"Suara apa itu?!" Galtain terbangun mendengar suara barang-barang di lantai bawah.
Brukkk!! Brukkk!! Suara barang yang terus saja berjatuhan. Galtain turun untuk memastikan. Saat sampai, ia di kejutkan dengan seragam kerajaan yang sangat ia kenali, pengawal Vaqsyi.
"Apa yang kau lakukan di rumah ini?!" teriak Galtain kepada pengawal itu.
Pengawal menyunggingkan senyumnya saat melihat Galtain, "Ah, Pangeran Jalis. Lama tidak bertemu." kata pengawal menyindir, mengingat Galtain dulu sering bermain bersama Vaqsyi saat kecil di istana Ghaur.
"Cih! Kau memiliki nyali yang cukup besar untuk menyapaku." Galtain terkekeh. Kemudian melesat mencekik leher Pengawal Vaqsyi hingga pengawal itu kesulitan bernapas.
"Bagaimana? Apakah kau masih memiliki nyali besar? Tidak ada masalah bukan membunuh jin di dunia manusia,"
"Akhhhhkkh!! Kau ti-dak a-kan bisa mem-bu-nuhku." kata pengawal terbata-bata. Galtain menyunggingkan senyumnya dan memperkuat cekikannya.
"Akhhh!! A-ku mem-bawa beri-ta pen-ting,"
Galtain menelengkan kepalanya, kemudian melepas tangannya kasar. "Benarkah?Katakan!"
"Uhukkk!! Uhukkk!! Thawab tuan Fiyyin akan di hukum mati," kata Pengawal masih berusaha mengatur napasnya.
"Kau berbohong!"
Pengawal tersenyum, "Dia sudah di jemur di atas gerbang istana, jika tuan Fiyyin tidak segera ke sana, maka thawabnya akan mati."
"Kau akan mati jika kau berbohong!" Galtain meraih kerah baju pengawal dengan satu tangan.
"Terserah anda akan percaya atau tidak. Pergilah dan pastikan sendiri."
"Si*l!" Galtain berdecak kesal. "Fiyyin harus mengetahui ini." Galtain kemudian melesat keluar sambil mencari keberadaan Fiyyin.
"Pergilah, karena aku akan dengan mudah membunuh manusia itu." gumam Pengawal bersama senyum sinisnya.
*TheSecretOfMyDream*
Fiyyin dengan wajah murungnya berdiri menyender, menatap sebal pada ke dua manusia yang asik berduaan di depannya ini.
"Membosankan!"
Sementara Zei sesekali tersenyum melihat Fiyyin, "(Rasakan! Bahkan di luarpun kau masih mengikuti wanitaku. Aku akan membuatmu menderita sepanjang hari ini.)"
"Nai? Ayo pesan makanan." kata Zei sambil tersenyum.
Nain mengangguk, "Aku ingin lihat menunya?" saat membuka menu, seketika Nain terkejut dan menutup kembali menunya, "Zei? Apa kita tidak pindah saja? Di sini sangat mahal."
"Sesekali tidak apa kan, Nai? Aku masih memiliki uang saku."
"Lalu bagaimana dengan pendapatan setelahnya? Bukankah Coffe Shop akan di serahkan pada Ran seluruhnya?"
"Aku sedang menginfestasikan modalku di bank. Kau tidak perlu khawatir, Nai." Zei mengusap puncak kepala Nain. "Aku akan memesan."
Nain mengangguk kecil, "Baiklah. Aku akan ke toilet sebentar." Zei membalas dengan anggukan.
Sementara Galtain masih sibuk mencari keberadaan Fiyyin dengan menaiki atap mobil orang di jalan raya, "Menyusahkan! Jika saja aku tahu tempatnya aku tidak perlu capek-capek seperti ini."
"(Fiyyin!! Hoy!! Kau di mana?! Jawab aku!)" Galtain berteleportasi. Tidak ada jawaban hingga beberapa menit. Dan saat Galtain semakin dekat dengan keberadaan Fiyyin, Fiyyin mulai mendengar teleportasi dari Galtain.
