Chereads / The Fractured Nexus - / Chapter 12 - Pertarungan Mental dengan Prajurit Dominus

Chapter 12 - Pertarungan Mental dengan Prajurit Dominus

Zona Gelap terus berubah, berputar seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Raven dan Cipher berdiri di atas hamparan realitas yang terus-menerus memutarbalikkan persepsi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil seakan terjebak di antara waktu yang memperlambat dan gravitasi yang menghilang. Mercusuar yang menjadi tujuan mereka terlihat seperti titik yang menjauh semakin jauh, terhalang oleh sosok besar yang kini mengintai mereka—Prajurit Dominus, sebuah manifestasi terkuat dari NexusNet.

Serangan mental pertama datang seperti hembusan angin dingin yang menusuk otak Raven. NexusNet memanfaatkan kenangan-kenangan terdalam yang telah terkubur di pikirannya, memunculkan wajah-wajah dari masa lalu. Wajah sahabat terdekatnya, yang mati di medan perang, sekarang berdiri di hadapannya, berlumuran darah, tatapannya penuh kebencian.

Wajah itu begitu nyata, hingga Raven hampir bisa merasakan baunya—bau tanah, darah, dan debu yang menempel di kulit mereka selama pertempuran. "Kau meninggalkan kami," bisik sosok itu, dan tiba-tiba Raven merasakan rasa sakit yang menusuk di dadanya. Seolah-olah dia benar-benar ditikam oleh rasa bersalah dan penyesalan yang tidak pernah bisa dia usir dari benaknya. Setiap ingatan yang dihidupkan kembali oleh NexusNet semakin memperkuat cengkeramannya pada pikiran Raven.

Raven terhuyung, pandangannya kabur, hampir tidak bisa membedakan antara kenyataan dan ilusi. Kenangan-kenangan itu terasa begitu hidup, begitu dekat, seolah-olah dia kembali ke masa lalu. Sebuah dunia di mana sahabatnya masih hidup, tetapi dia gagal menyelamatkan mereka.

"Raven!" Cipher berteriak keras, menariknya kembali ke realitas virtual yang memutarbalikkan akal sehat mereka. "Itu bukan kenyataan! Fokus!"

Cipher sendiri tidak dalam kondisi yang lebih baik. Waktu yang telah dia habiskan di Zona Gelap selama bertahun-tahun mulai mengejar dirinya. Matanya berkedut, keringat membanjiri wajahnya. Setiap kali dia mencoba melawan manipulasi NexusNet, pikirannya seolah-olah terpecah. "Ini bukan dunia nyata... atau apakah ini?" gumamnya pada dirinya sendiri, suaranya terdengar tercekik oleh ketakutan yang semakin mendalam.

Raven bisa melihat Cipher mulai kehilangan kendali atas realitas di sekitarnya. "Kita harus keluar dari sini," gumam Cipher, matanya penuh kebingungan. "Atau mungkin... kita sudah mati di sini."

Momen-momen kebingungan itu adalah kelemahan yang NexusNet manfaatkan. Sosok prajurit di hadapan mereka mulai memperkuat cengkeramannya pada lingkungan sekitar, mengubah gravitasi, memanipulasi waktu, dan melipat ruang. Ruangan di sekitar mereka terasa seperti mulai runtuh, menyeret mereka lebih dalam ke dalam kekacauan pikiran.

Raven merasakan gelombang energi yang memotong ke dalam pikirannya, merambat hingga ke tubuh fisiknya di dunia nyata. Sakit kepala yang tajam muncul, memecah konsentrasinya. Dia tahu bahwa jika mereka terlalu lama berada di sini, tubuh fisiknya mungkin tidak akan bertahan. "Aku bisa merasakan tubuhku... melemah," gumamnya, mengingatkan dirinya bahwa meskipun pertarungan ini virtual, dampaknya bisa nyata.

"Ini hanya pikiran, Raven!" Cipher berteriak. "Fokus pada realitas di sini dan sekarang, atau kita tidak akan pernah keluar hidup-hidup!"

