Chereads / Echoes Of Love|GAoW1| / Chapter 23 - Echoes Of Love|GAoW1| [23]

Chapter 23 - Echoes Of Love|GAoW1| [23]

___________

"Are you serious dude?!." Teriak Ansel tak percaya.

"What the hell do you say?! You want gettin married in two weeks? Are u kidding me, asshole?." Teriak Aaron yang tak kalah heboh sedangkan Axton hanya memasang wajah terkejut namun masih terkesan sangat kalem kalau Ansel tak perlu ditanyakan lagi. Dia sudah seperti orang kesurupan.

"What a surprised! I'm glad to hear that news." Seru Axton senang dan antusias.

"Wow.. aku tak percaya ini." Gumam Aaron dengan mata yang terbuka sangat lebar.

"Aku serius akan menikah." Jawab Aiden singkat.

"Who's the lucky women?." Tanya Ansel yang ternyata sudah duduk tepat disebelah Aiden.

"Kalian sudah kenal dengan nya dan pernah bertemu dengannya." Ucap Aiden.

"Who??." Tanya Aaron bingung.

"Apa Zeline kembali dan orang tua mu sudah setuju?." Timpal Ansel tanpa basa basi.

"Sayang nya tidak." Ucap Aiden dengan nada sedih dan kecewa.

"Ups! sorry dude." Ucap Ansel cepat disertai dengan cengiran lebar.

"Jangan bilang kau akan menikah dengan Lova." Ucap Axton to the point setelah berpikir sejenak.

"Itu memang benar." Jawab Aiden.

"WHAT?!." Ucap Ansel dan Aaron serentak dan langsung berdiri menatap Aiden dengan mata yang melotot nyaris keluar.

"Kau memang penuh kejutan. Awesome!." Ucap Aaron lalu bertepuk tangan ria tanpa tahu alasan ia bertepuk tangan.

"Ini lebih mengagetkan! Oh god kau pasti melakukan hal yang tidak tidak kan pada Lova sehingga dia tidak punya pilihan lain selain menikah denganmu kan?!." Ucap Ansel penuh emosi dan hampir meninju Aiden jika saja tidak di tahan oleh Axton.

"What the hell are you talking about?. Of course not!." Ucap Aiden kesal dan menatap Ansel dengan tatapan marah.

"So what dude? Kenapa kau tiba-tiba menikah secepat ini kalau tidak terjadi apa-apa?." Tanya Aaron penasaran.

"Aku hanya merasa harus menikah. Itu saja." Ucap Aiden.

"Apa itu sebuah jawaban yang masuk akal?." Geram Aaron kesal.

"Yeah." Jawab Aiden singkat.

"Damn you!." Teriak Aaron kesal.

"Jadi kau tidak melakukan apa-apa pada Lova?." Tanya Ansel.

"Tentu saja tidak." Jawab Aiden tegas.

"Kalau begitu tetap saja aku tidak setuju kau menikah dengan nya." Ucap Ansel tidak suka lalu duduk menjauh dari Aiden.

"Apa hak mu melarang aku menikah, huh?." Tanya Aiden lalu terkekeh geli.

"Karena aku adalah satu-satunya pria yang akan menikahi Lova." Jawab Ansel tanpa ragu.

What? Apa bocah ini bilang? Satu-satunya pria yang akan menikahi Lova? Heck! Yang benar saja. Itu tidak akan pernah terjadi dan aku biarkan!. Sebelum semua itu terjadi aku akan melakukan satu langkah maju sebelum bocah sialan ini melakukan hal konyol lainnya!. Sial! kenapa harus ada sih yang suka sama tuh cewek kan bikin ribet. Batin Aiden.

"Jangan bercanda." Ucap Aiden lalu kembali terkekeh dan menganggap apa yang dikatakan Ansel hanya sebagai candaan.

"Aku selalu serius dengan perkataan ku kalau itu menyangkut tentang Lova." Ansel menatap Aiden dengan tatapan dingin dan datar.

"Jangan menguji kesabaran ku, kau tahu kalau amarah ku sangat tidak bersahabat. Ini peringatan. Sampai kapanpun aku akan tetap menikahinya dengan atau tanpa persetujuanmu." Ucap Aiden penuh penekanan.

"Wow easy men. Bisakah kita tidak bertengkar disini?." Ucap Aaron sambil terkekeh geli.

"Kendalikan emosi kalian yang labil atau aku akan memberitahu hal ini pada Lova." Ucap Axton tenang.

"Jangan!." Ucap Aiden dan Ansel serentak.

"Kalau begitu cara satu-satu nya adalah biarkan Lova memilih siapa menurutnya pria yang sudah menyentuh hati nya." Timbal Axton sebelum ia menyesap brandy miliknya.