"Ouhh!! Telingaku mulai berdenging. Si*l!" umpat Fiyyin, lalu menjawab Galtain, "(Kecilkan suaramu! Cari mati ya?!)"
"Akhirnya!" Galtain kemudian melompat turun, "(Kau di mana?! Aku ingin mengatakan sesuatu.)"
Fiyyin menyunggingkan senyumnya, Ide bagus untuk mengerjai temannya ini.
"(Tebaklah, sekitarku cukup ramai dengan daging panggang, soda, dan manusia.)" kata Fiyyin.
Galtain manatap bergantian gedung restoran di sekitarnya, ya, hampir semua gedung adalah restoran sehingga membuat Galtain geram.
"(Ya! Jangan bercanda! Aku benar-benar serius.)"
"(Aku akan membunuhmu jika kau terus berteriak. Katakanlah. Jika tidak penting kau akan bertemu kematian secepatnya.)" ancam Fiyyin.
"(Benar-benar hantu ini! Thawabmu yang akan bertemu kematian sebentar lagi)."
Seketika jantung Fiyyin terasa terpompa semakin cepat, "Apa yang kau katakan? Kenapa kau membawa namanya. Si*l! Aku akan membunuhmu." Fiyyin kemudian keluar dari persembunyiannya dan melesat di depan Galtain lalu melingkarkan tangannya di leher Galtain.
"Cari mati, ya?! hah!"
"Apa-apaan ini? Lepaskan!"
"Tidak sampai kau menarik kembali ucapanmu." Fiyyin memperkuat tenaganya.
"Akh!! Aku tidak bercanda, bo*oh!"
Fiyyin perlahan melemaskan tangannya.
"Kau tahu? Thawabmu akhirnya ketahuan oleh kakakmu." jelas Galtain setelah menepis tangan Fiyyin.
Fiyyin masih tak percaya dan terkekeh, "Bercandamu tidak lucu."
"Siapa yang bercanda. Hantu ini! Pengawal Vaqsyi sendiri yang mendatangiku dan mengatakan semuanya."
"Tidak, tidak mungkin." Fiyyin menggeleng tak percaya.
"Tidak banyak waktu. Kakakmu sudah menjemurnya di atas gerbang istana. Dia sudah ketahuan."
"Thawab," Fiyyin bergumam seraya mengingat masa di mana ia selalu bersama dulu layaknya seorang ayah. Membela Fiyyin saat hendak di hukum oleh Raja, mengajaknya bermain, menghiburnya saat sedih, bahkan menggantikan hukumannya saat Fiyyin hendak di cambuk oleh Raja karena Fiyyin membangkang perintah Raja. Momen yang sangat sayang untuk di lupakan oleh Fiyyin, namun selama ini Fiyyin terus membahayakan nyawanya dengan menyuruh tetap tinggal di istana dan mencari informasi tentang Nain.
Fiyyin perlahan berjalan mundur dan lemas, "Tidak, tidak." Fiyyin berbalik badan dan melakukan teleportasi menumui thawabnya, "Aku tidak akan kehilangannya." gumam Fiyyin di tengah perasaan risaunya.
"Aku tahu kau sangat terluka. Terlebih sifat Vaqsyi yang sangat jauh berubah membuatmu terkejut. Kau terlalu banyak di sakiti, Fiyyin. Kau bahkan masih mau menerima Raja Ghaur mengasuhmu sementara dia telah menghancurkan kerajaanmu dulu, ya, karena kau mempercayai Vaqsyi jika ayah kandungmulah yang bersalah." Galtain tanpa sadar meneteskan air matanya, kemudian mengelapnya dengan jemarinya dan lekas menyusul Fiyyin.
"Bo*oh!!" dari kejauhan Pengawal Vaqsyi menyunggingkan senyum sinisnya dan lekas memasuki restoran tempat Fiyyin keluar sebelumnya.
