Aku baru mencoba bikin cerita genre ini. Semoga cerita ini bisa diterima dan kalian minat buat baca nya wkwk.
Temukan aku di instagram : alemannuss
Selamat membaca guys.
_______
Siang ini aku sudah berjanji pada Aiden untuk bertemu di restaurant miliknya yang menjadi saksi bisu pertemuan pertama kami. Pertemuan yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh aku maupun Aiden. Pagi hari tadi sekitar pukul empat pagi Aiden ternyata sudah pergi ke kantor tanpa sempat sarapan dulu bersamaku.
Aku menggendong Jo yang sudah rapi dan wangi lalu kami menuju ke lantai bawah untuk sarapan sebelum pergi ke restaurant. Lova bergegas menuju dapur setelah menitipkan Jo pada bibi Edora yang kebetulan sednag tidak mengerjakan apa-apa. Namun tiba-tiba ponsel genggam miliknya berbunyi dan ternyata Aiden yang menelponnya.
Setelah panggilan telepon dari Aiden yang sangat tiba-tiba tadi. Akhirnya Lova terpaksa harus merelakan kegiatan nya yang sedang memasak sarapan untuknya karena Lova langsung terburu-buru untuk bersiap-siap menemui Aiden setelah melihat sebuah pesan yang berasal dari pria itu.
Tidak apa-apa kalau saat ini dia kelaparan sedikit. Toh juga nanti ia akan makan bersama Aiden kan?. Lova tidak berlebihan saat dia bilang lapar karena dia habis menyusui Jo dua puluh menit yang lalu jadi wajar saja kalau kini dia merasa lapar.
Lova menyapukan make up tipis di wajah cantiknya. Tak perlu make up tebal untuk menunjukkan kalau dia adalah seorang wanita yang cantik. Tanpa make up pun dia sudah terlihat sangat cantik. Tapi mau bagaimana pun juga orang yang sedang jatuh cinta pasti akan melakukan apapun agar terlihat mempesona dan sempurna di depan orang yang dicintai nya kan?.
Sebuah senyuman kecil terbit di bibirnya ketika mengingat bagaimana Aiden tak henti-henti nya mengusik hidup nya dulu. Sangat lucu. Pikir Lova. Tapi pada akhirnya mereka malah berakhir sebagai pasangan suami istri dan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan sekarang.
Berawal dari Aiden yang menyukai masakan ku saat awal aku melamar pekerjaan di salah satu restaurant miliknya sebagai chef.
Berlanjut dengan tingkah nya yang menyebalkan dengan seenaknya menjadikanku chef pribadi di rumah nya dan karena satu dan lain hal kami menjadi sangat dekat sekali seperti sekarang ini. Aku tidak akan menceritakan kembali apa yang kami lewatkan bersama. Karena terlalu panjang sekali.
Tapi tidak apa-apa.
Berkat itu semua aku jadi semakin mengenal Aiden lebih dalam. Bukan hanya sisi lain dari dirinya yang semakin aku selami semakin dalam tapi juga arti dari kata cinta yang sesungguhnya. Ya, aku jadi tau apa arti cinta sesungguhnya melalui kisah cinta kami yang dalam dan kuat.
Entah sejak kapan aku mulai merasakam cinta uang sesungguhnya pada Aiden. aku tidak tau tapi yang pasti semakin aku mengenalnya, aku semakin percaya kalau cinta sejati itu benar-benar ada didunia ini dan salah satu contoh nyatanya adalah kami.
Perjalanan mereka menuju restaurant lancar dan aman. Jo juga tenang dan tidak menangis atau rewel. Oh ya, sebelum berangkat Lova sudah terlebih dahulu menghubungi Lana dan memberitahu wanita itu kalau dia akan menitipkan Jo untuk sementara dan Lana tidak merasa keberatan dengan hal itu.
Sesampainya di restaurant Lana langsung membawa Jo beserta semua perlengkapan bayi miliknya. Lova juga memberitahu Lana kalau dia akan mengirimkan air susu melalui kurir dan Lana mengerti dengan apa yang Lova maksud.
