Chereads / The Secret Of My Dream - tahap revisi / Chapter 39 - Cara Menyelamatkannya

Chapter 39 - Cara Menyelamatkannya

"Ahhh... Semua tidak ada artinya. Buku-buku ini tidak membantu!" Ayah Nain menyerakkan semua buku di atas mejanya. Kepalanya terasa pusing setelah berhari-hari membaca semua buku kuno itu.

"Tuan, sebuah keajaiban bisa melihat anda kembali." tiba-tiba suara lembut yang terdengar membuat ayah Nain menoleh ke arah sumber suara itu.

"Putri Arsyi?" Ayah Nain kemudian lekas berdiri dan menunduk sebentar.

Arsyi melangkah mendekat kemudian duduk di sebelah Ayah Nain dan mempersilahkan pria paruh baya itu duduk kembali di kursinya.

"Duduklah. Aku harus berbicara denganmu."

Pria paruh baya itu kemudian duduk dan menatap Arsyi dengan hormat. Arsyi kemudian menatap dua pengawal Vaqsyi yang tengah memperhatikan ayah Nain. "Ada yang mengikutimu. Sepertinya dia utusan Raja Ghaur saat ini."

Ayah Nain membulatkan matanya karena terkejut, karena ia tidak tahu ada yang mengikutinya. "Benarkah?"

Arsyi kembali menatap pria paruh baya ini, "Kau sudah tidak bisa melihatnya?" tanya Arsyi penasaran, yang ia tahu bahwa ayah Nain bisa melihat makhluk halus saat ibu Nain masih hidup.

"Iya, aku kehilangan kelebihan itu. Sejak istriku meninggal." jelas ayah Nain.

Arsyi kembali menatap pengawal Vaqsyi, "Sebaiknya kita pergi dari sini. Agar tidak ada yang menguping."

Pria paruh baya itu mengiyakan saran Arsyi dan bernapas lega, "Syukurlah. Aku belum menemukan apapun."

Arsyi kemudian berdiri dan menggenggam tangan pria paruh baya di depannya dan melakukan teleportasi. Seketika mereka menghilang. Pengawal itu terkejut melihat mereka menghilang tiba-tiba.

"Si*l!! Putri Issy itu ikut campur!" salah satu pengawal Vaqsyi mengumpat kesal. Kemudian dia melakukan teleportasi untuk mencari keberadaan mereka.

Arsyi membawa ayah Nain ke belakang sekolah, tempat kediamannya saat ini. "Di sini lebih aman. Aku membuat daerah kekuasaan di sini."

Ayah Nain mengangguk. "Sepertinya anda masih mengawasi putriku," kata ayah Nain memastikan pikirannya.

"Benar. Karena dia akan menjadi Ratu bangsa Issy nantinya."

"Ra-ratu?" ayah Nain terkejut. Meskipun Nain memiliki darah keturunan Jin Issy, tapi bagaimana mungkin anaknya di angkat sebagai Ratu? Sementara ibu Nain hanyalah dayang di istana Raja saat itu.

"Benar. Raja telah memutuskannya, tapi.." Arsyi seketika menghentikan ucapannya dan berpikir, "(Sebaiknya aku tidak menjelaskannya dulu.)"

"Tapi?"

"Bukan apa-apa. Sebaiknya kita membahas masalah sekarang. Jin yang menyelamatkan anda adalah calon Raja kami. Dia mempertaruhkan nyawanya demi putrimu,"

"Maafkan aku, aku tidak mengetahuinya sebelumnya."

"Kita harus menyelamatkannya. Saat ini bangsa Issy tidak memiliki Raja. Jika membiarkannya, bangsa issy akan musnah."

"Bagaimana caranya? Aku sudah mencoba mencaritahunya selama berhari-hari. Tidak ada solusi. Hal ini sudah pernah terjadi di masa lalu, tapi akhirnya yang mengorbankan nyawanya mati."

Arsyi tersenyum. "Kau melupakan sesuatu,"

Ayah Nain menatap penasaran. Melupakan sesuatu? Apakah itu?

*TheSecretOfMyDream*

Zei masih memeluk Nain, kemudian melepasnya dan menatap Nain dalam, "Apa kau benar-benar yakin akan perasaanmu, apa kau benar-benar mencintainya? Aku perlu memastikannya sekali lagi."

