Chereads / I Love You Prince / Chapter 28 - Kau jangan menemuinya

Chapter 28 - Kau jangan menemuinya

Lady Kate hanya menatap putranya datar, dilubuk hatinya dia sangat ingin merengkuh putranya itu dan mangatakan kalau dia merestui semua keputusannya, karena terlepas dari rasa kecewanya dia sangat menyayangi dan ingin melihat putranya bahagia. Tapi karena amarah dan keras kepala yang masih menyelubungi hatinya sehingga dia menghentakkan tangannya dari genggaman tangan George dan berpaling.

" Kau keluarlah, lakukan apa yang kau mau. Tidak ada gunanya kau disini". ucapnya dingin.

George masih mematung dan tertunduk lesu, hatinya sangat sedih. Melihat reaksi ibunya yang sama sekali tidak tersentuh sedikitpun. George bukannya tidak tau kalau akan mendapat penolakan itu, tapi apalagi yang dia bisa lakukan selain mencoba peruntungannya dulu. Dia kemudian kembali menatap ibunya, memastikan apakah masih ada harapan yang tersisa tapi sepertinya memang kali ini dia belum berhasil meyakinkan ibunya karena Lady Kate masih tetap berdiri disana dingin dan tanpa ekspresi. George menghela napas dalam sebelum kemudian meninggalkan chamber ibunya dengan langkah yang berat.

Samentara itu di apartemen, Alesha yang masih tampak ragu dengan suara yang didengarnya ditelpon hanya terdiam. Pikirannya masih menerka-nerka apakah ini benar suara Jimmy karena seingatnya suara pria itu sedikit parau tapi suara yang didengar barusan itu tampaknya berbeda. Tapi entahlah mungkin ingatannya yang salah karena memang sudah sangat lama semenjak pertemuan mereka yang terakhir kali.

" Alesha, apa kau masih disana?" suara dihanphonenya membuyarkan pikirannya.

" Yah.. yah ak..aku masih disini, em.. kaukah itu Jimmy?" tanyanya sedikit tergagap. Alesha mendengar suara pria itu terkekeh ringan dan berkata. " Aku tidak percaya kau masih meragukanku baby girl, iya ini aku Jimmy. Aku harap kau masih ingat kalau kita bertemu dibar kemarin malam".

" Oh...yah. Aku ingat. Tapi kenapa kau tiba-tiba menghilang? maksudku aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu dan tau-tau aku sudah berada diapartemen". ucapnya Alesha menjelaskan kebingungannya.

Jimmy terdiam sejenak dan terdengar menghela napas dalam.

" Sepertinya orang yang membawamu tidak mengatakan apa-apa ya" ucapnya.

" Iya, dia belum mengatakan apa-apa. Tapi kau bisa ceritakan padaku sekarang. Dan kau banyak hutang penjelasan padaku, ingat?" ucap Alesha bersemangat. Jimmy hanya tertawa kecil.

" Aku tidak mungkin menceritakan semuanya padamu ditelpon kan, kau tau maksudku?, lagipula aku sangat merindukanmu. Setelah sekian lama, aku akhirnya bisa melihatmu lagi." Ucapnya memancing reaksi Alesha.

" Ok..ok, kita akan bertemu malam ini, aku juga sangat ingin bertemu denganmu. Lihat saja, saat kita bertemu nanti hal pertama yang akan kulakukan adalah meninju perutmu sampai kau kesakitan karena pertama kau waktu itu tiba-tiba menghilang dan yang kedua kau lagi-lagi menghilang sebelum kita bicara banyak semalam. ucap Alesha yang disambut gelak tawa Jimmy.

" Eh, aku serius. kau lihat saja nanti". ucap Alesha mulai kesal karena merasa Jimmy mengoloknya. "Ok baiklah, kau boleh meninjuku sesukamu sampai kau puas sayang, kau juga boleh menciumku kalau kau mau". Ucap Jimmy mulai menggoda.

Seandainya yang mendengar itu perempuan lain maka dia sudah melayang dan tersipu karena tersanjung tapi Alesha hanya menganggap Jimmy sebagai sahabatnya, sehingga dia hanya tersenyum simpul dan hanya menganggap Jimmy bercanda.

" Kau sudah mulai marayuku lagi sekarang ya, tapi itu tidak akan berhasil lagi karena hatiku sudah milik orang lain. Jadi tetap anggap aku sahabat baikmu ok?" ucap Alesha dengan enteng dan tidak menyadari kalau raut wajah Jimmy disebrang sana sudah barubah kelam mendengar ucapannya. Alesha tidak mendengar respon dari Jimmy lagi untuk beberapa saat.

"Jimmy, kau masih disana?" ucapnya memastikan.

" Oh.. iya, jadi kapan kita bisa bertemu?" tanya Jimmy menutupi perasaan suramnya.

" Malam ini, setelah aku pastikan apakah aku bisa pergi atau tidak" jawabnya Alesha.

" Baiklah, sampai nanti" ucap Jimmy menutup pembicaraan seraya mengepalkan tinjunya.

" George... akan kupastikan kau lenyap dimuka bumi ini" Gumannya geram.

Alesha kemudian meletakkan handphonenya lalu bergegas kekamar untuk bersiap. Dia bermaksud memberi tahu George dengan mengirimi pesan. Lagipula Alesha tidak tau kapan George akan pulang. Jadi daripada dia bosan diapartemen sendiri, akan lebih baik kalau dia bertemu dengan Jimmy. Ada banyak hal yang ingin dia ceritakan dengannya setelah sekian lama.

