Raven merasakan beratnya keputusan yang kini berada di pundaknya. NexusNet sudah dekat, dan setiap detik yang berlalu membawa pasukan musuh semakin dekat ke markas mereka. Zephyr dan Orion masih berdiri di ujung ruangan, tatapan mereka saling bersilang dengan intensitas yang tak terucapkan. Dua jalan berbeda terbentang di hadapannya: apakah dia akan memilih pragmatisme Zephyr dan menggunakan teknologi untuk melawan NexusNet, atau mengikuti keyakinan Orion yang menolak segala bentuk penggunaan teknologi?
Seolah dunia menjadi sunyi, pikiran Raven dipenuhi keraguan. Dunia ini adalah tempat yang asing, penuh ancaman yang tidak bisa dia pahami. Di masa lalu, musuh yang dia hadapi selalu memiliki wajah—tentara di medan perang, bukan jaringan tak terlihat yang mengendalikan dunia ini dengan tangan besi.
"Raven, kita tidak punya waktu," suara Zephyr terdengar tajam. Di belakangnya, layar holografis yang menggambarkan pergerakan pasukan NexusNet berkedip-kedip, menunjukkan bahwa musuh semakin mendekat.
"Jika kita menggunakan teknologi mereka, kita hanya memperkuat musuh," Orion memotong cepat. "Ada cara lain. Selalu ada cara lain."
Di tengah debat sengit antara Zephyr dan Orion, Liora, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Apa yang kita hadapi sekarang jauh lebih besar dari sekadar pertempuran ini. NexusNet tidak akan berhenti, tidak peduli apa yang kita lakukan. Tapi jika kita terlalu terpaku pada prinsip, kita mungkin kehilangan kesempatan terakhir untuk bertahan."
Raven menatap Liora, melihat kebijaksanaan di balik ketegasan kata-katanya. Sebagai mantan analis NexusNet, Liora memahami betapa berbahayanya jaringan ini. Namun, dia juga tahu betapa pentingnya mempertahankan kemanusiaan mereka.
Dia menghela napas dalam-dalam. Waktu mereka semakin habis. Satu-satunya pilihan adalah mengambil jalan tengah—menggunakan teknologi, tetapi dengan batasan yang jelas. Teknologi akan menjadi alat, bukan tujuan. Itu akan digunakan untuk melindungi, bukan mengendalikan.
"Kita akan menggunakan teknologi," kata Raven akhirnya, suaranya tegas. "Tapi kita tidak akan bergantung padanya. Kita harus mencari informasi lebih banyak tentang NexusNet. Itu satu-satunya cara kita bisa bertahan dan melawan tanpa kehilangan diri kita."
Zephyr mengangguk, meskipun keraguan tipis masih tergantung di matanya. Orion, di sisi lain, menatap Raven dengan ketidaksetujuan yang tajam, tetapi dia tidak berbicara lagi. Dia tahu keputusan sudah diambil.
"Baik," Zephyr memutus keheningan, menggeser pandangannya kembali ke layar. "Pasukan NexusNet akan tiba dalam waktu singkat. Kita akan menggunakan drone pertahanan untuk menahan mereka sementara kita bersiap untuk evakuasi."
Orion mendesah, menunduk dengan tangan terkepal di sisinya. "Aku tidak akan mengangkat senjata mereka. Jika ini jalan yang kau pilih, maka itu pilihanmu. Tapi aku tidak akan ikut."
Suasana di ruangan menjadi semakin tegang, tetapi tidak ada waktu untuk debat lebih lanjut. Alarm di markas berdering lebih keras, menandakan bahwa musuh sudah semakin dekat.
"Kita harus segera pergi," kata Liora, suaranya berubah tegas. "Ini bukan hanya tentang pertempuran di sini. Ada informasi di Zona Gelap yang bisa membantu kita memahami rencana NexusNet selanjutnya. Kita butuh lebih dari sekadar bertahan—kita butuh strategi."
Raven mengangguk, hatinya dipenuhi tekad baru. Misi berikutnya sudah jelas—mereka harus masuk ke Zona Gelap. Dia tidak tahu apa yang menanti di sana, tetapi jika itu adalah satu-satunya cara untuk menghentikan NexusNet, dia tidak punya pilihan lain.
Ketegangan di antara pemberontak semakin meningkat ketika Zephyr memerintahkan aktivasi drone pertahanan. Mesin-mesin mulai bergerak, mengeluarkan suara mekanis yang memecah kesunyian di ruangan. Di luar, suara langkah kaki pasukan NexusNet mulai terdengar semakin dekat.
Orion berjalan ke sudut ruangan, tetap teguh pada keyakinannya. Beberapa pemberontak lain terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya mengikuti perintah Zephyr untuk bersiap melawan. Ini adalah pertarungan hidup dan mati.
Di tengah hiruk-pikuk persiapan, Raven berbalik ke arah Cipher. "Kita harus bersiap untuk masuk ke Zona Gelap. Kita butuh informasi tentang rencana mereka."
Cipher, yang sudah lama diam sejak awal perdebatan, mengangguk perlahan. "Zona Gelap bukan tempat yang mudah, Raven. Semakin dalam kita masuk, semakin sulit untuk keluar dengan pikiran utuh. Tapi... kau benar. Kita harus melakukannya."
Ketegangan semakin memuncak ketika drone pertahanan pertama kali diaktifkan, menembakkan laser ke arah pasukan NexusNet yang mulai menyerang. Pertarungan sengit terjadi di luar markas, dan pemberontak berjuang sekuat tenaga untuk bertahan.
"Raven!" teriak Zephyr. "Kita tidak bisa bertahan lama. Lakukan apa yang perlu kau lakukan di Zona Gelap. Temukan sesuatu yang bisa membantu kita."
Raven melihat ke arah Cipher, yang sudah bersiap dengan peralatan virtualnya. "Ayo," katanya singkat, bersiap untuk memasuki dunia yang lebih berbahaya dari pertempuran fisik ini—dunia di mana pikiran adalah senjata.
Dengan NexusNet yang terus menyerang dari luar, Raven dan Cipher bergegas menuju ruangan yang aman untuk mengakses Zona Gelap. Detik-detik sebelum mereka memasuki dunia virtual itu terasa seperti hembusan terakhir di dunia nyata.
Ketika koneksi akhirnya dibuat dan mereka memasuki Zona Gelap, Raven merasakan pergeseran mendadak—realitas menjadi kabur, seolah waktu dan ruang tidak lagi memiliki makna. Cahaya biru yang akrab dari NexusNet menyelubungi pandangannya, tetapi ini bukan dunia fisik yang dia kenal.
Raven dan Cipher kini berada di tengah medan virtual yang penuh ancaman yang tak terlihat, dan ini hanya permulaan dari pertempuran yang jauh lebih berbahaya.