Pagi yang indah di desa Zuerst. Desa itu adalah desa yang sama di mana Kimansu hinggap sebagai serpihan kotoran. Setelah memilih evolusinya, Kimansu memutuskan untuk tinggal di desa itu lebih lama.
Dia sudah memahami bahasa yang warga desa gunakan. Dia juga sudah kenal satu persatu warga desa, dan menyapa mereka meski tidak ada satupun yang membalasnya. Dia merasakan kesepian karena evolusi pertamanya mulai membosankan.
Ngomong-ngomong, jadi apakah dirinya?
Pagi buta itu matahari masih malu-malu. Cahaya fajar perlahan menyinari ladang dan meresap di dedaunan. Dinginnya embun menyegarkan badan andai kata pohon-pohon itu adalah manusia.
Di antara pohon-pohon itu, ada seorang Kimansu di sana.
'Ah, waktunya fotosintesis.' Kimansu bergeliat karena angin. Seperti biasanya, di pagi buta itu dia membuka mata menyapa dunia. "Selamat pagi! Kent*t!"
Kimansu berevolusi menjadi tanaman. Lebih tepatnya, dia tumbuh menjadi pohon Spruce. Karena dirinya, Desa itu jadi lebih makmur. Pertanian di desa itu melimpah ruah karena kemampuan istimewa yang dia dapatkan sebagai tanaman. Di antara rimbun pepohonan, Kimansu adalah pohon paling istimewa di antara belasan tanaman lainnya.
'Sudah 10 tahun. Aku mulai rindu kehidupanku dulu.'
Kalau usianya dihitung sama sebagai manusia, Kimansu sudah berumur 31 tahun. Dia sudah cukup matang untuk memahami kenapa dirinya dikirim ke dunia ini. Dia tidak pernah mengeluh, juga tidak menyesalinya karena menjadi pohon adalah pilihan terbaik.
Kenapa Kimansu memilihnya?
Dua pilihan itu cukup sulit. Jika Kimansu memilih debu, maka dia akan tetap menjadi immortal karena debu adalah benda mati. Namun dia tidak bisa berpindah pindah kesadaran karena debu adalah benda kecil yang tidak bisa dibagi-bagi lagi.
Sedangkan tanaman memiliki sifat sebaliknya. Tanaman bisa berpindah kesadaran jika bibitnya menyebar dan tumbuh menjadi tanaman baru. Tapi sebagai mahluk hidup, Kimansu bisa mati jika tanaman pertama dan seluruh tanaman yang berasal darinya kehilangan nyawa.
Membingungkan, bukan?
Kimansu sudah memutuskan. Dia menjadi tanaman karena masih akan ada jalur evolusi lagi setelah dia memilihnya. Tanaman juga memiliki banyak blessing yang lebih berguna dibanding menjadi abadi sebagai benda mati.
Namun, kini dia mulai jenuh. Dia mulai bosan karena hanya bisa berdiri di tempat yang sama dan hanya bergerak jika terkena angin. Kimansu pun siap berevolusi lagi dan segera pergi dari Desa Zuerst. Dia menyiapkan kalimat perpisahan kepada seorang gadis remaja yang selama ini merawatnya.
"Selamat pagi, Evelyn!"
Gadis itu tidak membalasnya, tidak mungkin dia bisa mendengar suara pohon. Evelyn hanya mengambil alat penyiram dan mengairi Kimansu seperti biasanya.
Siapakah dia?
Tidak perlu menebak-nebak, Evelyn adalah si gadis kecil yang kini sudah berusia 17 tahun. Entah takdir atau kebetulan, Evelyn lah yang menemukan Kimansu ketika masih berbentuk biji yang rapuh. Gadis itu lah yang menanamnya, dia pula lah yang rajin menyiraminya sampai menjadi pohon yang gagah.
Kimansu bisa melihat tumbuh kembang Evelyn mulai dari gadis kecil yang muram, hingga saat ini jadi sesosok perempuan cantik.
"Andai aku manusia, aku pasti mengencanimu. Kamu tahu sejak kapan aku mencintaimu? Sejak kamu cukup umur, Evelyn."
Evelyn masih tidak mendengarnya. Gadis itu memeluk batang (pohon) Kimansu seperti biasa.
"Merawatmu menghilangkan kesedihanku kehilangan ayah. Kamu adalah sahabatku, Tuan Pohon. Andai kamu manusia, kamu pasti jadi saudara yang baik."
CLINK!!!
Notifikasi berbunyi lagi.
[Friendzone plus Brotherzone untuk yang ke 100 kali. Ketabahanmu meningkat 4XP]
"Terima kasih sindiranmu, dewa. Terima kasih. Sayangnya, ini hari terakhir aku jadi pohon, hahahahaha!"
CLINK!!!
[Dewa menghibungimu. Diterima, atau ditolak?]
Kimansu langsung menolak.
CLINK!!!
[Komunikasi darurat dari dewa. Penting. Kamu tidak bisa menolak]
CLINK!!!
"Hai, sialan, sampai kapan kamu memutuskan hubungan denganku, hah? Ini sudah 10 tahun! Aku sudah disidang dewa direktur!"
"Bukan urusanku."
"Aku hampir dipecat nih, selesaikan quest-mu sekarang juga! Seharusnya itu selesai sembilan tahun lalu!"
"Iya, nanti aku selesaikan, cerewet sekali!"
"Kirim status quest-mu sekarang. Itu penyelamatku di depan direktur."
"Okay!"
BIP!
[Quest 2: Memberi manfaat ke manusia sekitarmu sebagai tanaman. Reward : 500 XP, Difficulty: F, Status: 99,99% Completion]
"Bagus. Tinggal 0,01% segera selesaikan sebelum aku dipecat sungguhan!"
CLINK!!!
[Panggilan berakhir]
Andai Kimansu manusia, dia pasti menaruh dua jari di jidatnya dan tertawa seperti pria keren. Setelah 10 tahun lamanya bersabar, rencana yang dia simpan akhirnya menjadi kenyataan. Kimansu menunggu pangilan kedua dari sang dewa karena dari si mesum itu lah rencana itu berasal.
Menit demi menit berlalu, setelah sekian lama menunggu ...
CLINK!!!
[Panggilan dari ... error ... error ... error ... Sambungan ilegal ... Error]
Kimansu langsung menerimanya. Dia bertanya, "Bagaimana? Apa direktur menerimanya?"
"Iya, dia marah besar. Tapi kita selamat. Rencana kita tidak ketahuan." Sang dewa menjawab dengan nada bicara yang makin bersemangat. "Setelah 10 tahun lamanya, Kimansu! Aku tidak menyangka kamu menjalankan rencana ini dengan sangat sempurna!"
"Hahahaha, kamu baru tahu siapa aku, Dewa? Hahaha! Akhirnya, akhirnya aku bisa jadi pahlawan OP!"
"Akhirnya! Aku bisa bikin perusahaan sendiri!"
Mereka pun bersorak di sambungan yang tidak diketahui markas dewa pusat. Mereka merayakan keberhasilan yang sebenarnya ilegal alias curang. Kimansu dan sang dewa tidak ragu melakukannya meski resikonya sangat besar jika sampai ketahuan.
Tapi eits ... Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Semua terjadi 10 tahun silam ketika Kimansu masih berupa secuil kotoran.