Berusaha mencuri waktu untuk menulis di sela-sela kesibukan. Kurang baik apa coba :). Oh yaaa
Aku udah kasih peringatan kalau cerita ini untuk dewasa jadi tolong nanti jangan di report ya.
Lebih baik kalau di dukung dengan cara vote dan baca terus oke..
Happy reading!
__________
PLAK!
"Sudah kubilang uang bulanan jangan sampai telat!." Ucap seorang wanita dengan cara yang kasar.
Lova memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari bibinya yang tiba-tiba datang marah-marah lalu menamparnya dengan sangat keras.
"Sepupu mu itu memiliki banyak kebutuhan dan kau!. Bulan ini malah belum membayar biaya hidup mu selama tinggal disini!." Teriak seorang wanita yang berpakaian glamour dengan make up yang sangat tebal.
"Aku akan mengusahakan untuk membayarnya. Sungguh. Tapi saat ini aku sama sekali tidak punya uang." Ucap Lova dengan nada memohon.
Lova berusaha bangkit tapi tiba-tiba tangan wanita itu kembali menjambak rambut Lova dengan kasar hingga tubuh Lova terhuyung ke belakang dan kembali jatuh.
"Apa saja yang kau kerjakan selama ini hah?! Dasar tidak berguna! Apa gunanya bekerja terus tapi tidak punya uang." Ucap wanita itu dengan tatapan marah.
Lova hanya bisa meringis saat wanita itu tanpa belas kasih menghempas kembali rambut Lova dengan kasar hingga Lova kembali terjatuh ke atas lantai. Dengan perlahan tangan Lova terjulur kearah bagian kepala yang menjadi tempat wanita itu menjambak nya tadi. Rasanya seperti seakan-akan kulit kepalanya akan terlepas dan itu menciptakan sensasi yang sangat perih. Terlihat beberapa helai rambut nya rontok saat dia menurunkan tangannya sejajar dengan wajah. Lova hanya bisa meringis saat melihatnya. Karena ini bukan kali pertamanya mengalami hal seperti ini.
"Untung saja daddy mu itu meninggalkan rumah ini padamu kalau tidak.. kau sekarang sudah menjadi tunawisma di jalanan." Ucap wanita itu dengan sinis.
Lova hanya bisa terdiam dan mendengarkan semua perkataan nya. Sudah sering kali Lova mendengar kata-kata menyakitkan seperti itu dan bahkan hampir setiap hari dia mendengar bibi nya berbicara seperti itu. Kata demi kata cacian terus mengalun ke dalam telinga Lova bagaikan lagu kematian. Sering sekali Lova berharap pada Tuhan untuk mengambil jiwanya kembali tapi Tuhan lebih memilih untuk membiarkan dirinya menjalani semua jalan menyakitkan ini.
Setiap hari yang dia rasakan seperti bagai berada di dalam neraka.
"Ingat! Aku akan terus menagih biaya hidup mu yang aku tanggung! Jangan kau pikir aku merawat mu dengan sukarela dan gratis!." Ucap wanita itu sinis.
Lova berusaha duduk diatas lantai sambil menahan rasa remuk yang melanda tubuh nya. Lova masih diam dan tak menjawab apapun yang wanita itu katakan padanya. Menjawab kata-kata nya sama seperti berbicara pada radio. Kau tidak akan pernah di dengar tapi dia akan terus berbicara tak peduli seberapa jenuh dan muaknya kau mendengarnya.
"Keluarga mu memang hanya bisa menyusahkan saja. Terutama ibu mu itu." Ucap wanita itu lagi sambil mendengus.
Lova menatap tajam wanita itu dan wanita itu hanya tersenyum sinis saat Lova menatapnya dengan tatapan tajam.
"Seorang pelacur tak tau diri." Ucapnya sambil tersenyum.
Air mataku menetes begitu saja. Aku sedih keluarga ku di hina-hina seperti ini. Mereka tidak pernah menyusahkan sama sekali. Selama hidup, orang tua dan kakak ku selalu melakukan hal yang terbaik. Keluarga pamanku dan saudara lainnya sering di bantu oleh keluarga ku. Tapi setelah mereka meninggal. Bibi dan saudara yang lain menjauh dari ku dan meninggalkan aku sendirian tanpa berniat ingin merawatku. Tapi pada suatu hari tiba-tiba bibi dan suaminya serta anaknya datang ke rumah ini dan berniat merawatku dengan baik. Tapi dengan segala kelicikan yang mereka miliki akhirnya mereka mengambil rumah ini dan perusahaan keluarga kami. Bukan hanya itu, aku selalu diperlakukan dengan kasar dan tidak wajar setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Blam!
Pintu kamar tertutup rapat dengan kencang dan menyisahkan aku dengan bayangan diriku yang tak pernah meninggalkan nya.
Aku memeluk diriku sendiri dengan kedua tangan yang aku miliki. Kadang aku selalu bertanya. Kenapa takdir begitu kejam mempermainkan hidup ku?. Apa yang Tuhan inginkan dalam hidupku?. Aku masih tidak tau takdir ini akan membawaku kemana. Kadang aku juga berharap pada Tuhan agar ia membawa ku bersama mereka saat itu atau setelahnya aku bisa menyusul mereka. Tapi nyatanya Tuhan membiarkan aku hidup dan menjalani semua takdir yang dia berikan.
Sebenarnya aku pernah merasa tidak mampu menjalani semua ini dan ingin menyerah akan hidup. Namun aku selalu teringat akan apa yang mommy dan kakak ku selalu katakan padaku. Kalau hidup ini adalah anugrah dan aku harus selalu mensyukuri nya terlepas dari apapun takdir yang akan kau jalani nanti.
Lova menatap jam dinding yang tergantung di sisi kanan ranjang nya. Tidak terasa kalau hari ini sudah sore dan itu tandanya dia harus segera pergi. Lova mencoba berdiri dan mengabaikan semua rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya. Perlahan kaki nya mulai melangkah kearah lemari tempat dimana pakaian nya disimpan. Setelah perkataan Aiden pagi tadi bahwa kami sepakat-..maksudku dia memaksa ku untuk sepakat dengan kontrak yang mengharuskan aku tinggal di mansion nya.
Mulai malam ini aku akan pindah ke mansion pria itu dan besok pagi aku akan memulai pekerjaanku sebagai chef di mansion nya. Setidaknya aku bisa menghindari bibi ku sementara waktu dan aku bisa beristirahat dengan tenang setelah pekerjaan ku tanpa harus membersihkan rumah dan memasak kembali di rumah ini. Mungkin suatu hari nanti aku akan berhenti dari pekerjaan ini setelah tabungan ku cukup lalu mengambil semua yang keluarga bibi ku rampas.
Aku sedikit meringis ketika melihat penampilan ku di kaca. Seorang wanita dengan rambut acak-acakan serta luka lebam di pipi dan luka robek di sudut bibir. Sangat menyedihkan. Perlahan aku mulai mengaplikasikan make up di wajahku. Bagaimana pun juga aku harus terlihat rapi dan baik di hadapan atasannya nanti.
____________
To be continuous