Pesta pernikahan belum usai. Kimansu disoraki banyak orang setelah mempermalukan sekumpulan bangsawan. Orang-orang gendut itu pun pulang diiringi tawa ras lain di sekelilingnya.
"Tuan Kimansu ... saya tidak menyangka anda ternyata bangsawan besar, hiks." Seorang ras beastman berbicara penuh haru. "Ini berkat bagi kaum beastman!"
"Yeeaa!!!"
"Auuu!!!"
"Moooo!!"
Pesta pernikahan itu pun riuh ribut seperti kebun binatang. Kimansu yang dielu-elukan, lebih memilih mengelus rambut Linx dan memberi kesan bahwa semua akan baik-baik saja.
Apa yang terjadi di antara Linx dan para bangsawan manusia?
Ras beastman adalah ras paling sial di antara ras demi-human lainnya. Hal ini karena ras itu terdiri dari bermacam-macam suku yang sulit sekali bersatu. Ras beastman mudah dipecah belah hingga tanah leluhur mereka akhirnya terjajah.
Mereka hanya punya otot. Berbeda dengan elf yang mencintai kesenian dan kerajinan, atau dwarf yang ahli membuat senjata. Ketika sudah berbaur dengan manusia, ras beastman tidak punya pilihan profesi lain selain jadi buruh kasar atau petualang.
Mereka tersisih di tempat termiskin dan terkumuh.
Linx adalah segelintir beastman cerdas yang membela hak-hak mereka. Demi mendapatkan lagi tanah leluhurnya, Linx menerima syarat yang tidak mudah. Dengan terpaksa dia setuju dengan syarat mustahil yaitu menikah dengan manusia.
Mana ada manusia yang mau menikahi binatang? Itulah kenapa Kimansu langsung dipuja-puja sebagai pahlawan. Bukan hanya itu. Kimansu juga ikut membela hak mereka dengan cara mempermalukan para penjajahnya.
Linx tidak kuasa menatap Kimansu dengan wajah penuh takjub.
"Suki, kenapa kamu sejauh ini?"
Kimansu mengecup keningnya.
"Karena aku suamimu." Dia lontarkan rayuan yang asli dari dalam hati.
Bukan tipu-tipu lagi.
"Suki ..."
Sungguh romantis. Linx jadi tidak sabaran untuk berkembang biak. Tapi kemesraan itu terjeda ketika seseorang mendekati mereka sambil bertepuk tangan.
"Ah, tidak percuma saya membiayai pernikahan kalian."
Kimansu menoleh. Dia melihat seorang pemuda tampan yang memiliki ciri ras yang sangat dia kenali.
"Huh? Elf?"
"Lebih tepatnya half-elf. Ayah saya manusia, Tuan Galler," kata orang itu menepuk pundak Kimansu.
Kimansu agak bingung ketika semua orang tiba-tiba menunduk, termasuk Linx. Dia juga agak mengenali half elf itu seakan dia pernah bertemu sebelumnya.
'Tapi bertemu di mana ya?' Kimansu bertanya-tanya.
"Saya hanya pangeran. Tolong angkat wajah kalian!" teriak pria half-elf itu kepada seluruh demi-human. Dia kembali menghadap Kimansu dan bicara, "Anda tahu, Tuan Galler? Saya berfirasat bahwa pertemuan kita telah ditakdirkan dewa. Saya merasa anda akan menyelamatkan kerajaan kami kedepannya. Apa anda berpikiran sama?"
Kimansu mengangguk. Dia baru ingat bawa dari pantat kuda sang pangeran itulah dia dilahirkan di dunia ini untuk pertama kalinya.
Tapi ... mana berani dia cerita?
***
"Hmm ... saya paham. Politik memang rumit." Di meja itu Kimansu mengangguk-angguk. Dia meresapi semua penjelasan Pangeran Minerva sambil membaca lembaran yang pangeran itu berikan.
"Anda siap menerima tantangan mereka, Tuan Galler?"
"Kenapa tidak?" Kimansu menjawab penuh percaya diri. Daftar pertandingan itu bukan hal sulit baginya. Dia balas menatap pangeran itu dan berkata, "Selama anda memastikan bahwa kemenangan saya berakhir tanda tangan."
"Iya. Saya pastikan wilayah Timur Gardhas dikembalikan ke ras beastman."
Minerva adalah anak tunggal Raja Gardhas. Tapi pria itu masih belum menaiki tahta karena para bangsawan manusia tidak merestuinya. Para manusia itu masih belum rela kerajaannya dipimpin campuran demi-human.
Cerita klasik, bukan? Nasib kerajaan Gardhas akan di ujung tanduk jika sampai raja tiada sebelum Minerva memakai mahkotanya. Maka dari itu sang pangeran memberi Kimansu tugas tambahan.
"Saya menyaksikan sendiri kehebatan anda membalik kata-kata mereka. Saya tidak meragukan kemampuan anda sebagai politisi. Tapi tantangan itu akan berat sekali , Tuan Galler."
"Maksudnya?"
"Keluarga Achtung adalah keluarga paling berpengaruh. Mereka memiliki banyak petarung handal. Mereka juga memiliki banyak cendekiawan cerdas. Anda yakin sanggup menghadapi mereka?"
Kimansu tidak serta merta menjawabnya. Dia melihat ada maksud terlesip di balik kalimat pangeran itu.
"Apa maumu?" Dia langsung bertanya pada intinya.
Sang pangeran spontan terbahak-bahak.
"Anda benar-benar politisi, hahahaha! Iya, Tuan Galler. Tidak ada makan siang gratis. Anda mau tahu permintaan saya?"
"Iya."
Sang pangeran melirik kanan dan kiri. Semua orang berwajah tegang menanti apa yang pewaris tahta harapkan.
"Permintaan saya sederhana, Tuan Galler. Permalukan keluarga Achtung serendah-rendahnya. Buat mereka tidak punya muka lagi di kerajaan ini. Anda setuju?"
Sekilas, Kimansu menatap Linx dan mengelus rambut birunya.
"Iya saya setuju. Jadikan itu hadiah pernikahan untuk si cantik ini."