"Tidak bisa seperti itu!." Teriak Aiden kesal. Kalau sampai Lova menyukai Ansel maka rencananya bakal gagal total.

"Aku setuju denganmu dude." Ucap Aaron.

"Akui saja kau pasti takut kalah kan?." Tanya Ansel penuh kesombongan.

"Fine! Kalah? bahkan tidak ada di dalam kamusku." Ucap Aiden maupun Ansel dengan wajah kesal sedangkan Aaron dan Axton hanya terkekeh senang.

"Aku akan pastikan Lova akan memilihku." Ucap Ansel percaya diri.

Aiden terkekeh geli. "Sebelum hal itu terjadi, dia sudah menjadi istriku. Atau mungkin sudah mengandung anak ku?." Ucap Aiden sombong.

"Kau jangan macam-macam!." Geram Ansel.

"Sudah sewajarnya suami istri berbuat macam-macam." Ucap Aiden penuh kelicikan.

"Stop it dude!." Ucap Axton tegas dan penuh penekanan sedangkan Aaron tertawa senang melihat keributan antara Aiden dan Ansel.

Aiden menghembuskan napasnya kasar. "Aku tidak mau ada pertengkaran disini terutama diantara kita. Mari kita beralih pada topik lain." Ucap Aiden sebelum menenggak habis minuman nya.

"Aku setuju." Ucap Ansel lalu ikut menenggak habis minumannya.

"Ini sangat luar biasa kalau dipikirkan." Ucap Aaron tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka setelah drama panjang yang terjadi tadi.

"Aku sangat terkejut pada takdir kita semua. Bayangkan saja, aku yang selalu terlibat berita kencan dengan berbagai wanita, Ansel yang selalu tertangkap kamera pulang bersama berbagai wanita dari club miliknya, Aiden yang tak pernah terlibat dengan wanita lagi sejak berita putus nya yang heboh dan Axton yang setia dan cinta mati macam budak cinta pada Sarah." Jelas Aaron panjang lebar.

"What the hell dude?." Ucap Axton penuh protes tapi yang lainnya malah tertawa geli.

"Tapi yang malah menikah duluan adalah Aiden. Si dingin tak tersentuh yang beberapa tahun yang lalu mengatakan enggan menjalin sebuah hubungan lagi apalagi sampai menikah."

"Takdir sungguh kejam dan mengerikan." Lanjutnya lagi.

Aaron menyesap whisky nya dalam. "Entah siapa yang akan menyusul setelahnya tapi aku rasa setelahnya adalah Axton lalu Ansel sedangkan aku adalah orang terakhir atau mungkin tidak?."

"Kau terdengar sangat frustasi dude." Ucap Ansel sambil menatap Aaron yang sedang menatap kosong kearah depan.

"Kau tahu jelas bagaimana cerita ku dengan Karen." Ucap Aaron lalu mendongakkan kepalanya keatas menatap langit-langit ruangan.

"Kau masih tidak berani bilang padanya, kalau kau sudah cinta mati hanya padanya?." Tanya Aiden gemas.

"Aku terlalu brengsek untuk nya dan aku cukup sadar diri."

"Tapi kau selalu menghalau pria baik manapun yang memcoba mendekati Karen ckck! Kau sangat egois men." Ucap Axton geli.

"Aku tak bisa terima kalau dia dekat dengan pria lain tapi aku tak punya keberanian untuk melakukan sesuatu yang lebih untuknya." Ucap Aaron frustasi.

"Kau terlalu egois." Ucap Aiden.

"Aku harus bagaimana lagi? Dia terlalu rapuh dan lembut. Bahkan terdengar mustahil untuk digapai sedangakan aku. Aku terlalu takut jika suatu hari dia hancur karena sikap ku yang brengsek." Ucap Aaron sebelum menenggak habis minuman nya.

"Kau terlalu takut untuk mencoba, sama seperti aku beberapa tahun yang lalu." Ucap Aiden sedih.

"Ya.. I know."

"Jangan sampai kau kehilangan dia suatu saat nanti dan menyisakan penyesalan seperti yang aku rasakan sekarang. Sangat menyakitkan bro." Ucap Axton sedih.

"Thank's dude."

Mereka berempat hanya menghabiskan malam itu dengan berbincang dan saling mengeluarkan isi hati mereka masing-masing. Tidak ada wanita ataupun sex di dalamnya. Hanya ada rasa sakit dan sedih di dalam jiwa mereka masing-masing. Saling menyembuhkan dan saling memberi masukan positif. Dibalik visual dan raga mereka yang sempurna, hanya ada hati dan jiwa yang penuh goresan luka. Berharap suatu saat nanti ada seseorang yang akan menghentikan mereka dari sifat buruk mereka dan menyembuhkan mereka. Tapi kapan? Entahlah. Semua tergantung pada sang takdir.

_____________

To be continuous