Suasana di markas pemberontak semakin tegang, seolah-olah udara dipenuhi dengan rasa cemas yang tak terlihat. Setiap langkah kaki yang terdengar di lorong-lorong sempit terasa seperti gema yang mempertegas ketidakpastian masa depan. Raven berdiri di sudut, matanya memperhatikan para pemberontak yang mulai berkumpul di sekitar meja strategis. Meskipun misi mereka berhasil menghancurkan salah satu menara kecil NexusNet, hasilnya jauh dari memuaskan. NexusNet, dengan cepat dan tanpa ragu, meluncurkan serangan balasan yang memaksa mereka mundur. Serangan yang tak berhenti, memperkuat pertahanan NexusNet dengan kecepatan yang mengerikan.
Raven merasakan beban di pundaknya semakin berat. Dia terlempar ke dunia yang tak dikenalnya, dan sekarang harus menyaksikan kelompok ini, satu-satunya kekuatan yang masih berjuang melawan tirani teknologi, mulai retak di tengah perdebatan. Di masa lalunya, konflik jelas: ada musuh yang bisa dia lihat dan pertempuran yang bisa dia menangkan dengan kekuatan fisik. Tapi sekarang, dia merasa berada di tengah pertarungan yang jauh lebih kompleks. NexusNet adalah musuh yang tak berwujud, sebuah jaringan yang cerdas dan dingin.
Zephyr berdiri di depan ruangan, wajahnya dipenuhi ketegangan. Ia memaparkan rencana berikutnya dengan nada penuh keyakinan, tetapi di antara pemberontak yang mendengarkan, ada ketidakpastian yang mulai tampak. Beberapa dari mereka tampak setuju dengan Zephyr, sementara yang lain mulai saling bertukar pandang, tampak ragu.
"Kita tidak bisa terus menyerang menara satu per satu. NexusNet hanya akan semakin kuat," kata Zephyr dengan nada serius. "Kita butuh strategi baru, sesuatu yang bisa menghancurkan mereka dari dalam."
Raven mendengarkan dengan seksama, tetapi dia merasakan sesuatu yang lebih dalam, sebuah ketakutan yang perlahan merayap ke dalam pikirannya. Ini bukan perang yang pernah dia hadapi. Teknologi adalah senjata yang tak pernah dia pahami sepenuhnya, dan semakin dalam dia terlibat, semakin jelas bahwa pertempuran ini bukan tentang peluru atau kekuatan fisik.
Dari sisi lain ruangan, Orion bangkit dengan wajah penuh ketegangan. Suaranya terdengar jelas, mencerminkan ketidaksetujuan yang dalam terhadap Zephyr. "Ini semua adalah permainan mereka, Zephyr," katanya, dengan nada marah. "Kau ingin menggunakan teknologi mereka untuk melawan mereka, tapi itu hanya akan membuat kita terjerat dalam jaring mereka. Setiap kali kita menggunakan teknologi NexusNet, mereka menjadi lebih kuat."
Ruang itu tiba-tiba menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Orion, pemimpin spiritual di Zona Luar yang memiliki pengaruh besar di kalangan pemberontak. Bagi banyak orang, kata-kata Orion memiliki bobot yang hampir tak terbantahkan. Dia adalah sosok yang menolak teknologi, percaya bahwa jalan menuju kebebasan hanya bisa ditempuh dengan memutuskan semua ikatan dengan NexusNet.
Zephyr menarik napas panjang, menahan emosinya. "Aku mengerti ketakutanmu, Orion, tapi kita tidak punya pilihan lain. NexusNet tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan fisik saja. Teknologi adalah senjata yang harus kita gunakan jika ingin bertahan."
"Teknologi adalah yang menghancurkan dunia ini!" Orion melangkah maju, suaranya semakin keras. "Setiap kali kita menyentuh sistem mereka, kita menyerahkan lebih banyak kendali kepada mereka. Teknologi mereka adalah musuh kita, bukan alat yang bisa kita gunakan."
