Selin lagi-lagi terlihat melamun di meja kerjanya, dan beberapa kali kepergok oleh rekan satu divisinya hingga membuat orang-orang tersebut merasa terheran-heran dengan sikapnya itu, karna yang mereka tahu Selin bukanlah orang yang suka membawa masalah pribadinya ke kantor dan menyebabkan semua pekerjaannya menjadi berantakan.
Selin masih memikirkan percakapannya dengan Dion tadi malam, ia bingung apakah ia akan memberi tahu Dion tentang alasannya bersikap seperti ini atau tetap menyimpannya sendiri.
Jujur saja sebenarnya Selin juga merasa sedikit nyaman dan senang dengan perhatian-perhatian yang diberikan oleh Dion padanya selama semingguan ini, tapi dia masih takut. Takut untuk kembali percaya kepada orang lain, takut membuka hatinya kembali karna dia tidak ingin jika suatu saat ia kembali dikhianati, Selin tidak ingin itu terjadi.
Entah berapa lama Selin melamun kali ini, hingga iya dikagetkan dengan tepukan seseorang di bahunya.
"Sel,, are you okay?" tanya Cerry sahabat sekaligus rekan satu divisinya itu
"Yahh,, i'm fine" jawab Selin singkat, ia belum memberitahukan kepada sahabatnya ini perihal perjodohan dirinya dan Dion.
"Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu kebanyakan ngelamun deh, sampai-sampai beberapa kerjaanmu keteteran" ucap Cerry sambil menarik kursi yang berada di hadapan meja kerja Selin. Posisi Selin memang lebih tinggi dari sang sahabat, ia saat ini menjadi Manajer Marketing dan Cerry dan beberapa staf lain sebagai bawahannya.
"Hanya sedikit masalah internal aja kok" jawab Selin
"Tumben, biasanya kerjaan kamu ngga pernah terganggu dengan masalah pribadi, mau cerita nggak?" tanya Cerry penasaran dengan masalah internal apa yang sedang dihadapi oleh sahabatnya ini
"Beberapa bulan lagi aku nikah" ujar Selin singkat
"WHAT.. NIKAH???" teriak Cerry kaget dengan apa yang baru saja sahabatnya katakan. Sontak teriakannya itu membuat semua orang yang berada diluar di ruangan Selin menoleh kearah mereka karna kebetulan pintu penghubung ruang kerja Selin memang terbuka lebar.
Cerry hanya bisa menunduk malu meminta maaf pada rekan-rekannya.
"Ssttt, aduhh kamu kok teriak sih? sakit tahu kuping ku" ucap Selin sambil mengusap-usap sebelah telinganya setelah mendengar teriakan tidak terduga dari sang sahabat.
"Yahh lagian kamu kalo becanda kelewatan gitu" jawab Cerry dengan raut wajah yang masih tidak percaya dengan ucapan Selin.
"Aku ngga lagi becanda Cerr, aku serius kalo emang beberapa bulan lagi aku bakalan nikah" ucap Selin dengan nada serius
"Kamu ngga becanda? Seriusan mau nikah?, kamu udah siap buat buka hati lagi? sama siapa? apa jangan-jangan di jodohin?" tanya Cerry beruntun dan dari ekspresi Selin yang terlihat muram, tanpa menjawab semua pertanyaan yang dia ajukan pun dia sudah tahu jawabannya.
Cerry tahu betul apa yang dirasakan oleh sahabatnya ini, karna dia yang menemani Selin dimasa-masa sulitnya berjuang sendirian untuk mengobati luka pengkhianat yang ia terima.
"Sabar yah Sel, mungkin ini udah rencana terbaik yang Tuhan siapin buat kamu, mungkin saja laki-laki yang bakalan jadi suami kamu nanti yang akan mengobati luka hati kamu" hanya itu yang bisa dikatakan Cerry pada sahabatnya ini, gadis itu beranjak dari duduknya untuk menghampiri sang sahabat lalu memeluknya.
"Makasih ya Cer, kamu emang sahabat terbaikku satu-satunya" jawab Selin seraya membalas pelukan Cerry. Cerry hanya bisa memberi dukungan dan berdoa untuk kebahagiaan sahabatnya ini.
Mungkin ini udah saatnya kamu bahagia Sel, sudah terlalu banyak luka yang kamu tanggung selama ini, ucap Cerry dalam hati.
drrtt drrtt drrtt
Suara ponsel Selin mengalihkan perhatian dua orang yang sedang berpelukan itu, Selin memandang kearah ponselnya yang tergeletak diatas meja kerjanya di samping keyboard dan melihat nama dari sang penelepon ternyata Dion.