Dia mulai melepas satu pakaiannya satu persatu, tapi saat ingin menanggalkan celananya tiba-tiba sebuah suara terdengar.

" Kau memang selalu punya kesempatan menggodaku, Alesha." Alesha menghentikan gerakannya lalu berbalik kesumber suara itu dan mendapatkan George sudah duduk nyaman disofa sambil menatap kearahnya dengan tatapan nakal seksinya. Alesha tidak pernah bisa tahan melihat tatapan itu.

Darahnya terasa menghangat seketika dan dia bisa merasakan wajahnya saat ini sudah merona. Tapi dia cepat-cepat menguasai perasaannya dan memasang kembali pakaiannya lalu melangkah kearah George.

" Kau sudah pulang, aku kira kau tidak akan datang malam ini. Apa urusanmu sudah selesai?" ucapnya sambil duduk disisi George.

George merangkul Alesha dan mencium puncak kepalanya dengan lembut.

" Ayah sudah setuju dan merestui kita tapi ibu tampaknya belum bisa menerimanya". ucapnya sambil menatap Alesha lembut. Alesha tersenyum dan berkata " Benarkah ayahmu merestui hubungan kita George, aku senang sekali. Rasanya beban didadaku seakan terangkat separuh" ucap Alesha seraya menenggelamkan kepanya kedada bidang George. Menghirup aroma tubuh George dalam-dalam, aroma yang selalu membuatnya nyaman.

" Iya, aku juga sangat bahagia setelah tahu kalau ayah bisa menerima hubungan kita ini. Kau tau, bahkan ayah memintaku mengajakmu keistana dan makan malam bersama keluarga, dia ingin mengenalmu lebih dekat". ucap George sambil mengelus pipi lembut Alesha.

"Benarkah??" ucap Alesha antusias, tapi sesaat kemudian dia kembali terdiam dan murung. Tangannya semakin melekat kepinggang George.

"Tapi bagaimana dengan ibumu, George?" tanyanya lagi. Dia lalu melepas pelukannya dan menengadahkan wajahnya untuk menatap George dengan jelas.

George melihat Alesha sangat polos dan menantang birahinya, bibir mungil seksinya bagaikan bunga mawar merekah yang siap untuk dihisap madunya sehingga alih-alih menjawab pertanyaan Alesha dia malah lansung mengulum bibir Alesha dengan rakus dan memasuklan lidahnya kemulut mungil Alesha yang memang setengah terbuka.

Alesha yang tidak menyangka akan mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa tertegun sesaat lalu kemudian membalas ciuman George dengan gairah yang sama. Mereka menikmati rasa bibir satu sama lain, mengecap kenikmatan mulut satu sama lain dan berhenti untuk mengambil napas kemudian melanjutkannya lagi sampai akhirnya Georgelah yang terpaksa melepas kenikmatan itu karena kalau tidak mereka pasti akan melakukannya saat itu juga.

Alesha yang terlihat keberatan karena George mengakhiri gerakannya masih terengah, rasanya ingin sekali mengakhiri siksaan gairah yang dia rasakan saat itu juga. Dia menatap George dengan tatapan sendu, wajahnya merona panas penuh hasrat.

" George..." ucapnya memelas. George tau maksud Alesha sehingga dia menggeleng. Dia juga sekarang sedang susah payah berusaha menahan diri agar tidak melangkah terlampau jauh. Apalagi dengan melihat Alesha yang memelas meminta lebih, semakin meruntuhkan pertahanannya.

" Tidak sayang, kita betul- betul harus bersabar". ucapnya sambil mendekap Alesha dan memcium keningnya. Alesha terpaksa hanya bisa memejamkan mata sembari berusaha menenangkan perasaannya yang masih bergelora.

Setelah beberapa lama mereka menenangkan perasaan, Alesha membuka pembicaraan.

"Kau jangan memciumku seperti itu lagi" ucapnya sambil menggerakkan telunjuknya didada bidang George yang tertutupi kaos.

"Aku hanya tidak tahan melihat posemu yang selalu menantangku sayang, jadi kalau tidak mau diserang lagi jangan lakakukan apapun yang bisa membuat macan tidurku bangkit". Ucapnya tersenyum nakal.

Mendengar ucapan George yang dianggapnya vulgar, wajah Alesha bersemu malu.

" Dasar mesum" ucap Alesha sambil mencubit lengan George. " Memangnya apa yang kulakukan sehingga kau bagai orang kesurupan?, padahal aku cuma ingin menatapmu dengan jelas karena pandanganku terhalang". Protesnya lagi. George tersenyum lembut kearahnya. "Caramu menatapku itulah yang membuat darahku panas Alesha, jadi tolong jangan melakulan hal semacam itu lagi karena kau tau, bahkan setiap gerakan kecilmu saja mampu membangkitkan gairahku, mengerti". ucapnya sambil mencubit kecil hidung Alesha yang mancung tapi mungil. Alesha hanya terdiam dan kembali melingkarkankan tangannya dipinggang George yang kekar. Membenamkan kepalanya didadanya. Alesha begitu sangat nyaman dan menikmati kehangatan tubuh George.

Setelah lama terdiam Alesha bersuara.

" George, apa aku boleh keluar malam ini untuk menemui seseorang?" Mendengar itu George terkesiap sejenak, rahangnya mengeras. Dia sangat tau siapa yang akan Alesha temui. Orang itu rupanya tidak menunggu waktu lama untuk memulai serangannya. Pikir George.

Sentuhan jemari lembut Alesha di wajahnya membuyarkan pikirannya lalu berkata

" Aku rasa kau tidak perlu menemui siapapun malam ini sayang"....