Hallo semuanya!
Jangan lupa vote,share,coment,tulis ulasan dan dukung terus cerita ini dan karya aku lainnya nanti.
Happy reading!
________________
"Miss Jovanka Lovata. Silahkan presentasikan hasil masakan anda."
Aku menarik napasku dalam-dalam saat tiga pasang mata menatapku dengan tajam dan serius. Aku tatap satu per satu orang yang akan menilai hasil masakanku saat ini. Orang pertama yang aku tatap adalah seorang kepala koki restaurant ini. Oh oke aku bertambah gugup saat ini. Lalu dengan gerakan perlahan aku mengalihkan tatapan ku pada seorang wanita yang duduk di sebelahnya. Pasti dia Mrs. Abhivandya-but wait?!. Jadi selama ini aku tidak sadar kalau dia orang asia?!. Oh god.. Aku kemana saja selama ini. Rutuknya dalam hati.
Dan terakhir tatapan ku terhenti pada sepasang mata tajam berwarna biru gelap. Damn! Aku seperti terhipnotis dalam kilatan yang seolah-olah muncul dari matanya. Aku mengalihkan tatapanku kearah seluruh wajahnya. Apa dia pemilik restaurant ini?!. For the god's sake! Dia seorang pria muda dengan paras yang sangat tampan!. Aku kira pemilik restaurant ini adalah pria tua yang kepalanya hampir botak tapi ternyata dugaanku selama ini adalah salah.
"Sudah selesai menilai wajah ku?" Tanya pria itu dengan dingin.
Aku tersentak mendengar suara barinton yang langsung menusuk indra pendengaranku dengan sangat tajam.
"I'm sorry sir." Jawab Lova pelan dan gugup.
Aku menundukkan kepala ku sebagai bentuk permintaan maaf dan langsung menghidangkan makanan pertama yang akan aku presentasikan. Aku datang kesini tidak untuk mencari masalah maka dari itu aku menekan harga diri ku untuk meminta maaf. Bukannya orang lemah dan miskin seperti ku harus selalu mengalah?. Bukan karena tidak ingin berjuang tapi karena orang lemah sepertiku tidak punya pilihan untuk memilih.
Aku meletak satu per satu piring makanan di masing-masing hadapan mereka. Aku sempat menatap mereka sebentar sebelum mulai bicara.
"Hidangan pertama yang aku sajikan ini adalah chicken corn soup with egg white and mushrooms." Ucap Lova sambil menatap semua penguji yang akan menilai masakannya.
Aku memberanikan diri menatap mereka satu per satu dan mata tajam itu kembali bertemu dengan mata ku. Dengan cepat aku langsung mengalihkan arah tatapanku kearah bawah dan sempat aku lihat dia menarik salah satu sudut bibirnya keatas atau bisa dibilang menyeringai. What?!. Untuk apa dia melakukan itu?!.
"Hmm.. Masakan mu sangat enak!." Ucap seorang wanita cantik yang duduk ditengah.
Aku mengangkat kepalaku lalu menatap Mrs. Abhivandya dengan tatapan senang dan lega. Syukurlah masakanku bisa di terima lidahnya. Batinku lega. Dari tadi yang aku pikirkan hanyalah semoga makanan yang aku masak tidak di muntahkan oleh mereka.
"Thank's Mrs. Abhivandya." Ucap Lova penuh semangat.
Kulihat dia menghabiskan semua makanan nya dan tanpa sadar aku malah mengembangkan senyumanku. Aku melirik kearah pria dingin itu lagi dan kulihat dia masih menatap ku dengan intens. Langsung aku alihkan kembali tatapanku kearah piring bersih yang ada di hadapan Mrs. Abhivandya. Kenapa mataku selalu gatal ingin menatapnya sih?!.
"Hidangan kedua adalah grilled ribs and capcay with oyster sauce." Ucap Lova dengan percaya diri.
Aku meletakkan satu persatu piring hidangan ke hadapan mereka dan mereka langsung menyantapnya dengan lahap. Lagi-lagi aku bisa bernapas dengan lega.
"Apa kau orang Indonesia?." Tanya wanita itu dengan penasaran.
Aku menatap Mrs. Abhivandya yang memasang ekspresi terkejutnya. Aku terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan nya.
"Ibuku orang Indonesia." Ucap Lova pelan dan wanita itu langsung menatap Lova dengan tatapan terkejut.
