Chereads / SELIN—DION / Chapter 3 - 2. RASA PENASARAN DION

Chapter 3 - 2. RASA PENASARAN DION

Setelah kejadian di rumah Selin minggu lalu, ia selalu memikirkan tentang permintaan mamanya dan jawaban yang iya berikan. Selin sangat yakin bahwa dia tidak akan bisa membuka hatinya kembali, tapi dia juga tidak mungkin menolak permintaan orang yang sangat ia sayangi terlebih ini memang adalah permintaan pertama mereka padanya.

Kedua orang tuanya memang sering merekomendasikan anak dari beberapa teman mereka, tetapi semua keputusan kembali kepada Selin, kedua orang tuanya tidak memaksanya untuk menerima mereka.

Namun kali ini berbeda. Kali ini, kedua orang tuanya menjadikan perjodohan ini sebagai permintaan pertama dan terakhir mereka, jelas Selin tidak setega itu menolak permintaan kedua orang tuanya yang lebih terdengar seperti permohonan. Ia tidak akan tega menyakiti perasaan dua orang yang sangat amat berarti di dalam hidupnya ini.

Selin kembali berperang dengan dirinya sendiri dan mencoba mempertanyakan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Sanggupkah ia memulai hidup baru? bersama orang yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Mampukah ia menutup kisah kelamnya yang terjadi dimasa lalu, tanpa harus takut jika nanti hal serupa bisa saja terjadi lagi dimasa depan?

Sungguh, Selin sangat takut hanya dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Di satu sisi, Selin tidak ingin kembali terjatuh dan terjerumus pada luka dan sakit hati yang sama jika seandainya Ia benar-benar menjatuhkan pilihannya pada pria yang dipilihkan oleh kedua orang tuanya. Namun disisi lain, ia juga harus memikirkan perasaan kedua orang tuanya, ia tidak ingin kedua orang tuanya terus menerus mengkhawatirkan keadaannya dan dapat berdampak pada kesehatan mereka. Selin merasa dilema dengan situasi yang ia hadapi saat ini.

Dan seminggu ini juga hampir setiap hari dia bertemu dengan Dion, entah itu untuk makan siang atau menjemput Selin pulang dari kantornya, sepertinya Dion memang serius akan perjodohan ini dan Selin tahu itu.

Selin bisa melihat tatapan Dion padanya dan dia tahu betul tatapan seperti apa yang Dion berikan padanya dan itu yang menyebabkan dia sedikit tertekan.

Seperti sekarang ini Selin tengah duduk disebelah Dion yang sedang mengemudikan mobilnya yang sesekali memandang ke arahnya dan memberikan senyum tulusnya.

Malam ini Dion mengajaknya untuk makan malam sebelum mengantarnya pulang ke apartemennya.

"Sel, kamu mau makan apa?" tanya Dion sambil menoleh kearah Selin

"Terserah kamu saja, aku bukan orang yang pilih-pilih soal makanan jadi terserah kamu saja" jawabnya dengan senyum tipis.

"bagaimana kalau kita makan di restoran seafood aja?"

"baiklah" jawab Selin singkat

Akhirnya Dion memutuskan untuk membawa Selin ke sebuah restoran seafood langganannya, beruntung karena mereka memiliki selera yang sama dalam urusan makanan.

Sejujurnya Dion telah menyukai Selin sejak orang tuanya menyarankan perjodohan ini beberapa bulan lalu dan memperlihatkan foto Selin padanya, entah kenapa Dion langsung jatuh cinta pada gadis yang ada difoto itu dan merasa ingin mencoba mengenalnya lebih dekat.

Dion juga seminggu ini selalu memberikan perhatian-perhatian kecil pada Selin, sepertinya Dion ingin menunjukkan keseriusannya terhadap perjodohannya dengan gadis itu dan yang membuat Dion semakin ingin mengenal Selin adalah karna Selin seolah memberi benteng pembatas agar tidak bisa ditembus oleh orang lain, selalu bersikap datar dan tatapannya selalu dingin.

