Chereads / Echoes Of Love|GAoW1| / Chapter 18 - Echoes Of Love|GAoW1| [18]

Chapter 18 - Echoes Of Love|GAoW1| [18]

_____________

Semua pasang mata termasuk sepasang mata yang menatap Aiden tajam menatapnya dengan tatapan terkejut. Tanpa berniat melanjutkan apa maksud dari perkataannya, Aiden menatap sepasang mata milik Lova yang sudah berkaca-kaca. Mungkin wanita ini menahan air matanya dari tadi agar dia tampak tegar atau dia memang orang yang selalu menutupi kesedihannya sama seperti Aiden? Entahlah.

Aiden menarik tangan Lova agar wanita itu berdiri disebelah nya dan Lova yang lemah tak dapat menolak paksaan itu. Melalui telapak tangan nya yang menyentuh tangan Lova, Aiden dapat merasakan kalau tubuh Lova bergetar hebat. Lagi-lagi wanita ini menunjukkan kerapuhan nya seperti saat malam itu.

Secara spontan Aiden merangkul pinggang Lova agar wanita itu tidak terjatuh ke lantai. Terdengar suara isak yang sangat pelan. Aiden tahu kalau Lova sangat terguncang maka dari itu Aiden mempererat rangkulan tangan nya ke pinggang kecil Lova.

"Kami akan segera menikah." Ucap Aiden yakin.

"APA?!." Teriak Samuel terkejut.

Lova menatap Aiden dengan tatapan terkejut begitu juga dengan Lana yang menatap putranya dengan tatapan senang sekaligus senang. Tapi Samuel menatap putranya dengan tatapan marah.

"Apa kau sudah gila, Hah?!." Tanya Samuel.

"Iya aku memang sudah gila sejak lima tahun yang lalu dan jangan lupakan fakta bahwa orang gila ini adalah putra daddy." Jawab Aiden santai.

"Kau!!."

"Sayang.. Jangan seperti ini. Mari kita dengarkan dulu apa yang putra kita inginkan." Ucap Lana sembari menangkup wajah Samuel.

"Ini tidak bisa dibiarkan--."

"Sstt.. Sudah jangan marah-marah lagi. Kau tahu kan aku lebih suka Samuel yang lembut dan penuh kasih sayang." Ucap Lana lembut dan anehnya ucapan itu bagaikan mantra penenang bagi seorang Samuel.

"Baiklah aku akan dengarkan apa mau mu, son." Ucap Samuel tegas.

Lana menghembuskan napasnya lega saat mendengar perkataan suaminya. Digeser nya secara perlahan tubuhnya dari atas pangkuan suaminya namun tangan kekar yang kuat itu menahan pinggangnya.

"Jangan bergerak atau aku akan marah lagi." Ucap Samuel.

"Baiklah." Balas Lana pelan dan pasrah.

Aiden maupun Lova masih berdiri di tempatnya dengan pemikiran mereka masing-masing. Lova masih memikirkan perkataan Mr. Abhivandya yang menyakiti perasaannya sedangkan Aiden memikirkan rencana kedua yang telah ia rancang dari awal saat ia bertemu Lova. Rencana ini telah ia pikirkan matang-matang untuk membalaskan dendamnya 5 tahun yang lalu. Mungkin kali ini dia akan menunjukkan bahwa anak satu-satunya dari daddy dan mommy nya yang sempurna tak bercela sebenarnya hanyalah anak yang penuh luka dan duka.

Tidak sempurna. Tak seperti bayangan mereka atau orang lain yang melihat keluarga mereka yang tampak berkilau dan gemilang. Keluarga Abhivandya tak pernah seharmonis keluarga lain. Keluarga ini hanyalah keluarga yang jauh dari kata sempurna.

"Bicaralah son, aku tidak punya waktu banyak." Ucap Samuel singkat.

Aiden tertawa sinis. Ayahnya selalu seperti ini. Selalu menganggap remeh segala hal yang menurutnya tidak menguntungkan bagi dirinya. Apa kalian pikir Aiden tidak tahu bahwa selama ini pria ini memanfaatkan mommy nya?. Aiden tahu semua nya. Pria bernama Samuel yang merupakan ayah biologis nya ini. Memanfaatkan sahabat mommy untuk menjatuhkan perusahaan saingan nya.

Membuat berita seolah-olah istri dari pemilik perusahaan saingan nya selingkuh dan tak lama kemudian keluarga itu terpecah dan hancur. Dan lebih parahnya lagi sesaat setelahnya suami dan istri itu beserta anak laki-lakinya meninggal karena kecelakaan.