Apa ada yang salah ya?. Apa orang keturunan Indonesia tidak boleh mengikuti tes ini?. Lova mengerutkan keningnya bingung dan terlihat jelas raut kepanikan di wajahnya.
"Oh my lord! Aku juga orang Indonesia!."Ucap wanita itu bersemangat.
Aku menatap nya dengan tatapan tak kalah terkejutnya dari wanita itu. Aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengan seseorang yang berasal dari negara yang sama dengan diriku. Sangat mengejutkan bukan?.
"Senang bertemu dengan anda." Aku membungkukkan punggungku kearahnya dan kulihat dia tersenyum senang.
"Siapa nama panggilan mu?" Tanya wanita itu lagi.
"Lova." Jawab Lova pelan dan sopan.
"Ohhh.. Lova aku senang sekali bertemu dengan orang yang berasal dari negara yang sama denganku." Aku hanya tersenyum menanggapi pernyataan nya.
"Oh ya!.. ini anakku." Ucap wanita itu namun kali ini lebih terkesan sedikit heboh.
Aku mengikuti arah tangan nya yang kini bertengger di pundak laki-laki yang duduk di sebelah nya dengan santai. Aku langsung membulatkan mataku dengan sempurna. Pria menyebalkan itu ternyata anaknya!.
Oh God!! Kenapa semuanya tidak ada yang aku ketahui?!. Sebenarnya selama ini aku tinggal di kota metropolitan atau didalam gua tempat orang bertapa? For the god's sake. I'm really outdated!. Rutuk nya dalam hati.
"Namanya Aiden William Abhivandya." Ucap wanita itu dengan bangga.
"Senang bertemu dengan anda sir. Nama saya-." Aku membungkukkan punggung ku sebagai bentuk hormat.
"Jovanka Lovata." Ucap pria itu tiba-tiba.
Aku mengangkat punggung dan kepalaku untuk menatapnya saat suara berat itu menyebutkan namanya. Dan saat itu aku hanya bisa tersenyum kikuk lalu menganggukkan kepala ku pelan saat tatapan kami bertemu.
"Lova." Suara berat penuh intimidasi miliknya kembali menusuk telinga ku.
"Ye-Yes sir." Ucap Lova gugup.
Aku sedikit gugup ketika ia memanggil nama ku dengan tegas dan tanpa sadar aku malah menahan napasku menunggu kelanjutan kata-katanya. Tapi dia malah terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu. Dan aku menaikkan kedua alis ku keatas dan malah merasa penasaran dengan apa yang akan di katakan.
"Masakanmu enak." Ucap pria itu singkat.
Aku menghembuskan napas ku lega. Aku pikir aku akan pingsan karena kehabisan napas. Pria ini benar-benar sangat berbahaya. Mendengar dia berbicara saja sudah membuat jantung berdebar kencang apalagi kalau pria ini melakukan hal yang lebih dari itu.
"Terima kasih sir!." Ucap Lova dengan wajah berseri.
Aku senang sekali mendengar sepatah kata singkat yang keluar dari mulutnya yang dari tadi tertutup rapat dan hanya terbuka jika sendok yang penuh makanan akan masuk ke dalam mulutnya. Dan kini dia kembali memasang wajah datar nya.
"Aih.. Anak ini apa harus berekspresi seperti itu? Semakin lama dia semakin sangat mirip dengan Daddy nya." Ucap Mrs. Abhivandya dengan bahasa Indonesia yang lancar. Dan tanpa sadar aku malah terkikik pelan disambung dengan suara tawa Mrs. Abhivandya.
"Don't use Indonesian language in front of me, mom." Ucap pria itu kesal.
Aku mendengar pria itu menggeram kesal dengan wajah yang terlihat seperti merajuk? Eh really?. Tapi dia terlihat imut sekali-em maksud ku terlihat err... menyeramkan.
"Oke honey.. Don't be mad." Ucap wanita itu sambil tersenyum geli.
Aku menatap interaksi antara ibu dan anak itu. Sangat hangat dan penuh kasih sayang. Lagi-lagi aku merindukan mommy-ku. Ah.. Aku harus segera menyelesaikan tes ini. Pikir Lova setelahnya.
"Excuse me... May i serving the last meal?." Tanya Lova pelan.
