Chereads / The Secret Of My Dream - tahap revisi / Chapter 35 - Karena Aku Mencintaimu

Chapter 35 - Karena Aku Mencintaimu

Beberapa menit berlalu, Fiyyin perlahan melepaskan bibirnya yang menempel, menatap Nain sesaat dan kembali mendekatkan wajahnya, mencium Nain lebih bergairah. Tak berbeda dengan Nain, ia ikut terbawa suasana. Rasa tenang dan damai saat pria di depannya beberapa kali mencoba melindunginya. Fiyyin menjadi memikirkan Nain yang mengharapkannya, entah kenapa, Ia merasa senang sekarang.

Hingga beberapa saat berlalu, Fiyyin perlahan melepaskan bibirnya yang menempel dan mengatur napasnya. Kemudian meraih tubuh Nain dan memeluknya dalam, "Aku akan melindungimu." ucap Fiyyin pelan dan tersenyum bahagia.

"Terima kasih." Nain ikut tersenyum.

"Aku sangat kuat dari jin itu. Jadi, jangan ragu untuk menyelamatkan ayahmu nanti." kata Fiyyin kali ini lebih meyakinkan. Merasa ia sudah mendapatkan energi yang cukup dari gadis ini dan melindunginya nanti.

Nain lagi-lagi mengangguk. Dan membalas pelukan Fiyyin, "Terima kasih. Terima kasih."

Fiyyin mengusap lembut kepala Nain dan mengecup puncak kepalanya. Terlukis jelas senyuman bahagia di wajahnya.

Sementara Galtain yang sedari tadi sudah tiba, memperhatikan pohon besar di dekatnya ini. Berkeliling sebentar memperhatikan pohon di dekatnya. Galtain kemudian menghentikan langkahnya dan bergumam, "Aku sudah membawanya ke sini. Sisanya, kau yang urus."

"Ah! Jangan lupa untuk memberitahu ayahku jika aku sudah melakukan tugasku."

Nain dan Fiyyin berjalan berdampingan ke arah pohon besar, di mana Galtain sudah cukup lama menunggunya. Mereka melirik satu sama lain karena malu. Fiyyin dengan wajah yang masih bersemu membuatnya tak berhenti tersenyum. Nain ikut tersenyum, memikirkan jika pria di sampingnya ini benar-benar akan melindunginya dan akan menyelamatkan ayahnya.

"Hei! Kenapa kalian lama sekali?" seru Galtain saat melihat mereka berdua sampai.

"Apa maksudmu? Kami hanya sebentar, kau saja yang terlalu cepat." jawab Fiyyin tak ingin di salahkan namun berusaha menahan senyumnya bahagianya.

Galtain tertawa tak percaya, "Hahaha... Benar-benar tidak merasa bersalah. Aku sudah menunggumu 10 menit di sini, kau tahu?"

"Ya, ya. Sebaiknya aku mengalah saja." Fiyyin mulai tak menghiraukan Galtain dan menoleh kepada Nain.

"A-apa? Wahhh... Kau benar-benar membuatku yang bersalah di sini." Galtain menatap kesal.

Nain dengan takjub menatap buah-buah di atas kepalanya ini, bola matanya yang bening tak henti menatap sekitarnya. Tangannya perlahan mulai terjulur ke atas, mencoba meraih buah di atasnya.

"Hei! Hentikan!" Fiyyin segera menepis tangan Nain sebelum berhasil menyentuh buah di atasnya.

"Jangan menyentuhnya, atau kau akan membangunkan makhluk menyeramkan itu."

"Hah! Benarkah?" Nain sangat terkejut, hampir saja ia membuat semuanya menjadi sangat kacau. Nain mencoba mengatur napasnya dan menyesali perbuatannya, "Aku lupa jika ini milik jin menyeramkan itu. Ini benar-benar terlihat asli dan indah. Maafkan aku,"

"Berhati-hatilah,"

Nain mengangguk. Kemudian kembali memfokuskan perhatiannya. "Ayah? Aku melihatnya kemari namun saat sampai di sini, ia menghilang begitu saja."

Fiyyin ikut memperhatikan buah yang bergantung di atasnya, berpikir sejenak dan memejamkan matanya sebentar. "Buah-buah ini adalah jiwa manusia yang dikurung. Jika benar, ayahmu ada di salah satu buah ini. Kau harus membebaskannya."

"Tapi, saat kau memetik salah satu buah itu, makhluk menyeramkan itu akan langsung keluar dan menyerang kita. Kau harus bisa memilihnya dengan benar, hanya satu kali. Pilihlah dengan benar. Setelah itu, aku akan langsung melawan makhluk itu saat ia keluar."

Nain membalas mengangguk dan berjalan perlahan sambil memperhatikan satu-persatu buah-buah di atasnya.

"Apa kau gila? Bagaimana kau bisa menyuruhnya melakukan hal itu?"

"Aku bisa melawan makhluk itu. Percayalah."

"Apa yang membuatmu yakin? Kau tahu sendiri. Makhluk itu sangat kuat. Dia banyak mengambil energi manusia."