Tidak lama kemudian mereka pergi meninggalkan restaurant dan meninggalkan Lova sendirian didalam restaurant yang ramai itu. Suasana restaurant kini sangat ramai tapi entah kenapa doa merasa sangat kesepian sekali. Perutnya juga sudah berbunyi beberapa kali tapi Aiden tidak kunjung datang.
"Lova."
Aku mendongakkan kepalaku keatas menatap sepasang mata biru gelap yang tajam lalu tatapanku teralih pada rambut dan bajunya yang berantakan. He's super damn hot!. Batin Lova dalam hati. Aduh sadar Lova!. Kamu itu lapar karena belum makan bukan lapar karena kurang asupan cinta dari Aiden.
"Ah.. Kamu sudah datang, sayang."
laki-laki itu menarik kursi yang ada dihadapan Lova lalu mengambil posisi untuk duduk sambil menatap Lova dengan tatapan bersalah. Lova mengerutkan dahinya tidak mengerti sambil menatap Aiden dengan tatapan bingung.
"Kamu sudah lama menungguku, baby?." Tanya Aiden.
Aku memaksakan untuk tersenyum dihadapannya. Mencoba meyakinkan nya bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak ingin membuatnya khawatir dengan kenyataan bahwa sebenarnya aku telah menunggunya hampir 5 jam disini.
"Tidak. Aku baru saja tiba sebelum kamu datang, sayang." Ucapnya bohong.
Kulihat dia menghembuskan napasnya dengan lega setelah mendengar jawaban ku.
"Kamu sudah makan, sayang?." Tanyaku pada Aiden yang kini sedang melihat pesan yang baru saja masuk kedalam ponselnya.
"Sudah." Ucapnya tanpa melihat sedikit pun kearah ku.
Aku menggigit bibir bawahku. Tidak biasanya dia bersikap dingin dan acuh seperti ini lagi. Sikap nya yang ini mengingatkan aku pada sikap nya saat awal kami bertemu.
Aku meremas jari-jari tanganku. Kalau begini akan aku ikuti sifat nya yang to the point seperti dulu.
"Kalau begitu apa yang ingin kau bicarakan, sayang?."
Dia mengalihkan tatapan nya dari ponselnya lalu menatap kedua mataku dengan tatapan yang sulit Lova mengerti maksudnya apa. Aku membalas tatapan nya dengan tatapan penuh tanya sehingga dia menghembuskan napasnya gusar. Aku tau dia pasti kaget karena aku langsung menanyakan maksud nya mengajak aku untuk bertemu pagi ini karena biasanya aku akan menceritakan semua kegiatanku bersama Jo hari ini atau bertanya padanya ingin makan malam apa nanti.
"Zeline kembali."
Deg!
Aku tersadar sepenuhnya. Kedua bola mataku membesar tapi itu tidak berlangsung lama karena aku langsung berusaha mengontrol rasa keterkejutanku setelah mendengar apa yang dia katakan. Apa maksudnya ini?. Aku masih tidak mengerti maksud dari arah pembicaraan ini. Memangnya apa yang terjadi kalau wanita itu-maksudku mantannya kembali?.
Bukankah bagus?. Mereka harus melaporkannya pada polisi kan?. Kenapa Aiden terlihat sedih jika wanita itu telah ketemu?.
"Lalu?." Ucapku hati-hati.
Kedua mataku mencoba untuk mencari kebohongan di matanya tapi yang aku lihat hanyalah keseriusan dan tatapan bersalah?. Kenapa?.
"Aku akan memberikan dia kesempatan kedua."
Duarr!
Bagai petir di siang bolong. Hatiku langsung teremas dengan sangat kuat. Kepalaku mendadak pening dan asam lambungku langsung naik ke tenggorokan. Apa maksud nya ini?. Setelah dia bilang kalau dia mencintaiku malam tadi lalu hari ini dia bilang akan memberi kesempatan kedua untuk mantannya?.
Apa maksudnya?.
"Apa kau sedang bercanda, Aiden?."
Aku sengaja menyebutkan namanya agar dia tau kalau aku sedang serius akan hal ini.
"Maafkan aku."
Dia menangkup kedua tangan ku dan menatap kedua mataku dengan tatapan penuh rasa bimbang dan rasa bersalah. Fu*k! I don't need the way you look at me right now!. I need an explanation!. Batin Lova.