*TheSecretOfMyDream*
"Jangan, jangan, anda tidak boleh ke sini tuan. Tidak boleh, tidak boleh," gumam Thawab tak henti-hentinya sejak tadi, dengan tubuhnya yang lemas di ikat berdiri menghadap matahari langsung yang begitu teriknya dan tangannya yang di ikat ke belakang melingkari kayu besar di belakangnya.
Sementara dari teras kerjaan, Vaqsyi tersenyum menatap thawab Fiyyin dan menunggu hingga kedatangan Fiyyin. Sekitar seribu anak panah telah di siapkan oleh prajurit perang Vaqsyi, untuk membunuh thawab Fiyyin dan siapapun yang mencoba menyelamatkannya.
Fiyyin akhirnya tiba di karangan dekat Kerajaan Ghaur. Terlihat jelas jika thawabnya sangat lemah bersama kawat besar berduri melingkari tubuhnya. Fiyyin tak tahan lagi dan nekad ingin melepaskan thawabnya itu.
"Berhenti! Apa yang kau pikirkan? Lihat para prajurit itu. Mereka bersiap menembakkan anak panah." Galtain yang baru saja sampai menghentikan Fiyyin.
"Aku tidak perduli! Dia sudah sangat menderita, aku tidak tahan lagi." bantah Fiyyin berusaha memberontak.
Galtain geram dan menoyol kepala Fiyyin, "Dinginkan kepalamu bod*h! Kau tidak lihat kepalamu berasap?"
"Lepaskan!"
"Aku akan menyerap energimu jika kau keras kepala seperti ini. Pikirkanlah dirimu, Vaqsyi sudah tidak segan-segan untuk melukaimu dan membunuhmu setelah tahu kau memata-matainya." Galtain menggenggam erat tangan Fiyyin.
"Aku tidak perduli!" Fiyyin menepis tangan Galtain dengan kekuatannya dan berlari mendekati istana.
"Akh!!! Si*l!" umpat Galtain.
"Sebentar lagi." Vaqsyi menyunggingkan senyumnya merasakan aura Fiyyin yang semakin mendekat.
*TheSecretOfMyDream*
Nain menatap dirinya di depan cermin toilet, "Aku tidak tahu, tiba-tiba memikirkannya. Pria misterius itu." Nain kemudian membuang perasaan anehnya, "Tidak! Tidak! Apa yang aku pikirkan? Maafkan aku, Zei. Aku tidak bermaksud memikirkan pria lain, tapi perasaanku tidak enak."
"Ini saatnya, keluarlah." kata Pengawal sambil membuka tutup botol dan keluar seorang Jin wanita dengan meniru wajah Nain. Jin itu menghampiri Zei yang tengah duduk di meja makan menunggu kedatangan Nain.
"Nai? Kau sudah selesai?" sapa Zei saat melihat kehadiran Jin peniru.
"Aku selesai, kekasihku." kata jin peniru itu kemudian duduk dengan anggunnya.
Zei tersenyum malu, "Nai, bukankah terlalu cepat memanggilku kekasih? Seharusnya aku yang mengatakannya padamu lebih dulu. Aku benar-benar lambat."
"Tidak apa-apa, sama saja, kekasihku."
"Nai, aku tidak menyangka sifat polosmu berubah secepat ini. Aku tidak tahu aku harus mengatakan aku menyukainya atau tidak." balas Zei.
"Aku menyukaimu, Zei. Kau sangat tampan." Jin peniru meletakkan tangannya di pipi kanan Zei dan mengusap lembut.
"Aku juga menyukaimu, Nai. Sangat menyukaimu." Zei menggenggam tangan Jin peniru itu.
Semetara Pengawal Vaqsyi mulai melakukan misinya dan masuk ke dalam toilet wanita, "Haloo?" sapa Pengawal Vaqsyi dengan merubah wujudnya seperti manusia.
Nain yang tengah bercermin terkejut melihat bayangan seorang pria di belakangnya, "Apa yang kau lakukan di sini?!"