"Kembalikan aku, Dewa Sialan! Hiks ..." Kimansu berteriak lantang memandang langit.
Dia merasa tertipu. Dari semua kemungkinan yang ada, dia terlahir sebagai tahi kuda yang masih hangat. Dia menangis histeris sampai air matanya membuat tahi itu semakin benyek.
Dia tidak terima. Dia protes lagi kepada sang dewa.
"Kamu bercanda!?"
"Ceritanya lebih seru kalau semua di mulai dari nol, Anak muda."
"Nol apanya!!!? Ini mah minus!!! Minus-seminus-minusnya! Mending aku jadi goblin!"
"Sudah ada yang bereinkarnasi jadi goblin."
"Jadi slime!!!"
"Yang itu malah sudah diangkat jadi anime."
"Jadi petani!!! Jadi pedang, jadi onsen, jadi laba-laba!!!"
"Ah, kamu bukan wibu sejati, Anak muda. Banyak-banyaklah membaca LN."
"Aku memang bukan wibu! Kamu yang wibu!"
"Oh begitu ya? ... Sukiman ..."
Kimansu terdiam. Dia langsung menurut begitu nama aslinya disebut.
"Baiklah, apa misiku? Memangnya tahi kuda bisa apa? Aku bahkan tidak bisa bergerak."
"Jangan remehkan potensimu, Anak muda."
BINK!
[DungEyes, Activated]
"Huh? Notifikasi?"
"Tepat sekali. Lihatlah sekelilingmu."
Kimansu menurut. Setelah memeriksa pengelihatannya, dia baru sadar bahwa dia bisa melihat 360 derajat. Dia bisa melihat padang rumput hijau di sekitarnya, hutan-hutan ala eropa, serta pengunungan bersalju di kejauhan.
"Wow, ini seperti kamera panorama." Kimansu terpana. Pemandangan indah itu tidak mungkin bisa dia temukan di kampung halamannya.
"Sekarang periksa pendengaranmu."
BINK!
[DungEars Activated]
Sekali lagi Kimansu menurut. Dia juga baru sadar bahwa dia bisa mendengar getaran tanah, angin yang berhembus, serta getaran-getaran kecil di udara yang tidak mungkin bisa didengar manusia. Dia bisa mendengar suara serangga dari kejauhan, juga rumput bergoyang yang saling bergesekan. Suara itu mengalun merdu bagai irama orkestra yang senada dengan pemandangan indah di sekitarnya.
"Keren!"
"Bagaimana, Anak muda? Masih belum puas? Aku masih memberimu kekuatan lain yang sangat menakjubkan. Mau tahu apa itu?"
"Iya."
Kimansu mulai tenang. Dia mulai merasa bahwa tidak ada ruginya juga jadi tahi kuda. Tapi belum sempat dia mendengar penjelasan sang dewa, pendengarannya lebih dulu menangkap suara yang tidak asing.
GRUDUK!
GRUDUK!
GRUDUK!
Kimansu mulai cemas. Suara itu semakin mendekatinya dari dua arah, dan semakin lama semakin keras. Kimansu terperanjat setelah baru ingat bahwa dia berada di lokasi pertempuran.
"Nah, kamu akan tahu kekuatan istimewamu setelah ini, Anak muda."
Setelah sumber suara itu terlihat, Kimansu langsung berteriak, "Apa-apaan ini!!!?"
Dia melihat rombongan kuda bergerak dari arah berlawanan menuju posisinya. Dua kubu itu saling berbenturan tepat di atas tahi di mana Kimansu bereinkarnasi.
Malang tidak bisa diduga, salah satu dari kuda itu tanpa sengaja menginjaknya.
CEPRETTT!!!