Setelah berkendara lebih dari 30 menit dari kantor Selin, akhirnya mereka sampai di salah restoran seafood yang dimaksudkan oleh Dion dan memesan meja Di bagian sudut dekat jendela yang tidak terlalu mencolok dan bisa menikmati pemandangan yang ada diluar dengan suasana yang sedikit tenang dari area restoran lainnya.

Mereka memesan beberapa hidangan laut dan menunggu pesanan mereka datang, dan lagi-lagi Dion tersenyum cerah saat mengetahui menu yang mereka pesan ternyata sama.

"mmh Sel, boleh aku nanya?" ucap Dion memulai percakapan setelah pelayan

"boleh, mau nanya apa?" jawab Selin menatap kearah Dion yang juga menatap ke arahnya.

"Apa aku tidak cukup menarik untukmu?" tanya Dion sambil menatap mata Selin secara intens.

"Aku merasa kamu tidak begitu tertarik dengan perjodohan ini, kau hanya menerimanya karna permintaan dari kedua orang tuamu, apakah aku benar?" sambungnya dengan tatapan sedih.

Selin terdiam setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Dion, Seolah pertanyaan yang Dion tanyakan tadi tepat sasaran. Selin tidak menyangka bahwa selama ini Dion memperhatikannya dengan sangat baik dan bisa mengambil kesimpulan bahwa dia memang tidak tertarik dengan perjodohan ini, tepatnya Selin belum siap akan semua ini.

"Bukan seperti itu, maaf jika sikapku selama ini mengecewakan mu. Kau bukannya tidak menarik bagiku, bahkan kau lebih dari itu. Aku hanya belum siap saja, ada beberapa hal yang membuat ku seperti ini". jawab Selin sambil menunduk, dia tidak berani menampakkan kesedihannya pada orang lain, termasuk Dion calon suaminya.

"Baiklah, tapi maukah kau menceritakan sedikit tentang mu?" tanya Dion lagi, "aku hanya mengetahui sedikit tentang mu dari orang tuamu, dan sekarang aku ingin dengar itu langsung darimu" sambungnya menampilkan senyum hangatnya. Dion selalu menampilkan Senyum hangatnya itu sejak pertemuan pertama mereka dan hal itu membuat Selin merasa sedikit nyaman. Selin menyukai Senyuman Dion, senyum tulus dan tampak tidak dibuat-buat.

Tidak lama setelah Dion bertanya, makanan yang mereka pesan pun datang dan ini sedikit membantu Selin untuk mengalihkan perhatian Dion.

"Makanannya sudah datang, sebaiknya kita makan saja dulu yah" ucap Selin mengalihkan pembicaraan. Ia segera meraih makanan yang dibawa oleh sang pelayan untuk membantunya menata makanan tersebut di atas meja. Seli tersenyum ramah kepada sang pelayan dan mengucapkan terima kasih pada pelayan tersebut sebelum sang pelayan meninggalkan meja mereka.

"baiklah, aku tidak akan memaksamu, tapi aku masih menunggu cerita darimu, oke?" jawabnya sambil mulai menyantap makanan mereka masing-masing. Selin tidak menjawat perkataan Dion dan berusaha mengalihkan perhatiannya kearah makanan yang tersaji pada meja di hadapannya itu.

Mereka makan dengan tenang dan seolah larut dalam pikiran mereka masing-masing. Dion memiliki banyak sekali pertanyaan dikepalanya, seperti apa penyebab Selin seolah menutup mata akan perhatian-perhatian yang ia berikan dan apa alasannya, sedangkan disisi lain Selin memikirkan tentang dia yang masih belum siap membuka hatinya walaupun dia tahu perasaan Dion terhadapnya, Selin masih takut jika suatu saat luka yang dengan susah payah dia sembuhkan sendiri akan ia rasakan kembali. Tidak, dia tidak akan mungkin bisa menghadapinya jika suatu saat hal itu terjadi lagi.

Selin tiba-tiba menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran itu, tanpa dia sadari sedari tadi Dion memperhatikan apa yang ia lakukan.

Dion menyerngit bingung, ia menjadi penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh gadis yang duduk di depannya ini, tapi ia juga tidak berani menyuarakan rasa penasarannya itu, ia takut Selin akan merasa terganggu dengan pertanyaannya itu.