Nain mengangguk kecil. Mengiyakan pertanyaan Zei cukup yakin.

"Apa kau merindukannya?" tanya Zei lagi. Melontarkan pertanyaan itu membuatnya berusaha tegar meskipun akan mendengar jawaban yang menyakitkan baginya.

Nain lagi-lagi mengangguk seraya meneteskan air matanya. Hatinya semakin yakin dengan semua yang Zei katakan.

"Aku benar-benar tidak tahan. Aku-aku tidak bisa melepaskanmu." Zei semakin terisak dalam tangisnya dan menundukkan kepalanya dalam.

"Zei?" Nain berkata lirih. Nain mengerti, jika Zei benar-benar mencintainya. Sebelumnya Nainpun menyukai Zei sekaligus menganggapnya sebagai saudara, tidak di sangka ternyata perasaan menganggap Zei seperti saudara lebih besar dari pada rasa cintanya. Dan kedatangan Fiyyin membuat hatinya yakin, lebih membutuhkan dan ingin melihatnya terus di sisinya adalah rasa cinta.

Zei masih merasakan sesak di dadanya. Menatap Nain lagi lebih dalam dan meraih kepala Nain mendekat dan menciumnya sebentar. Hanya beberapa detik, kemudian melepasnya perlahan, "Maafkan aku, Nai. Aku tidak bisa menghilangkan perasaan cinta ini."

Nain menganggukkan kepalanya. "Maafkan aku menyakiti perasaanmu, Zei."

Zei tersenyum lirih dan kembali menangkup tubuh Nain dalam pelukannya. "Tetaplah disisiku meskipun persaanmu untuk oranglain. Aku hanya memilikimu saat ini." Zei lagi-lagi meneteskan air matanya dan mempererat pelukannya dan meletakkan tangannya di belakang kepala Nain, berharap mendapatkan ketenangan. Nain menggaggukkan kepalanya dan membalas pelukan Zei.

Setelah beberapa saat, Putri Arsyi datang bersama ayah Nain dengan teleportasi. Mereka sampai tepat di dekat Nain dan Zei berada.

"Anakku?" panggil ayah Nain dengan lembut.

Nain menoleh ke arah sumber suara itu.

Zei ikut menoleh dan melepas pelukannya. Nain kemudian berdiri dan menghampiri ayahnya dengan tersenyum, "Apakah semua baik-baik saja? Kenapa lama sekali perginya? Aku mengkhawatirkanmu." Nain lagi-lagi melepas rindunya dan memeluk ayahnya.

"Semua baik-baik saja." ayahnya mengusap punggung Nain lembut, "Dan... aku menemukan cara untuk menyelamatkannya."

"Benarkah?" Nain melepas pelukannya dan menatap ayahnya dengan gembira.

Ayahnya tersenyum dan mencubit pipi Nain dengan jahil, "Anak nakal. Kau melepaskan pelukanmu hanya kerana orang itu?"

"Tidak, tidak seperti itu ayah." Nain kembali memeluk ayahnya.

Sementara di luar rumah, pengawal Vaqsyi yang tadinya mengikuti ayah Nain, sampai di luar dan menunda niatnya untuk masuk. Agar mendengar apa yang dibicarakan di dalam rumah itu.

"Kami menemukan cara untuk menyelamatkan tuan Fiyyin." kata Arsyi dan membuat Nain menoleh.

"Arsyi?" Nain mengingat kembali saat mereka bertemu dan berkenalan di rumahnya.

Arsyi tersenyum dan menundukkan kepalanya sebentar, "Anda masih mengenaliku?"

Nain mengangguk. "Mungkinkah kau juga?" Nain mencoba memastikan isi pikirannya melihat ia membawa ayahnya dengan teleportasi.

Arsyi tersenyum, "Benar. Aku juga bangsa jin,"

"Sudah perkenalannya. Sebaiknya cepat katakan padanya cara untuk menyelamatkan orang itu. Jika berbahaya, aku tidak akan membiarkannya." celah Zei dan berjalan mendekat.

Nain tersenyum menatap Zei. Sementara Arsyi menatap kesal, "Memangnya kau siapa sehingga bisa melarangnya?"

"Aku?" Zei menunjuk dirinya, "Aku adalah pa-" Zei menghentikan ucapannya saat menatap ayah Nain, dan melanjutkan ucapannya, "Aku adalah penjaganya. Kami sudah seperti saudara. Benarkan, ayah?"

