!" 

"Dia sekarang tidak ubahnya tikus yang akan mati di selokan gelap dan bau ini!" 

Yu'da hanya diam, memandangnya. 

"Yang mulia, dia tak akan bisa menyakiti kita, karena penjara ini di buat agar kekuatannya tidak berguna!" Ujar sosok yang menggunakan tubuh Marriane. 

"Haha tentu, kita akan menyiksanya lebih dahulu.." 

"Ohh..." 

"Hahaha ternyata ia memasang muka ganas untuk menutupi lukanya! Lihatlah ia tidak sekuat kelihatannya!" Sosok di dalam tubuh Carita tersenyum sadis, ia menjilat bibirnya sendiri.

"Baiklah mari kita bersenang-senang!" Tubuh Clarita bergetar hebat, ia membuka mulutnya lebar. Sebuah bola energi hitam berukuran bola Voli keluar dari mulutnya, disertai darah yang menghitam dengan jumlah yang banyak.

Aura kematian menyebar ke seluruh penjara, aura itu memasuki ribuan sel-sel penjara membunuh makhluk-makhluk magis yang berada di dalamnya.

"Hei singa tua!!" 

"Berlututlah! Sembahlah aku dan akan kuberikan kau kesempatan hidup!" 

"Kutuki semesta dan ikutilah aku!" Makhluk itu kemudian mulai terbentuk dan mengambil rupa, bola voli itu terbelah sementara dari dalamnya sosok besar merangkak keluar.

"Hahahahahahaha!" Yu'da tertawa keras.

"KAU?!! MEMBERIKU KESEMPATAN HIDUP?!" Suaranya makin meninggi.

"ENGKAU ADALAH PENCERMINAN SEGALA DOSA DAN KEMATIAN, BAGAIMANA MUNGKIN KAU MENGATAKAN AKAN MEMBERIKAN AKU KESEMPATAN HIDUP?!" Aura Yu'da semakin pekat, kedua iblis itu akhirnya menyadari sesuatu yang tidak beres. 

"Kau ini lupa akan julukanmu hah?" Tatap Yu'da merendahkan.

"Tuan atas ketiadaan? Makhluk paling miskin di seluruh alam semesta! Tidak memiliki apa-apa selain kebohongan!" Setelah ia berbicara demikian cahaya terang memenuhi seluruh ruangan, ia muncul di antara Raksasa hitam dan sosok pengguna tubuh Marriene. 

Cakarnya tanpa suara melesat ke arah leher besar yang baru setengahnya keluar dari dalam bola energi itu, tubuh berukuran dua puluh meter memaksa keluar dan memenuhi penjara. 

Tubuh besar itu terpental ke atas, menghancurkan langit-langit penjara yang membuat awan gelap dan kabut terdorong ke kanan dan ke kiri.

Singa besar itu di penuhi cahaya bagai matahari berbalut kan emas yang begitu terang, ia melangkah di udara dengan penuh karisma. 

"Bagaimana mungkin?!!" Penjara ini di buat untuk mengunci semua kekuatannya, bukankah di sebuah berkas kuno di tulis sang raja singa tak akan mampu melepaskan diri dari kayu-kayu yang memenjarakan dirinya!

"Penjara ini adalah bukit tengkorak yang akan menjadi perkuburannya! Bagaimana mungkin!" Sosok yang menggunakan tubuh Marriane terbelalak. 

"HmmmmphhH!" Makhluk itu terpental hingga ratusan meter ke udara, suara ledakan itu membuat seluruh akademi bergetar! 

Ia merangkak makin kuat, berusaha merobek bola hitam itu secara paksa. Tubuhnya semakin lama semakin besar, tubuhnya seperti kerbau dengan tiga belas tanduk, tubuhnya seperti manusia. 

Ia bukan tubuh asli, melainkan inkarnasi yang hanya mengandung dua puluh persen kekuatan asli dari sang pemilik tubuh.

"Singa tua bodoh! Bila tubuh asliku yang berada di sini aku akan dengan mudah mengalahkanmu!" Ia kemudian mengulurkan tangannya yang kemudian menjadi lidah panjang yang melilit tubuh Marriane dan menyerap kekuatan dari tubuh sang sosok misterius di dalamnya.

"Arghhhh! Yang mulia!"

"AMPUNNNN!!!!"

"Maafkan akuuuuu!" Sosok di dalamnya menjerit keras, tak berapa lama lidah itu terlepas dan membuat tubuh Marriene terjatuh di atas tanah, menggelinding dan jatuh ke dalam ruangan penjara. 

Suara hancurnya penjara bawah tanah itu juga membuat sosok kecil yang tak sadarkan diri di bawah penjara tersadar, cahaya yang melindunginya kini tiada.

"Hah, singa tua kau pun tak jauh berbeda!"

"Kau pikir kau begitu luar biasa?!" 

"Kau bahkan tidak memiliki singgasana untuk di duduki! Tidak memiliki keberanian untuk menentukan takdirmu sendiri!" 

"Aku akan menghabiskan energimu yang hanya tersisa beberapa bagian saja!" Makhluk itu tersenyum, tanduk-tanduknya saling beradu karena merasa senang. 

Tempat ini memiliki ribuan orang magi tingkat tinggi! Aku hanya perlu menyerap jiwa mereka untuk mendapatkan kembali kekuatanku! Sedangkan singa ini sudah di batas akhirnya hahahahaha!

Dipayungi awan gelap, keduanya berhadapan dengan jarak dua ratus meter. Yu'da yang bercahaya menyerang, tubuhnya bagai matahari yang muncul dan memancarkan cahaya ke seluruh akademi. Ia mengaum keras, aumannya menggetarkan seluruh akademi dan juga sang makhluk hitam di depannya.

Cahaya bersinar itu kemudian seakan meledak,"Zirah keadilan.." Ujar Yu'da lembut, seakan terpanggil oleh bisikkan suaranya. Cahaya yang meledak kemudian menjadi baju zirah berwarna perak, berlambangkan pendulum berbentuk bintang. 

"Waktunya sudah tiba, keadilan datang dan mengubahkan semuanya.."

"Hari semesta telah tiba, penghakiman di mulai dari hati tiap-tiap makhluk hidup.." Ia berjalan pelan sambil terus berbicara pelan, meski begitu suaranya meledak bagai petir gaduh ke seluruh Akademi bahkan kerajaan yang berada di bawahnya.

**

Seluruh penduduk kerajaan Exeter keluar dan berhamburan keluar dari rumah mereka, menatap ke arah ulah yang terapung di udara.

"Apa yang terjadi?" 

"Mengapa langit berubah menjadi terang? Bukankah ini tengah malam?" Salah seorang yang berlari keluar dari pub berteriak panik sambil melihat langit malam yang menjadi terang akibat cahaya terang dari pulau terapung.

[Kind Reminder]

Update 2x satu minggu Rabu dan Sabtu.

thanks