Kening Alesha berkerut bingung, bibir imutnya semakin cemberut.
"Apa maksudmu?, noda jelek seperti ini kau bilang indah. Aku tidak mau leherku seperti ini George. Bunuh semut-semut itu sekarang, aku tidak mau digigit lagi!" rengeknya lagi, kali ini dia tanpa sadar sudah berada dipangkuan George yang duduk disisi pembaringan.
Sontak saja George yang sudah sejak tadi bersusah payah menahan hasratnya terperanjat dan menjadi semakin kesulitan. Wajahnya memerah. Dia menatap Alesha dengan tatapan sayu.
"Alesha... dengar, tidak ada semut disini okey. Noda dilehermu itu karena... karena aku. Dan kau pikir apa yang kau lakukan sekarang hmm? mencoba menggodaku lagi?"ucapnya mencoba menjelaskan, matanya yang menatap liar mulai menjalar ketubuh Alesha.
"Karenamu..?! jadi kau yang menggigit leherku sampai seperti ini. George kau benar-benar seperti vampir. liat saja akan kubalas kau sekarang!." ucap Alesha kesal, tanpa mempedulikan George yang mulai terengah, dia langsung mendorong tubuh George kekasur dan menghimpitkan tubuhnya. Belum sempat George bereaksi, mulut Alesha sudah mendarat dileher George dan mulai menggigitnya kuat. Jantung George memburu bagai pacuan kuda, nafasnya yang terengah semakin tak terkendali. Kalau dia tidak menghentikan gadis ini sekarang juga maka dia akan benar-benar melahapnya sampai habis.
Dia kemudian membalikan badan dan dengan sekali gerakan tubuh Alesha sudah berada dibawahnya, gadis ini benar-benar akan membuatnya gila. Alesha bahkan tidak peduli dengan atmosfir membara yang George rasakan sekarang. Dia masih sibuk membenamkan kepalanya keleher George dan berusaha menggigitnya. Rupanya dia benar-benar ingin membalas dendam. 'hmm... dendam yang manis' batin George.
Dia berusaha menghindari serangan Alesha dengan mencekal tangannya, memposisikan kedua tangan Alesha diatas kepala sehingga gadis itu tidak bisa bergerak. George menatap wajah Alesha tajam. Nafasnya sudah terengah-engah, gerakan dadanya sangat indah mengikuti desahan napasnya yang masih memburu. Ingin rasanya George menarik handuk kecilnya itu dan menikmatinya saat itu juga, tapi...Akhhrrr....!! pekiknya frustrasi dalam hati.
" Alesha.. diamlah, kau benar-benar telah menguji kesabaranku. Kalau kau seperti ini terus, aku tidak akan bisa menahan diri lagi. Mengerti..!!" ucapnya sedikit membentak lalu bangkit meninggalkan Alesha yang masih bingung dengan tingkah George. Keningnya berkerut, "Ada apa dengannya? harusnya kan aku yang marah karena sudah menyakiti leherku" gumannya cuek seraya bangkit. Dia lalu melihat jam yang sudah menujukkan angka 7. Meregangkan tubuhnya sekali lagi dan menguap sebelum akhirnya melangkah keruang ganti.
Sementara itu, George yang berada di ruang kerjanya terlihat berdiri didepan jendela menatap keluar dengan tatapan kosong. Pikirannya kalut, dia memikirkan bagaimana meyakinkan ibunya untuk menerima Alesha, Jimmy yang akan siap merebut Alesha darinya, putri Silvia yang sudah pasti tidak akan tinggal diam setelah mengetahui hubungannya dengan Alesha. Memikirkan itu semua membuatnya ingin mengunci Alesha saja di apartemen selamanya sehingga tidak ada yang akan mencelakainya. Dia kemudian mengambil hanphone dari sakunya dan menelpon seseorang. " Kita ketemu ditempat biasa". ucapnya singkat. Menutup telpon dan kembali memasukan kesaku. Lalu kembali tenggelam dalam pikirannya.
Alesha sudah terlihat sangat manis, dengan setelan tanktop dan sweater. Tentu saja dengan jeans dan sneaker yang semakin membuat gaya boyish kesukaannya terlihat semakin charming. Lekuk tubuhnya yang langsing semampai sangat indah dalam balutan fashion simpelnya. Alesha memang tipe wanita yang tidak suka ribet soal pakaian, dia hanya suka memakai pakaian yang menurutnya nyaman dan tidak terlalu terbuka. Sangat jarang dia menggunakan rok atau semacamnya kecuali pada acara-acara tertentu. Dengan polesan wajah minimalis dan senyum yang tersungging manis, dia melangkah keluar kamar untuk menemui George.
Suara ketukan halus membuyarkan lamunan George. Rupanya dia masih tetap berdiri ditempatnya semula. Dia berbalik dan melihat sosok indah yang selalu menggetarkan jiwa raganya masuk sambil tersenyum manis. Seketika semua pikiran yang mengganggunya akhir-akhir ini sirna tak berbekas. Sungguh gadis yang berjalan menghampirinya ini sudah merenggut semua isi hatinya.