Ayah Nain tersenyum kemudian mengusap kepala Zei, "Terima kasih sudah menjaga Nain selama ini."

Zei tersenyum, "Itu sudah tanggung jawabku. Ayah tidak perlu berterima kasih,"

Ayah Nain tersenyum begitupun Nain. Syukurlah Zei tidak mengatakan mereka pacaran, jika tidak ia akan merasa malu di depan ayahnya karena mengencani Zei yang sudah seperti saudara bagi keluarganya.

"Sebaiknya kita bergegas menyelamatkan tuan Fiyyin. Ia masih bertahan sejauh ini adalah sebuah keajaiban, sementara kita tidak tahu seberapa lama lagi dia akan bertahan."

Nain menoleh dan mengangguk. "Apa yang harus kulakukan untuk menyelamatkannya?"

"Anda harus melakukan apa yang di lakukan seperti sebelumnya. Tapi tidak semudah itu, anda harus memiliki persaan cinta lebih dulu sebelum melakukan itu, jika tidak, anda hanya akan membunuhnya dan semakin menyerap energinya."

Nain masih tak mengerti dengan ucapan Arsyi.

"Ini tidak mudah. Di masa lalu, hal seperti ini pernah terjadi namun akhirnya jin yang mengorbankan nyawanya itu mati karena manusia itu tidak mengembalikan energi yang telah diberikan. Karena manusia itu tidak mampu melakukan pengembalian energi itu, karena itu memang tidak bisa di lakukan manusia biasa."

"La-lalu bagaimana aku akan menyelamatkannya jika akhirnya akan seperti itu?"

Ayah Nain tersenyum dan memegang pundak Nain dengan bermaksud menenangkan, "Kau bukan manusia biasa, anakku. Kau adalah keturunan Jin Issy."

Nain tergelak. "A-ayah? Apa yang kau katakan?"

Sementara Zei yang baru mengetahuinya juga terkejut. Ayah Nain lagi-lagi tersenyum, "Jangan pikirkan apapun lagi saat ini. Selamatkan dia dan yakinkan dirimu jika kau bisa menyelamatkannya."

"Ta-tapi aku tidak tahu keberadaannya?"

"Dia ada di kerajaan Jalis. Anda harus kesana dan menemukannya. Saat tiba di sana, bawa dia ke tempat yang tidak bisa di temukan orang lain. Lalu kau bisa mengembalikan energinya seperti saat itu."

"Aku tidak tahu cara menggunakan teleportasi?"

"Fokuskan pikiranmu. Pikirkan jika kau ingin menemuinya dan tempatnya berada saat ini. Setelah itu, kau akan tiba di sana." kata Arsyi meyakinkan dan

"Wahh... Mau kemana? Kau tidak boleh pergi dari sini." sahut pegawal Vaqsyi tiba-tiba setelah memasuki rumah Nain.

Nain dan lainnya menoleh waspada bersamaan.

"S**l! Tidak ada kerjaan lain, ya?"

Pengawal itu tersenyum, "Inilah pekerjaanku. Tidak ada yang lain."

"Menyebalkan!" Arsyi mengumpat. Kemudian kembali menoleh dan menatap Nain. "Anda pergilah! Aku akan mengurus ini."

"Ta-tapi?" Nain ragu meninggalkan keluarganya.

"Aku adalah putri kerjaan Issy. Kekuatanku lebih besar dari makhluk itu, anda tidak perlu khawatir. Aku akan melindungi ayahmu dan pria ini." Arsyi menatap ayah Nain dan Zei.

Zei merasa tersinggung di lindungi seorang wanita dan lekas mencelanya, "Aku bisa melindungi diriku. Kau lindungi saja dirimu."

Arsyi tak menghiraukan Zei dan melanjutkan ucapannya, "Pergilah!" Arsyi menegaskan nada bicaranya.

Nain kemudian menutup matanya dan berusaha memfokuskan pikirannya. Bersamaan dengan itu, sekelabat api merah mengiringi kepergiannya.

Arsyi kemudian tersenyum sinis menatap pengawal Vaqsyi. Pengawal itu menatap kesal, kemudian memanggil anak buahnya yang berada di luar rumah, "Beritakan ini pada, Yang Mulia. Cepat!"