Lingkungan di sekeliling mereka mulai memanipulasi persepsi mereka. Gravitasi tiba-tiba hilang, membuat Raven dan Cipher melayang di udara. Tanah di bawah mereka berubah menjadi jaring-jaring cahaya yang mencoba menangkap mereka. Bentuk-bentuk geometris berputar dengan cepat, mempermainkan persepsi mereka tentang jarak dan arah. "Mereka mempermainkan kita," Cipher bergumam. "Mereka tidak hanya menyerang kita dengan kenangan, tetapi dengan realitas yang terdistorsi."

Setiap langkah yang mereka ambil terjerat oleh ilusi yang diciptakan oleh NexusNet. Bahkan udara di sekitar mereka terasa lebih berat, seolah-olah setiap napas yang diambil semakin membebani tubuh dan pikiran mereka. Tapi Raven tahu bahwa kunci untuk bertahan hidup di Zona Gelap adalah fokus. Jika dia membiarkan pikirannya terganggu, NexusNet akan mengambil alih dan mengubah pikirannya menjadi senjata yang berbalik menyerangnya.

"Pusat data sudah dekat," Cipher mengingatkan, meskipun suaranya mulai kehilangan keyakinan. "Kita hanya perlu beberapa langkah lagi."

Tapi prajurit terakhir yang berdiri di hadapan mereka, Prajurit Dominus, bukan musuh biasa. Ini bukan hanya musuh fisik yang bisa dilawan dengan pedang energi—ini adalah manifestasi dari NexusNet itu sendiri. Dan NexusNet tahu bagaimana menyerang di titik paling lemah.

Dengan satu gerakan, prajurit itu mengubah bentuk realitas di sekitar mereka, menciptakan pusaran waktu dan gravitasi yang memperlambat gerakan Raven dan Cipher. Setiap langkah mereka terasa seperti menarik beban ribuan ton. Dengan setiap gerakan, waktu seakan melambat, dan kecepatan lawan mereka justru meningkat.

"Mereka memanipulasi waktu!" Cipher berteriak, wajahnya pucat oleh rasa takut. "Kita tidak akan bisa mengalahkannya jika kita tidak bisa keluar dari jebakan ini."

Raven tahu bahwa mereka harus bertindak cepat, atau mereka akan terjebak dalam perangkap waktu yang diciptakan oleh NexusNet. Setiap detik yang mereka habiskan di sini memperburuk kondisi fisik mereka di dunia nyata. "Ini bukan tentang kekuatan," Raven merenung, mencoba memahami sifat pertempuran ini. "Ini tentang pikiran... dan mengendalikan waktu di sini."

Sosok Prajurit Dominus mulai maju, aura hitam yang memancar dari tubuhnya menekan realitas di sekitar mereka. Tanah di bawah Raven dan Cipher mulai pecah, waktu terasa seperti hampir berhenti. Jika mereka tidak bisa melepaskan diri, pikiran mereka akan hancur di sini, terjebak selamanya dalam ilusi NexusNet yang tak berujung.

"Jika kita kalah di sini," Cipher berbisik, "bukan hanya Zona Gelap yang akan runtuh. Pikiran kita... kita tidak akan pernah kembali ke dunia nyata."

Raven menatap prajurit di depannya, merasa tubuhnya semakin lemah. Tapi ini bukan tentang kekuatan fisik. Ini adalah pertarungan pikiran—dan Raven tahu, untuk bertahan, dia harus memanipulasi waktu dan ruang seperti NexusNet. Tapi apakah dia mampu melawan kekuatan sebesar itu?

"Jika kita tidak menang sekarang," gumam Raven, menggenggam pedang energinya dengan tangan gemetar, "kita tidak akan pernah keluar dari sini hidup-hidup."

Di sekeliling mereka, dunia virtual mulai runtuh, tanda bahwa NexusNet mulai mengkonsolidasi kekuatannya. Prajurit terakhir melangkah lebih dekat, dan dalam sekejap, segala sesuatu di sekitar mereka mulai terbelah. Realitas Zona Gelap terdistorsi, mengancam untuk menghancurkan pikiran mereka.