"Kau sudah siap sayang?" ucapnya sambil meraih tangan lembut Alesha, meremasnya lembut lalu menciumnya. Wajah Alesha merona. Gadis itu hanya mengangguk. George menyentuh dagu Alesha dan mengangkatnya sehingga dia bisa melihat wajah manisnya bersemu merah. Sangat cantik. Mata coklat tajamnya menelusuru detail wajah indah didepannya itu, sampai akhirnya keningnya berkerut.
" Kau tidak menutupinya?" tanyanya sambil menatap warna coklat dileher Alesha.
"Hah, menutupi apa?" tanya Alesha bingung. Melihat Alesha yang sepertinya masih tidak mengerti maksudnya, George menggeleng. Jemarinya lalu menyentuh spot indah karyanya dengan lembut. Alesha terperanjat. "Kau tunggu disini". Ucap George lalu mengambil sesuatu dari dalam laci dan kembali menghampiri Alesha yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Untuk apa plaster itu George?" tanya gadis itu. George hanya tersenyum dan mulai membuka plaster itu perlahan dan dengan lembut dia menempelkannya dileher Alesha. "Nah, ini sudah aman, ayo.. akan kuantar kau ke kampus." ucapnya sambil menggenggam tangan Alesha lalu membawanya keluar ruangan. "Tapi George, apa kau yakin? maksudku apa tidak akan ada masalah?" ucap Alesha ragu-ragu. Tapi George tidak menghiraukannya dia hanya terus menggandeng tangan Alesha, membawanya kemobil yang sejak tadi menunggu mereka. Tidak lama kemudian, mobil melaju.
Didalam mobil, George hanya terdiam dan sesekali meremas lembut jemari Alesha yang sejak tadi tidak pernah lepas darinya. Tidak ada sepatah katapun terucap dari mulutnya. Entah apa yang dipikirannya sehingga Alesha yang sejak tadi memperhatikannya merasa khawatir.
"George, are you ok?" tanyanya sambil menyentuh wajah George. Pria itu tersenyum dan mengecup keningnya lembut. "Yeah, i'm ok babe. Don't worry." jawabnya lembut. Dia lalu merebahkan kepala Alesha kedalam dada bidangnya dan merangkulnya lembut. "I do love you, Alesha". ucapnya lagi. Alesha lalu membalas pelukannya sambil berkata " I love you more, prince".
Tidak lama kemudian mobil berhenti tepat didepan gerbang kampus. Sopir dengan sigap membuka pintu mobil. George lalu melepaskan pelukannya dan keluar dari mobil disusul oleh Alesha yang terlihat gugup. Menyadari itu, George langsung menggenggam tangan Alesha dan melangkah masuk.
Ini adalah pertama kalinya memperlihatkan kebersamaan mereka kepada publik. Itulah yang membuat Alesha merasa tidak nyaman. Semua mata yang ada di tempat itupun langsung terarah kepasangan yang baru saja memasuki gerbang. Mereka terkejut melihat pangeran George menggandeng seorang wanita, karena hal itu tidak pernah mereka saksikan sebelumnya.
Mereka mengenal pangeran adalah seorang yang sangat dingin terhadap wanita sehingga pangeran tidak pernah sekalipun terlihat dekat dengan wanita manapun kecuali putri Silvia tunangannya. Tapi wanita yang mereka lihat menggandeng mesra tangan pangeran George itu bukan putri Silvia. Mereka mulai berbisik-bisik menyimpulkan cerita dari apa yang dilihatnya sesuka hati mereka. Tatapan iri wanita-wanita yang mendambakan posisi mereka ada ditempat Aleshapun semakin membuat Alesha kikuk. Dia meremas tangan George keras.
"Santai saja sayang, mulai sekarang kau harus terbiasa dengan tatapan-tatapan itu." George berbisik ditelinganya lalu mengecup lembut pipi Alesha yang mulai kembali merona. Alesha hanya berusaha menenangkan rasa tegangnya dengan terus menggenggam erat tangan George. Ingin rasanya dia menghilang saja dari tempat itu seketika. Untungnya kelas yang akan mereka tuju sudah terlihat didepan mata, dia lalu mempercepat langkahnya akan tetapi George malah menghentikan langkah mereka.
"Tenanglah Alesha, tidak akan terjadi apa-apa okey? dengar, ini baru permulaan. Kedepannya kita akan menghadapi masih banyak hal yang mungkin lebih buruk dari ini. Jadi aku minta kau bisa secepatnya beradaptasi dengan tetap tenang dan bersikaplah seperti biasa. Ini yang harus kita lakukan untuk menjadikan hubungan kita lebih kuat kedepannya sayang. Aku harap kau paham maksudku. Dan ingat tetap bersikap seperti biasa okey?" jelasnya berusaha menenangkan Alesha yang masih belum siap dengan hal itu. " Sekarang masuklah, I love you". ucapnya lagi lalu mencium keningnya sebelum akhirnya meninggalkan Alesha yang berdiri mematung.