Kau tahu yang paling menyedihkan? Teman masa kecil ku, Rose. Ya begitulah panggilan ku untuknya. Aku tidak tahu siapa namanya karena rumah anak perempuan itu terdapat banyak pohon bunga mawar karena mommy selalu mengajak ku untuk berkunjung kerumah sahabatnya yang tenyata memiliki seorang anak perempuan yang membuat Aiden kecil terpesona. Anak perempuan cantik itu adalah anak bungsu dari perusahaan saingan daddy. Tapi saat itu Aiden kecil tidak membencinya. Dia malah bersyukur diberi kesempatan bertemu dengan anak perempuan itu. Bisakah kisah itu disebut cinta pertamanya?.

Aiden menatap Samuel dengan tatapan sedih nya. Kali ini bukan kejadian 5 tahun yang lalu yang membuatnya sedih tapi kejadian 12 tahun yang lalu terus menghantui nya sampai saat ini. Karena sikap pengecut nya saat itu, satu keluarga hancur berantakan.

Andai saja saat itu Aiden memberanikan dirinya bicara pada daddy nya kalau dia berteman dengan anak dari perusahaan saingan daddy nya maka semua ini tidak akan terjadi. Andai saja saat itu ia menggunakan koneksi nya untuk menghapus artikel buruk itu pasti keadaan tidak akan menjadi separah ini. Atau andai saja saat itu dia memberitahu pada mommy kalau daddy telah melakukan kesalahan pada sahabatnya. Maka rasa bersalah ini tidak akan ada.

Aiden menghela napasnya.

Benar. Selama ini ia hanya ingin melemparkan rasa bersalah ini pada seseorang. Dan lagi-lagi dia hanya bisa melarikan diri dari masalah yang menyangkut dirinya seperti 12 tahun yang lalu. Tapi kali ini Aiden akan menghadapi apapun resiko dari rencana nya ini. Kali ini Aiden tidak akan lari ataupun menghindar.

Dia akan menjalankan rencananya.

Apapun yang tejadi dan apapun yang akan terbalaskan nanti.

Rencana nya akan tetap berjalan.

"Kau pernah bilang padaku bahwa kau butuh penerus untuk restaurant keluarga kita yang mommy urus sekarang."

"Ya. Aku pernah bilang itu." Jawab Samuel santai.

"Sekarang aku akan memenuhi keinginanmu, daddy."

Aiden menurunkan tangan kirinya dari pinggang Lova dan beralih menggenggam tangan Lova dengan erat. Lova mengalihkan pandangannya pada tangannya yang entah mengapa terasa sangat pas pada tempat yang tepat. Terasa nyaman dan hangat. Perasaan yang mungkin ia rasakan terakhir kali pada saat mommy berbicara padanya ah bukan berbicara yang kalian pikirkan.. Tapi saat itu mommy mengucapkan salam perpisahan padanya dan bodohnya pada saat itu dia tidak mengerti maksud mommy nya yang sedang menyampaikan pesan terakhirnya.

"Lova akan mengurus restaurant mommy saat kami sudah resmi menikah nanti dan aku akan memberi pewaris untuk keluarga ini yang sudah sangat lama daddy inginkan."

"Bukankah ini sangat menguntungkan?." Tanya Aiden sembari menaikkan salah satu alisnya keatas.

Samuel tersenyum miring dan lama-kelamaan menjadi kekehan yang terdengar sedikit menyeramkan.

"Apa ada jaminan bahwa rencana mu akan berjalan lancar, son?." Tanya Samuel setelah ia telah berhenti tertawa.

Aiden membulatkan kedua bola matanya. "Apa maksud, daddy?."

"Bukankah kejadian lima tahun yang lalu sudah cukup menyadarkan mu kalau wanita yang kau percayai itu tidak baik untuk mu?." Ucap Samuel.

"Honey.."

"Cukup! Apa kau akan memaafkan wanita yang hampir membuat mu mati?!. Apa kali ini kau akan membuatku kembali diam atas kejadian mengerikan itu?!." Ucap Samuel dengan nada tinggi.

Aiden menatap Samuel dengan tatapan tidak percaya. Apa maksud daddy nya?. Zeline pernah mencoba membunuh mommy?. Apa maksud nya ini?. Dia sama sekali tidak mengerti.

"Apa maksud, daddy?." Tanya Aiden panik.

Samuel menatap Aiden marah. "Wanita sialan itu hampir membunuh istriku. Kau tidak tahu?."

"Jangan memberitahunya, sayang.." Ucap Lana gelisah.

"Sudah saat nya dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, honey." Ucap Samuel dengan nada putus asa.

"Apa.. yang sebenarnya terjadi?." Tanya Aiden dengan nada tidak percaya.

_____________

To be continuous