Alesha menatap George dengan perasaan gugup, kali ini tamatlah riwayatnya. Mungkin kali ini George tidak akan menahan diri lagi. 'Oh Tuhan apa yang harus kuperbuat' pikirnya. "Apa maksudmu? bukannya kau sendiri yang mengijinkanku pergi menemuinya. Jadi kenapa sekarang kau malah marah?" ucapnya cemberut, berusaha mengubah situasi agar dirinya tidak semakin tersudut. Dia semakin menggeliat dibawah tubuh George untuk melepaskan diri.
" Kau diamlah, karena gerakan liarmu ini bisa saja memperparah hukumanmu, bukankah sudah kukatakan jangan melakukan apapun yang bisa memancingku?".Ucap George seraya semakin menghimpitkan tubuhnya kebawah membuat Alesha sulit bernapas. Matanya berkilat bagai singa lapar yang siap melahap habis mangsa yang ada didepannya.
Alesha terdiam seketika, dia menelan ludahnya. Jantungnya sudah tidak karuan, matanya terpejam mengantisipasi segala kemungkinan Apakah malam ini George akan benar-benar melakukan itu padanya? 'apakah aku siap? oh.. tapi aku belum siap lahir bathin, Kami belum menikah, belum boleh. Tuhan tolong aku, bagaimana ini?!' Batinnya menggerutu panik. Dia memejamkan matanya.
Lalu dia mulai merasakan bibir lembut George menyentuh lehernya. Dia menahan napas, jantungnya terasa mau meledak saja dan.."akhhh..!!" pekiknya lirih. Dia tiba-tiba merasakan nyeri dibagian lehernya. Dia lalu membuka mata dan mendapati George sedang tersenyum liar dan baru akan mendaratkan ciumannya lagi tapi Alesha tiba-tiba menahannya.
Kening Alesha berkerut bingung. Apa itu tadi?
" Tadi itu apa George, kenapa leherku terasa perih? Apa digigit semut rangrang? tapi mana mungkin ada semut rangrang disini." ucapnya sambil bangkit dan mencari sesuatu. George yang tidak menyangka respon Alesha akan seperti itu hanya bisa melongo tidak percaya. Hilang sudah semua nafsu yang tadinya menyelimuti kepalanya.
Tadinya George berniat untuk melangkah sedikit lebih jauh karena merasa kesal dengan sikap Alesha terhadap Jimmy, tetapi melihat respon Alesha yang sedikitpun tidak curiga dan malah menyalahkan semut... what the heck??. Padahal rencananya itu baru permulaan sebelum masuk kehukuman inti. George hanya bisa menggeleng dan mengusap tengkuknya.
"Minggir dulu, aku mau mencari semut itu. Bisa bahaya kan kalau dia menggigit lagi. Mana sakit lagi, kok bisa sampai ada semut di kasur ini sih?" ucap Alesha yang masih sibuk mencari semut. Dia sama sekali tidak menyadari kalau sejak tadi George mematung melihat reaksi Alesha yang konyol itu.
Karena gadis itu sepertinya tidak ada tanda-tanda menghentikan pencariannya, dan akan berlanjut sampai besok pagi sehingga George menangkap tangannya dan berkata,
" Sudalah Alesha, kita tidur saja. Kau ingat kalau besok kuliah kan?"
" Tapi, semut itu harus dimusnahkan dulu. Aku tidak mau digigit lagi." jawab Alesha keberatan. Dia bahkan membuka coverbed dan melemparkannya kelantai.
" Ayolah, lupakan semut itu. Dia tidak akan menggigitmu lagi." ucap George sambil merebahkan tubuh Alesha dengan pelan.
" Tunggu, aku tidak mau tidur disini" ucap Alesha tiba-tiba.
" Tapi kenapa?" Tanya George bingung.
Alesha menatap dalam mata George lalu tersenyum. " George, kau lupa kalau kita belum menikah, sangat tidak pantas kalau kita tidur bersama seperti ini." Jelasnya.
George lalu mengangguk pelan, sebenarnya dia setuju dengan Alesha kalau mereka belum boleh tidur bersama tanpa ikatan pernikahan, meskipun di negaranya hal itu sangat lumrah dan wajar kalau sepasang kekasih melakukan hal demikian.
Meskipun demikian, George juga tidak pernah berbuat hal tersebut. Dia sangat membatasi diri dengan wanita apalagi sampai tidur dengan mereka. Itu adalah hal yang mustahil dia lakukan, mengingat pemikiran sinisnya tentang wanita. Bahkan dengan tunangannya sekalipun, dia tidak pernah sedikitpun memberikannya kesempatan untuk merayunya. George hanya menuruti keinginan ibunya saja sehingga selama ini dia terpaksa berpura-pura mesra dengan putri Silvia itu.