"Of course dear." Ucap Mrs. Abhivandya dan aku segera menyingkirkan semua piring kosong lalu meletakkan hidang penutup.
"Hidangan terakhir adalah klepon." Ucap Lova setelah selesai meletakkan semua piring.
"Klepon?." Ucap Aiden sambil mengangkat sebelah alisnya keatas. Oh ya.. pasti dia aneh dengan namanya.
"Yes sir. Hidangan ini terbuat dari singkong pilihan yang di dalamnya terdapat lelehan gula merah yang di datangkan langsung dari Indonesia." Ucap Lova menjelaskan.
Aku tatap klepon yang ada di tangannya yang bergerak perlahan menuju bibir tipis warna pink alami miliknya. Aku menelan ludah ku dengan susah payah. Melihat nya memakan klepon itu seperti melihat iklan di tv!. Sangat menggoda! Siapapun yang melihatnya ingin memilikinya-eh maksudku ingin makan juga.
"Sepertinya akan ada sesuatu hal besar yang akan terjadi." Gumam Mrs. Abhivandya sambil tersenyum misterius.
Aku menatap Mrs. Abhivandya yang kini cekikikan melihat ekspresiku dan Aiden yang kini menatap mommy nya bingung.
________
"Miss Jovanka Lovata."
Aku mendongakkan kepala ku keatas menatap seorang pria yang menjulang tinggi di hadapanku. Apa giliranku sudah tiba? Tapi dari tadi hanya aku yang ada di lorong ini.
"Silahkan masuk ke dalam ruangan."
Aku langsung berdiri dan mengikuti pria itu dari belakang. Begitu sampai di depan pintu besar yang tertutup rapat aku dengan sabar menunggu dibelakang pria itu. Setelah dia membukakan pintu untukku, aku langsung mengucapkan terima kasih padanya.
Begitu masuk ke dalam ruangan itu. Aku langsung di suguhkan pemandangan classic mewah yang sangat kental di ruangan ini. Aku yakin ini adalah ruangan milik sir Aiden. Karena di pintu itu terpampang jelas jabatan pemilik ruangan ini-ralat pemilik bangunan ini.
"Kau sudah tiba." Ucap Aiden saat melihat kedatangan Lova didalam ruangannya.
Aku tersentak setelah mendengar suara berat yang lagi-lagi menusuk indra pendengaranku. Kenapa sih suaranya tajam banget?. Ucap Lova dalam hati.
"Y-Yes sir." Jawab Lova terbata-bata.
kenapa aku selalu merasa gugup bila di hadapannya?. Ini benar-benar aneh. Sangat aneh.
"Aku akan langsung menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan." Ucap pria itu lagi sambil menatap Lova dengan tatapan tajam.
Wow! Dia adalah orang yang to the point ternyata. Tipe-tipe penguasa dan dominan. Dan aku sangat tidak suka tipe orang seperti ini.
"Kau diterima bekerja sebagai chef-." Ucap Aiden dengan angkuh.
Mataku langsung berbinar dan senyumanku langsung merekah. Aku melompat kegirangan. Oke maafkan tingkahku yang seperti itu tapi aku tidak bisa menahan kegembiraan yang aku rasakan saat itu.
"Terima kasih sir!." Ucap Lova dengan bersemangat.
Aku menjabat tangan nya dengan sangat senang lalu langsung melepasnya lagi. Dan Aiden hanya tertegun menatap Lova dengan tatapan terkejut yang kentara.
"Aku belum menyelesaikan kalimat ku." Ucap Aiden dengan nada kesal.
Aku mencoba kembali tenang menahan semua ledakan bahagia di perut ku. Aku terlalu bersemangat atau terlalu berlebihan?. Aku rasa keduanya.
"Maafkan aku sir telah memotong kalimat mu dengan tidak sopan." Ucap Lova dengan pelan.
Aku menggigit bibir bawahku lalu aku mencoba menatap pria itu sambil berusaha menormalkan napasku yang tidak teratur.
"Kau akan menjadi chef di mansion ku." Ucap Aiden sambil menunjukkan smirk nya yang terlihat menyeramkan.
Kali ini aku kembali tidak bisa menahan keterkejutanku. Apa aku tidak salah dengar?. Bagaimana bisa-maksud ku, aku kan melamar untuk bekerja di restaurant nya bukan di rumah pribadi pemiliknya.
"Apa?!."
__________
To be continuous