Fiyyin tersenyum dan menatap Nain, "Kita para petinggi hanya membutuhkan satu manusia untuk mendapatkan energi yang kuat. Aku sudah mendapatkannya." Fiyyin semakin mengembangkan senyumnya.

Galtain melihat arah tatapan Fiyyin dan terkejut. "Kau- mendapatkannya?"

"Hmmm.." Fiyyin mengangguk sambil tersenyum.

"Kapan? Kenapa aku tidak mengetahuinya?" Galtain semakin terkejut dan penasaran. Jika benar Fiyyin sudah mendapatkan energi dari Nain, maka semua rencananya untuk membawa Fiyyin pergi dari sini dan meninggalkankan Nain akan gagal.

"Itu, baru saja terjadi."

"A-apa?" Galtain terkejut dan membulatkan matanya. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui saat itu terjadi.

Fiyyin melebarkan senyumnya. Nain mulai memfokuskan pandangannya pada satu buah sambil bergumam, "Ayah, maafkan aku telah membencimu selama ini. Ini salahku, seharusnya aku tidak melakukan ini padamu. Maafkan aku ayah. Maafkan aku. Kumohon, kembalilah. Kembalilah bersamaku." Nain mencoba meyakinkan dirinya. Bersamaan dengan itu, ia mulai menyentuh 1 buah pilihannya. Langit seketika menjadi sangat gelap. Membuat suasana berubah menjadi sangat menyeramkan dan dingin. Fiyyin tersenyum saat merasakan Aura kuat mulai bangun.

"Sebentar lagi," Fiyyin menyunggingkan senyumnya.

Nain perlahan menarik buah itu seraya memejamkan mata karena takut akan pilihannya, air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Berharap jika buah yang di pilihnya benar-benar berisikan ayahnya. Hanya ada 1 kesempatan.

Akhirnya Nain berhasil memetik buah itu. Buah itu lepas dari tangannya dan membentuk cahaya kunang-kunang. Nain membuka matanya perlahan dan mendapati jiwa ayahnya tengah berdiri di depannya, menatapnya lembut. Nain menghela napasnya, bahagia.

"Ayah?" Nain menangis. Ayahnya tersenyum. Nain semakin tak bisa menahan tangisnya dan berkata pelan, "Maafkan aku. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Terima kasih telah menyelamatkanku." jawab ayahnya. Perlahan jiwa itu semakin samar dan menghilang. Nain semakin menangis menjadi. Saat ini, pikirannya ingin segera menemui ayahnya saat pulang nanti.

Sementara Fiyyin berlari ke arah Nain. Dan mendorong Nain bersama dirinya terjatuh ke tanah karena makhluk menyeramkan itu tiba-tiba melemparkan buah senjatanya ke arah Nain.

"Kau baik-bak saja?" tanya Fiyyin setelah berhasil menyelamatkan Nain. Nain menatap lirih dan melihat tangannya berlumuran darah yang berasal dari punggung pria di ataanya.

"Kau, terluka?"

"Uhukk!" Fiyyin seketika terbatuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"A-apa kau baik-baik saja?" Nain semakin khawatir.

Fiyyin perlahan berdiri dan menghela napasnya, "Aku baik-baik saja. Ini baru permulaan. Menjauhlan. Aku akan melindungimu." Fiyyin kemudian berbalik menatap makhluk di belakangnya dan tersenyum. "Ayo kita mulai!"

Dalam satu gerakan tangan, Fiyyin mulai mengeluarkan bola api biru di tangan kanannya, "Bersiaplah," Fiyyin kemudian meleparkan bola api itu ke arah musuhnya dengan cepat.

"Tidak cukup kuat." jawab makhluk itu, suaranya terdengar berat dan menyeramkan.

"Si*l!" Fiyyin lagi-lagi menyerang dengan bola apinya.

"Hahaha... Kau benar-benar lemah." Makhluk itu tertawa. Kemudian membalas menyerang.

Fiyyin berusaha menghindar dan balik tersenyum remeh, "Hanya segitu kemampuanmu?"

Makhluk itu mulai mengumpulkan kekuatannya. Fiyyin melakukan hal yang sama. Secara bersamaan, mereka menembakkan kekuatan itu. Dengan sekuat tenaga Fiyyin mengerahkan kekuatannya. Ia yakin, dia akan menang setelah mendapatkan cukup energi.

Galtain yang menyaksikannya heran, "Apakah benar, Fiyyin berhasil mendapatkan energi itu?" Galtain kemudian menatap Nain yang terlihat cemas, kemudian berteleportasi mendekati Nain, "Kau? Apa kau memberikan energimu padanya?" tanya Galtain tiba-tiba.

Nain terkejut sesaat melihat Galtain tiba-tiba sudah ada saja di sampingnya. "A-apa maksudmu?"

"Apa kau berciuman dengannya?"

Nain menatap tak percaya dengan ucapan Galtain di saat situasi seperti ini. "Apa yang kau pikirkan?"

Galtain tersenyum tak percaya. "Ternyata benar, kalian melakukannya."