"Apa dia yang menjadi calon suami kamu?" tanya Cerry saat melihat nama sang penelepon di ponsel Selin.
"hhmmm" jawab Selin sebelum menjawab panggilan Dion
"Halo" ucap Selin
"Hai Sel, aku mau ngajak kamu makan siang bareng, mau ngga?" tanya Dion di seberang telepon
"Tapi aku udah janjian makan siang bareng sama teman aku, tapi kalau kamu mau gabung ngga papa kok" ucap Selin sambil menoleh kearah sang sahabat meminta persetujuan dan diangguki oleh Cerry
"Memangnya aku boleh gabung sama kalian?", tanya Dion memastikan, ia merasa senang mendengar Selin mengundangnya untuk bergabung dengan mereka untuk makan siang bersama.
"iya boleh" jawab Selin
"Oke, aku berangkat sekarang kamu nanti kirim saja alamatnya" dengan nada sumringan, Dion menutup panggilannya
Cerry yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka tiba-tiba bertanya pada Selin
"Eh... kamu Seriusan mau ngajak aku lunch bareng kalian? bertiga? sama calon suami kamu? emang nggak ganggu? " ucap Cerry dengan pertanyaan andalannya yang sambung-menyambung yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Selin
"Kamu mau kan kenalan sama dia? sebagai satu-satunya sahabatku, aku mau kalian saling kenal juga" ajak Selin
"Yaah jelaslah aku mau kenalan sama calon suami sahabatku , aku mau liat orangnya itu kayak gimana, kamu kan tahu sendiri kalo penilaianku itu sangat akurat untuk mendeteksi mana orang yang benar-benar baik dan mana yang cuman pura-pura baik" ucap Cerry semangat,
"iya iya, yaudah kita berangkat sekarang" ucap Selin beranjak dari kursinya dan mengambil tasnya dan berjalan di mendahului Cerry.
Kedua gadis tersebut berjalan beriringan menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar sambil sesekali membahas beberapa pekerjaan mereka yang akan datang.
"Mau makan diluar?" Tanya salah satu rekan sesama divisi Selin—Mbak Anggi, wanita berusia 32 tahun yang sudah bekerja bersama Selin dan Cerry selama 5 tahun terakhir ini.
"Iya Mbak, Kita mau makan siang bareng sama calon suami Selin" ucap Cerry riang menjawab pertanyaan dari wanita yang lebih tua beberapa tahun darinya.
"Selin sudah punya calon suami?" tanya Mbak Anggi penasaran karna memang selama bekerja bersama, ia tahu kalau Selin tidak pernah terlibat hubungan asmara dengan siapa pun
"Mbak Anggi kepo deh.." Jawab Cerry senang karna sudah membuat rekan satu divisinya itu menjadi penasaran, Sedangkan Selin yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin Cerry dengan kepribadiannya yang sangat menyebalkan ini bisa mendapatkan tunangan seperti Farukh yang kalem.
*****
Sedangkan ditempat lain Dion terlihat bahagia setelah menelepon Selin, ia tidak menyangka kalo Selin bakalan mengajaknya makan siang bersama sahabatnya, dan itu artinya Selin sudah mulai menerimanya dan mau membuka diri sedikit demi sedikit diri padanya.
Dion hanya butuh waktu untuk melunakkan hati Selin dan dia akan menunggu saat itu tiba, yakin Dion dalam hati.
Dion segera bersiap untuk berangkat ke tempat yang akan menjadi lokasi makan siang mereka setelah beberapa saat lalu Selin mengiriminya lokasi salah satu Restoran yang berada tak jauh dari kantor sang calon istri, Dion kembali menatap pantulan dirinya di hadapan standing mirror dikamarnya itu, Dion memang saat ini masih dalam masa cutinya dan berniat setelah cutinya berakhir ia juga akan mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai pilot. Ia berencana untuk mulai bergabung dengan perusahaan keluarganya untuk menggantikan posisi sang Papa. Ini juga ia lakukan demi masa depan pernikahannya nanti dengan Selin, ia tidak mau jika nanti ia masih berprofesi sebagai pilot, ia akan sering meninggalkan Selin sendirian dan waktu kebersamaan mereka akan terbatas.
Setelah memastikan penampilannya sudah sempurna, Dion meraih Dompet, ponsel serta kunci mobilnya dan segera bergegas keluar dari kamarnya dan berangkat menuju lokasi janji temu mereka.