"Makanan kita!!!"
Salah seorang agen panik memegangi kepalanya sendiri. Dia semakin histeris saat satu-satunya rokok yang mau dia join juga ikut dibasahi air kencing.
Charma dengan santainya siul-siul seolah tidak melihat apa-apa. Dia goyang-goyangkan pantatnya hingga dua agen itu terpaksa harus cuci muka.
"Aku benci pekerjaan ini!"
"Kita pergi saja!"
Charma terbahak-bahak dan berkacak pinggang setelah dua agen itu menutup portal.
"Bagaimana? Gampang, kan?"
Kimansu masih bingung dengan tingkah anggota party-nya. Dia pun bertanya saat melanjutkan perjalanan.
"Kenapa mereka tidak menyerang?"
"Karena mereka itu dewa rendahan. Mereka bisa kena masalah kalau sampai mempengaruhi keseimbangan dunia lain."
"Lalu, kenapa kamu bisa mengencingi mereka?"
Si Charma semakin terbahak.
"Karena mereka juga dewa rendahan, hahahaha!"
Kimansu masih terlalu bingung untuk bisa memahaminya. Dia memilih diam hingga perjalanan mereka tiba di mulut dungeon.
"Ayo kita masuk." Kimansu memberi perintah.
Tapi Charma justru menggelengkan kepala yang menandakan bahwa langkah itu tidak perlu dilakukan. Dia mengetuk-ngetuk tepian jidatnya untuk memberi tahu bahwa Kimansu harus pakai otak.
"Dungeon itu bentuknya seperti gua, bukan?" Dia bertanya.
"Memangnya kenapa kalau bentuknya seperti gua?"
"Artinyaaa ..." Charma menghunuskan tombaknya. "Waktunya Firelance!!!"
BLARR!!!
"Hahahaha!"
Charma dengan seenaknya menghacurkan tebing di sisi yang agak jauh dari pintu gua itu. Hasilnya? Kimansu bisa melihat jelas lorong dungeon karena dinding luarnya
dengan tanah.
"Ini jenius! Kita jadi tidak perlu berputar-putar di dalam dungeon!"
"Kita tidak perlu ikuti pakem, Kimansu. Semua mudah diselesaikan kalau kita mau curang, mengerti?"
Andai Kinansu tidak membatasi kemampuannya, dia pasti langsung paham karena juga punya skill untuk bisa berpikir curang. Sayangnya, dia harus menyimpan skill tidak tahu malu itu demi sebuah alasan.
Dia tidak mau Charma tahu bahwa istrinya adalah loli yang diincar si pedhopil itu.
Amit-amit, jangan sampai itu terjadi.
Kimansu memberi kode Charma untuk segera masuk dungeon. Tapi sekali lagi, Charma menggelengkan kepala sambil berdecak mengguruinya.
"Ck ck ck, pakai otakmu, Bro."
"Ada apa lagi?"
"Tambang emas itu tidak mungkin di stage awal-awal dungeon. Kita tidak perlu buang-buang waktu menjelajahinya." Charma bicara lagi seenaknya.
"Terus? Jangan bilang kamu mau bongkar semuanya!?"
Charma justru terbahak-bahak dan berkacak pinggang. Seperti yang Kimansu duga, si rekan party menyebalkan itu mempersiapkan lagi tombaknya.
"Firelance!!!"
BLARR!!!
"Firelanceeee!!!"
BLARRR BLAARR BLAAARRRR!!!
***
Beberapa jam kemudian.
"Mana-ku habis. Kita istirahat dulu."
Charma langsung tiduran di rumput setelah melayakan bertubi-tubi serangan ber-attack power tinggi. Dia ngupil seenaknya meninggalkan Kimansu yang masih tercengang dengan karya seni seorang perusak lingkungan. Karena ulahnya, bukit besar itu hampir rata dengan tanah.
"Kamu yakin kita tidak akan kena masalah?"
"Kena masalah apa?" Charma justru bertanya.
"Bagaimana kalau kita kena marah penguasa tempat ini?"
Dengan santainya Charma cuma melirik dan berkata, "Aku tahu kamu idiot. Tapi aku baru kamu juga pikun. Memangnya siapa raja tempat ini?"
Spontan Kimansu menunjuk dirinya sendiri. Dia sampai lupa bahwa tambang itu adalah wilayah kekuasaannya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Kimansu bertanya lagi
Charma masih santai tiduran sambil garuk-garuk pantat. Dia terlalu santai hingga Kimansu curiga sebenarnya apa tujuan dewa ini jadi manusia.
"Panggil orang-orang yang mengurus ekonomi di kerajaanmu. Suruh mereka mengolah tambang. Kamu ini raja apa bukan sih?"
Kimansu malu sendiri. Karena sebagai raja, dia sama sekali belum mengatur pemerintahannya. Dia masih mengandalkan kemampuan si Anjinx sebagai perdana menteri juga kemampuan Linx di urusan ekonomi.
Tahu kenapa?
Karena urusan pemerintahan itu terlalu rumit. Kimansu juga tidak bisa belajar karena tidak memiliki guru ataupun buku-buku. Andai dia bisa mengambil buku atau benda-benda dari dunianya dulu, hidupnya pasti akan lebih mudah.
Tapi apa gunanya punya rekan party mantan dewa kalau tidak bisa ditanya-tanya?
"Hmmm ... kamu pernah baca novel isekai yang MC-nya bisa pakai alat-alat di modern?"
"Huh? Kamu masih belum paham penjelasanku?" Charma justru bertanya.
"Maksudnya?"
Charma beranjak dari tidurnya. Dia membuka sedikit zirahnya dan menunjukan sesuatu yang mengejutkan.
"Bagaimana kamu punya kaos gambar Idol itu?" Kimansu tercengang. Dia pastikan bahwa kaos Charma adalah kaos sablonan.
Tidak disangka, dengan santainya Charma menjawab, "Kita ini Homeless, kita ini bisa menyelundupkan barang dari berbagai dunia termasuk dari Bumi. Paham?"