"Menyebalkan! Kenapa kau membahas hal seperti ini di saat situasi sedang buruk? Benar kami melakukannya, tapi itu sudah berlalu. Karena dia adalah pelindungku." jawab Nain menatap Galtain kesal.

"Pelindung? Itu artinya, kau tidak mencintainya?" Galtain sangat terkejut mendengar ucapan Nain.

"Benar,"

"Hah!" Galtain menghela napasnya, "Itu artinya, Fiyyin bisa mati." Galtain beralih menatap Fiyyin.

Nain menoleh terkejut, "A-apa maksudmu? Dia sangat kuat."

"Hah! Saat ini dia sangat lemah, dia pikir, kau mencintainya. Dengan begitu dia menciummu dan mendapatkan energi darimu."

Seketika badan Nain lemas dan terduduk di tanah. Nain mencoba mengatur napasnya karena terkejut. "Apa aku membahayakan nyawanya?"

"Aku akan segera membantunya. Aku tidak bisa membiarkannya mati." Galtain segera berteleportasi dan berdiri di samping Fiyyin, mengeluarkan kekuatannya dan melawan makhluk itu.

"Kita tidak akan bisa menang melawannya. Saat ini kita benar-benar lemah." kata Galtai menatap Fiyyin

"Apa maksudmu? Aku sudah mendapatkan-" ucapan Fiyyin terpotong karena Galtain menyanggahnya cepat.

"Dia tidak mencintaimu. Untuk mendapatkan energi dengan bertukar air liur dan napas, manusia itu harus mencintaimu. Karena itu tidak mudah mendapatkannya dan makhluk ini menggunakan cara kotor untuk mendapatkannya."

"Hah!" Fiyyin menghembuskan napasnya tak percaya dan tertawa pelan. Perlahan menurunkan tangannya dengan tubuhnya yang lemas.

"Apa yang kau lakukan? Aku tidak kuat melawannya sendiri."

Fiyyin mulai meneteskan air matanya dan menatap Nain dari jauh dengan lirih. "(Ini salahku. Tanpa memastikan perasaannya lebih dulu, aku dengan percaya diri segera melakukannya. Aku tidak memikirkan hal itu lagi. Aku ingin memenuhi keinginannya, melindunginya, melihatnya tetap hidup bahagia dan melindunginya dengan nyawaku. Mungkinkah, karena aku mencintainya?)" tatapan Fiyyin semakin dalam saat menyadari perasaannya.

"Hei! Cepat bantu aku! Aku sudah tidak kuat lagi!" Galtain mulai mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"Kita harus melempar kekuatan ini ke arah lain. Kemudian aku akan membawamu pergi! Melihatmu seperti ini, kau sudah tidak sanggup untuk berteleportasi." kata Galtain lagi.

"Aku, tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa meninggalkannya."

"A-pa kau gila? Kau ingin mati ya?!"

Fiyyin menghela napas sambil tersenyum, "Benar. Aku sudah gi*a. Aku ingin melindunginya."

"Bo**h!"

Fiyyin kemudian mengumpulkan seluruh kekuatannya hingga tercipta api hitam dari neraka. Galtain yang melihatnya sangat terkejut, api hitam itu bisa menguras seluruh energi dan mematikan. "Apa yang kau lakukan? Menggunakan api hitam akan membuatmu kehabisan energi dan mati."

Fiyyin tak menghiraukan ucapan Galtain dan semakin memperbesar api hitam yang di ciptakannya. Detik berikutnya, Fiyyin menembakkan api hitam itu dan menyerang makhluk mengerikan di depannya. Bersama dengan itu, Fiyyin terus menyemburkan darah segar namun ia berusaha menhan tubuhnya. Sangat menyakitkan, Fiyyin semakin banyak mengeluarkan darah dari mulutnya. Tak cukup lama, makhluk itu akhirnya hancur dan terjatuh ke tanah. Kemudian menghilang bersama pohon yang di ciptakan nya.

Seketika langit menjadi cerah, dan jiwa-jiwa yang terkurung berterbangan bagaikan kunang-kunang. Nain yang menyaksikan itu segera berlari menghampiri Fiyyin yang hampir membentur tanah. Nain meneteskan air mata penyesalan. Sementara Fiyyin tak henti-hentinya terbatuk dan menyemburkan darah segar. Fiyyin kemudian mengusap pipi Nain dengan lumuran darah di tangannya.

"Aku baru menyadarinya. Aku mencintaimu,"

Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Fiyyin lagi-lagi tersenyum lembut. "Kuharap kau tidak menyesalinya. Kau akan memiliki kekuatanku. Dengan itu, kau bisa melawan sumua orang yang berusaha mencelakaimu. Gunakanlah sebaik mungkin, kekuatan itu sangat kuat. Aku mencintaimu." seketika tangan Fiyyin melemah dan jatuh ke tanah. Matanya menutup lemas dan napasnya semakin pelan.

Hati Nain semakin terasa sakit seperti terlilit dan memeluk tubuh Fiyyin dalam. Menyesali semua yang telah terjadi. "Seharusnya aku mendengarkanmu." Nain bergumam pelan dan terisak dalam tangisnya.