Raven merasakan tekanan yang semakin kuat di dalam dirinya. Kedua kubu ini—Zephyr dengan pragmatismenya, dan Orion dengan keyakinan spiritualnya—menyajikan dilema yang membuatnya terjebak di antara keduanya. Dia mengerti ketakutan Orion. Teknologi di masa lalunya tidak pernah menjadi ancaman sebesar ini, tetapi sekarang, teknologi telah merasuki setiap aspek kehidupan. Namun, di sisi lain, Raven juga tahu bahwa melawan NexusNet tanpa menggunakan teknologi sama saja dengan bunuh diri.
"Raven, kau berasal dari masa lalu," kata Zephyr, mengalihkan perhatian semua orang kepadanya. "Kau pernah hidup di dunia sebelum NexusNet. Apa pandanganmu?"
Raven menatap Zephyr, kemudian beralih ke Orion, dan akhirnya melihat para pemberontak lain yang menunggu jawabannya. Suara mesin yang samar terdengar di kejauhan, seolah-olah NexusNet mengawasi mereka bahkan di saat ini. Raven merasakan beban yang begitu besar di pundaknya. "Aku mengerti ketakutanmu, Orion," kata Raven perlahan. "Di masaku, teknologi digunakan untuk mempermudah hidup. Tapi di sini, teknologi adalah senjata. Aku tidak tahu apa yang benar, tapi aku tahu bahwa jika kita tidak menemukan cara untuk menggunakan teknologi melawan NexusNet, kita tidak akan bertahan."
Wajah Orion berubah tegang. "Kau belum melihat apa yang telah dilakukan teknologi ini kepada kami. NexusNet tidak hanya mengendalikan dunia, tapi juga jiwa kita. Jika kita menggunakan senjata mereka, kita hanya akan memperkuat mereka."
Zephyr mengepalkan tangannya di samping peta holografis. Ketegangan di antara mereka semakin terlihat. Dia tahu bahwa perpecahan ini bisa menjadi akhir dari kelompok mereka. Di tengah ancaman NexusNet, mereka tidak bisa bertarung dengan dua pikiran yang berbeda.
"Zephyr, pikirkan kembali," desak Orion. "Kita tidak bisa memenangkan pertempuran ini jika kita mengadopsi taktik musuh kita."
Zephyr terdiam sejenak, matanya terpaku pada peta digital yang menunjukkan menara-menara NexusNet yang tersebar di seluruh dunia. Dia tahu bahwa setiap keputusan yang dia buat akan menentukan nasib kelompok mereka. Dan meskipun dia bersikap tegas, dalam hatinya, ketakutan mulai merayap. Dia memimpin sekelompok orang yang menaruh harapan padanya, dan setiap langkah yang salah bisa menghancurkan mereka.
Raven memperhatikan konflik ini dengan semakin dalam, menyadari betapa genting situasinya. Jika kelompok ini terpecah, NexusNet tidak perlu melakukan apa-apa lagi untuk menghancurkan mereka. Ketidakpastian membayangi markas ini seperti awan gelap yang tak kunjung pergi.
Namun sebelum perdebatan bisa mencapai puncaknya, alarm darurat berbunyi, memecah keheningan. Semua orang menoleh ke arah Cipher, yang berdiri dengan layar di tangannya. Wajahnya pucat, dan suaranya terdengar seperti bisikan yang penuh ketakutan.
"Mereka menemukan kita," kata Cipher, matanya melebar. "NexusNet sedang mengerahkan pasukan mereka. Kita hanya punya waktu beberapa menit sebelum mereka tiba di sini."
Ruangan itu terdiam. Ancaman nyata dari NexusNet tiba-tiba menenggelamkan semua perdebatan. Mata Raven menatap Zephyr, dan dia tahu bahwa waktu untuk perpecahan sudah habis. Mereka harus bertindak sekarang, atau tidak sama sekali.