"Ja-Jadi, pernyataan cinta mu.. kemaren itu hanyalah sebuah candaan?."
"Tidak! Bukan begitu- maksudku aku saat ini-err belum yakin akan perasaanku. Disisi lain aku sangat- sangat mencintaimu tapi disisi lain rasa cinta ku pada Zeline-."
Aku menarik kedua tangan ku dari genggaman tangannya dengan gerakan kasar.
"Aku mengerti sekarang." Ucap Lova dengan tegas.
"Aku tidak pernah menyangka kalau kamu tega melakukan semua ini padaku. Aku pikir kamu benar-benar mencintaiku selama ini tapi nyatanya aku hanya mencintai sendirian." Ucap Lova lagi.
"Kamu bahkan lebih memilih wanita lain dibandingkan istri dan anakmu." Ucap Lova lagi dengan marah.
Setengah mati aku menahan air mata sialan yang sialnya malah menggenang di pelupuk mataku. Aku bersumpah pasti sekarang aku terlihat seperti wanita yang sangat menyedihkan. Aku menarik napasku dalam-dalam sambil berpikir. Ya baiklah. Aku sudah tahu arah pembicaraan ini kemana dan aku harus menyudahi ini semua.
"Baiklah, aku akan mengundurkan diri sebagai chef disini dan aku akan pergi sesuai dengan apa yang kau minta. Aku juga akan membawa Jo pergi."
Dia langsung menatapku dengan tatapan marah dan cemas. Rahangnya langsung mengeras saat itu juga. Dia menggebrak meja dengan keras tanpa peduli pada orang-orang yang kini mulai menjadikan kami sebagai pusat perhatian restaurant ini.
"Lova! Jangan pernah kau mengundurkan diri ataupun pergi-."
"Aku akan mengirimkan surat pengunduran diriku besok pagi dan kami akan keluar dari rumah besok pagi juga."
"Jangan coba-coba kau mengatakan hal itu lagi!!." Teriak Aiden marah.
"Aku akan pergi." Ucap Lova dengan tegas.
Aku berdiri meninggalkan dia yang tampak sangat shock dengan apa yang aku katakan barusan. Aku sedikit berlari setelah mendengar Aiden yang terus memanggil namaku. Aku yakin dia mengejarku kini karena suaranya terasa sangat dekat di belakang ku. Air mataku sudah menetes membasahi kedua pipiku dan aku yakin ingus sialan itu juga ikut keluar sekarang. Sial!.
"Taxi!." Teriak Lova saat dia sudah tiba dipinggir jalan.
Aku menghentikan taxi yang kebetulan lewat di depan ku. Aku bersyukur dapat menghindari Aiden dengan muka yang sudah penuh dengan air mata dan mungkin ingus juga.
Dug! dug! dug!
"Lova! Lova! Buka pintunya sayang! Aku mohon sayang! Dengarkan aku dulu. Heyy!."
Aiden terus menggedor-gedor kaca jendela taxi itu dengan sangat kuat dan aku mengalihkan wajahku kearah yang berlawanan. Wow kini aku merasa seperti sedang syuting sinetron. Tapi demi apapun ini REAL!. Ini adalah nyata.
"Jalan pak sekarang!." Seru Lova lantang.
"Baik nona." Jawab pria itu.
"Baby please dengarkan aku dulu!!."
Mobil pun perlahan melaju meninggalakan restaurant yang mungkin tak akan pernah aku datangi lagi. Tak akan pernah lagi. Aku menghapus air mataku dengan kasar. Rasa sesak itu datang lagi mencekik ragaku seakan ingin menghentikan napas ku sekarang juga. Tapi setidaknya aku sudah mengambil keputusan yang tepat.
Ini semua untuk kebaikan aku dan kebaikanmu Aiden. Semoga kamu bisa mengerti suatu hari nanti. Bahwa kesempatan hanya datang satu kali. Jikapun kesempatan itu datang lagi maka kita memang ditakdirkan untuk bertemu tidak peduli seberapa jauh kita menjauh.
Selamat tinggal. Aiden.
"Aku akan pergi dari hidupmu. Aiden"
__________
To be continuous.