"Ada kecelakaan!"
"Apa dia selamat?"
Orang-orang berkerumun. Antara sadar dan tidak sadar, Kimansu melihat mereka mengeluarkan ponselnya. Ada yang memotret dirinya yang tergeletak, ada juga yang selfie untuk posting di medsos. Dasar orang Indonesia, tidak ada satupun dari mereka yang membantunya. Para penonton itu justru berdesakan sampai-sampai menghalangi petugas ambulance.
Kimansu sudah sampai batasnya. Dia merasakan hawa dingin mulai menjalar ke seluruh tubuh. Suara sekitarnya memburam, pandangannya perlahan memudar. Dia melihat gelap ... semuanya serba gelap. Kimansu mendapati tubuhnya terasa ringan dan melayang-layang di ruang gelap itu.
Inikah rasanya kematian?
Kimansu mulai ketakutan. Di kegelapan itu dia tidak bisa melihat apapun, juga tidak mendengar satupun suara. Dia tidak bisa bicara sekeras apapun dia mencobanya. Kimansu bahkan tidak merasakan bentuk tubuhnya saat dia meraba-raba.
Tidak ada apa-apa, hanya kekosongan.
Putus asa melanda. Di tengah kebingungannya, dia mulai menerima kematian. Perasaannya mulai lega ketika matanya menangkap sesuatu yang agak jauh dari tempat itu. Di antara gelap, dia melihat seberkas cahaya di sekeliling permukaan obyek persegi panjang.
Oh, ada pintu!
Kimansu menghampirinya. Dia melayang perlahan dan merasakan gerakannya seperti orang berenang. Cahaya itu semakin dekat ... dekat, hingga dia bisa melihat tubuhnya sendiri oleh seberkas cahaya redup.
Tangannya terulur.
Dia mendorong pintu itu seperti mendorong pintu Ind*maret.
BLASSHHH!!!
***
"Hmmm ... Permisi? Samlikum? Summimasen?"
Kimansu berjalan celingukan. Dia menelusuri sebuah ruangan putih yang terang benderang, lantainya pun berkilauan. Di ruangan itu dia melihat jelas tubuhnya sendiri yang sama persis seperti keadaannya sebelum mati. Dia juga bisa menggunakan lantainya untuk bercermin, dan melihat wajahnya sama tampannya seperti sebelumnya.
'Aku kira aku akan memakai jubah putih seperti di film-film." Kimansu mengomentari badannya yang hanya memakai celana kolor berwarna pink. Dia terus menelusuri ruang luas itu sampai melihat titik kecil di kejauhan.
'Apa itu?'
Kimansu mempercepat langkahnya. Dia terkejut ketika mengenali titik kecil itu ternyata sebuah meja dan kursi kantor. Dia semakin merasa aneh ketika menyadari bahwa di meja itu juga alat tulis, laptop, kalender bergambar anime, serta piring plastik dan bekas nasi bungkus.
'Apa aku benar-benar sudah mati?'
Kimansu keheranan. Sekali lagi dia celingukan. Dia mencari siapa yang seharusnya duduk di meja itu. Karena tidak ada yang kunjung menjawabnya, Kimansu mengendap-endap di kursi itu dan menghidupkan laptop di meja itu.
'Mumpung tidak ada orang.'
Kimansu membuka file seenaknya. Dia mengintip isi laptop itu dan menjelajahi semua isinya. Dia mencari data tentang dirinya yang mungkin bisa dia otak atik untuk memberi kekuatan cheat.
Itu tuh, seperti yang di novel-novel isekai.
Gatcha! Kimansu menemukannya. Tapi belum sempat dia membukanya, seseorang menegurnya dari belakang.
"Ehem ... laptop itu tidak akan membuatmu overpowered, Tuan Wibu."