Tetapi dengan gadis yang ada didepannya ini, semua tameng yang membentengi dirinya terhadap wanita yang selama ini dipertahankannya dengan rasa bangga hancur dan porak-poranda. Dia harus bersusah payah menahan diri setiap kali Alesha berada didekatnya, bahkan ketika gadis itu tidak terlihat olehnyapun pikirannya tidak bisa berhenti menginginkan keberadaannya. Sehingga hatinya semakin terbakar cemburu ketika Alesha memberikan perhatian yang dianggapnya berlebihan kepada pria lain terlebih pria itu adalah orang yang sangat licik dan berbahaya, pikirannya semakin tidak tenang. Dia tidak ingin Aleshanya bertemu dengan pria itu lagi.
Karena malam itu dia terlalu lelah untuk berdebat tapi dia juga ingin Alesha berada didekatnya sehingga dia tersenyum dan kembali merebahkan tubuh Alesha dan memeluknya erat tanpa menghiraukan rontaannya.
"Shhh... diamlah dan tidur, aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin memelukmu saja, please sayang." ucapnya sambil memejamkan mata. Alesha tidak bisa mengelak lagi karena kaki George yang kokoh dan tangan kekarnya sudah berada dalam posisi mengunci tubuhnya sehingga dia hanya bisa pasrah. Dia lalu menatap wajah George yang sudah tenang terlelap, suara napas George terdengar bagai simponi nada yang menggetarkan hatinya. Dia tersenyum lalu memejamkan mata dalam kehangatan dekapan pria belahan jiwanya.
Keesokan harinya, waktu menunjukan jam 5 pagi. Alesha membuka mata dan merasakan tubuhnya terhimpit sesuatu yang hangat. Dia merasakan tangan George merangkul erat pinggang kecilnya sedangkan kakinya berada di atas pinggulnya. Masih mendekapnya sambil tertidur pulas. Alesha lalu menggeser tubuhnya menjauh dan bangkit perlahan dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh, wudhu dan sholat seperti biasa.
Alesha kemudian menyiapkan keperluan kuliahnya untuk hari ini dengan semangat, bibir mungilnya terus saja tersenyum. Sesekali dia bersenandung riang, rupanya moodnya pagi itu sangat baik untuk memulai harinya. Dia lalu menuju pembaringan dan mendapati George masih tertidur lelap, kuliahnya baru akan mulai jam 8 pagi sehingga dia masih punya beberapa jam lagi untuk bersiap.
Dia lalu menuju kamar mandi dan menutupnya dari dalam. Melepas satu persatu pakaiannya dan melenggang ke shower. Air hangat yang mengguyur tubuhnya semakin membuat pikirannya tenang. Selesai mandi dia lalu melilitkan handuk ke tubuhnya dan mengeringkannya perlahan. Akan tetapi ketika hendak mengeringkan bagian lehernya, dia melihat ada spot yang warnanya aneh. Warnanya merah kehitaman, awalnya Alesha mengira itu cuma noda yang luput dari jangkauannya ketika mandi tadi tapi ternyata setelah berkali-kali dia hilangkan noda dilehernya itu tidak kunjung hilang.
"Noda apa ini?" gumannya bingung. Tapi dia lalu teringat rasa perih dilehernya semalam. " "Semut rangrang..!?, oh my God, apakah ini beracun!?. Tidak..tidak...George...!!" teriaknya panik dan menghambur keluar dari kamar mandi. George yang masih ngantuk terpaksa membuka mata karena mendengar teriakan dan guncangan di tubuhnya.
" Ada ada?" tanyanya bingung.
" Ini... kenapa leherku seperti ini. ini muncul setelah digigit semut ini semalam. George apakah ini tidak berbahaya? ini tidak beracun kan?!" ucap Alesha merengek sambil berusaha menghilangkan noda itu lagi.
George yang tadinya ingin kembali tidur langsung melotot. Melihat pose Alesha yang hanya menggunakan handuk pendek dengan rambut basah tergerai membuat bagian tubuhnya yang tadinya sudah mengeras semakin meronta meminta dilepaskan. Ditambah lagi dengan rengekan Alesha yang terdengar manja itu begitu sangat menggoda di telinganya. Darah ditubuhnya seketika terasa panas. Tapi segera dia menormalkan perasaannya dan lagi-lagi itu sangat menyiksanya. Dia lalu bangkit dari pembaringan.
" Coba sini aku lihat" ucapnya sambil duduk disisi Alesha yang sudah sejak tadi menggosok-gosok bagian lehernya itu.
" Hentikan itu, kau hanya akan memperparahnya saja". Ucapnya lagi sambil menahan tangan Alesha agar tidak menyentuh lehernya lagi. Dia lalu memeriksanya dan benar saja noda dileher Alesha sudah memerah akibat perbuatannya semalam. Bagitu indah hasil karyanya, leher murni putih halus dan jenjang itu kini sudah ternodai olehnya. Memberikan tanda kepemilikannya ditubuh gadis yang dicintainya membuatnya puas. Dan itu membuat rasa cintanya tumbuh beribu kali lipat, dia lalu memeluk Alesha dengan lembut dan mengecup keningnya.
"I'm sorry, ini salahku. Lehermu baik-baik saya sayang. Nodanya aka hilang dalam beberapa hari. Lagipula ini sangat indah, aku ingin kau memilikinya setiap hari sehingga tidak ada pria lain lagi yang akan menggodamu". Ucapnya tersenyum lembut.