hampir satu jam penuh gio bergejolak dengan dirinya sendiri, menatap dengan tajam Meilin yang tidur dengan indah. semakin lama ia menatap semakin ia menginginkan Meilin. Meilin begitu mempesona mukanya seperti bulan purnama.
Gio merasa perasaannya campur aduk, disatu sisi dia menginginkan Meilin disisi lainnya bagaimana jika perasaan yang ia miliki hanyalah ilusi dan meilin tak mengharapkan dirinya. Mungkin diluar sana banyak wanita yang menginginkan dirinya karna status sosialnya tapi berbeda dengan Meilin, bahkan dimatanya uang tak berarti apa-apa.
" Meilin ku Meilin ku...
seberapa keras aku mencoba menjauh...
bayangmu akan selalu menapaki pikiranku..
bagiku kamu adalah candu..
yang tak terobati..."
"bunga mawar bunga melati
dipetiknya dipagi hari
aku gio yang baik hati
siap menemani Meilin seorang diri "
"pantun bodoh, sejak kapan aku jadi melankolis begini" batin gio, "aku ini bukan cowok lemah, aku cowok kuat, gentle, aku bisa membuat kamu mencintai Meilin" batin gio lagi.
gio mendekatkan tubuhnya tepat saat muka bertemu muka, gio bisa merasakan nafas teratur Meilin, beberapa detik yang lalu gio sudah melawan dirinya sendiri tapi saat ini tidak bisa lagi. gio mengecup kening Meilin sangat lama, bibirnya turun kelopak mata Meilin satu persatu dia kecup.
Melihat Meilin tidak berekspresi dia mulai mencium pipi Meilin yang begitu halus, saat gio masih mencium pipi Meilin, tiba-tiba tangan Meilin melingkar di leher gio. gio terperanjat tapi ia tak bisa apa-apa.
"hey, bocah kecil lepaskan aku, aku tak bisa bernafas" kata gio sambil menggigit pipi Meilin supaya ia terbangun.
"aduh, sakit" Meilin mengaduh dan membuka matanya, betapa terkejutnya saat yang pertama kali ia lihat adalah gio yang tidak berjarak dengan dia.
"lepaskan aku Meilin" kata gio sambil menyentuh tangan Meilin.
Meilin yang baru tersadar langsung melepaskan tangannya, "maaf aku nggak sadar." jawab Meilin
"taukah kamu apa yang tadi kamu lakukan? aku tidak menyangka kamu sangat mesum! lihat sampai pegal leherku" kata gio
"sorry, aku benar-benar tidak tau dan tidak sengaja" jawab Meilin
" kamu memaksaku untuk mendekatimu, menciummu, me...." kata gio sebelum mulutnya ditutupi oleh tangan Meilin.
"stop jangan bicara lagi" kata meilin sambil menyembunyikan rasa malunya. bagaimana mungkin dia melakukan semua itu kepada gio. apakah gio berbohong? tapi kenapa tanganku melingkar di lehernya dan apa yang sebetulnya telah aku lakukan, arghhhh semua ini membuatku gila.
"mmmmm.....mmmmm....mmmmm" kata gio ucapan tak terdengar karena tangan Meilin masih menutupi mulut gio.
"ahhh, maaf-maaf!!!! " sambil melepaskan tangannya Meilin mulai menjauhkan tubuhnya dia pergi ke ujung kasur dan tapi seketika tubuhnya dikunci dari belakang oleh gio.
"mau kemana? " tanya gio sambil terus mengunci tubuh Meilin
"ahhh, aku mau keluar sebentar mencari udara segar. bukankah disini terlalu panas" jawab Meilin
"kalau disini panas, kenapa tidak kamu buka bajumu" kata gio sambil menyentuh kanci paling atas dari baju Meilin.
"kapan terakhir kali kamu pergi ke psikiater, kita harus memeriksa otakmu yang cabul itu" jawab Meilin ketus sambil melotot dan memberikan kode supaya tangan gio tak boleh menyentuh satu kanci bajunya.
"apa yang salah denganku? kamu panas mungkin karena bahan baju yang kamu pakai, coba saja lepaskan pasti tidak akan panas" jawab gio
"arghhhh kamu terlalu banyak bicara, pergi sana dan lepaskan aku!!! aku ini bukan tawananmu" kata meilin sambil kesal
"terus saja kamu marah, semakin marah kamu semakin menggemaskan" kata gio dengan jail ia mencium leher belakang meilin.
"aduh, geli. apa yang kamu lakukan? dasar otak cabul, mesum,kurang ajar, cumi!!!" kata meilin sambil meronta-ronta, tapi semakin Meilin meronta gio semakin dalam memberikan ciuman dileher Meilin, hingga akhirnya gio mengigit leher Meilin.
"arghhhh, sakit " rintih Meilin.
ini pertama kali Meilin merasakan sesuatu yang aneh dan pertama kali ia alami, lehernya untuk pertama kali dicium sekaligus digigit. rasanya sakit tapi ada sesuatu yang membara dalam hatinya.