Chereads / The Fractured Nexus - / Chapter 11 - Masuk Lebih Dalam ke Zona Gelap

Chapter 11 - Masuk Lebih Dalam ke Zona Gelap

Raven berdiri di ambang pintu menuju Zona Gelap, memandang Cipher yang sedang menyelesaikan persiapannya. Cahaya redup dari terminal di ruang bawah tanah tempat mereka berdiri memberikan kesan suram, namun tidak bisa menandingi rasa berat yang terasa di udara. Di sini, di ruang maya yang mengerikan ini, pikiran adalah medan pertempuran, dan realitas hanya ilusi yang mudah dimanipulasi.

Cipher, biasanya tampak tenang dan percaya diri, kali ini menunjukkan tanda-tanda kegelisahan yang jelas. "Ingat," katanya, dengan nada serius. "Di sini, pikiranmu adalah segalanya. Jika kau kehilangan kendali atas pikiranmu, NexusNet akan memanipulasi setiap kelemahanmu. Kau harus tetap fokus."

Raven mengangguk, meski di dalam, ia merasakan ketidakpastian yang menggelayuti dirinya. Sebagai prajurit yang terbiasa bertarung secara fisik, medan perang mental seperti ini sangat berbeda. Tidak ada senjata nyata, tidak ada tubuh musuh untuk dihadapi—hanya pikiran yang terus-menerus diuji oleh sesuatu yang lebih besar dan lebih berbahaya dari apapun yang pernah ia hadapi.

"Satu hal lagi," Cipher menambahkan, suaranya sedikit bergetar. "Kita tidak tahu pasti berapa lama kita bisa bertahan di sana. Aku sudah pernah hampir tidak keluar hidup-hidup sebelumnya, dan saat itu... aku merasa seperti hampir kehilangan diriku."

Kata-kata itu terngiang di benak Raven saat dia mengenakan helm virtual yang sudah terhubung ke NexusNet. Saat sinyal tersambung, sensasi gravitasi menghilang, dan tubuhnya terasa seolah ditarik ke dalam kegelapan yang pekat. Tidak ada suara, hanya keheningan yang menyelimuti setiap inci ruang di sekitarnya.

Ketika Raven membuka matanya, dunia yang dia masuki terasa sangat berbeda. Bukan hanya visualisasi dari ruang maya, tetapi pengalaman nyata yang beresonansi dengan setiap serat tubuhnya. Zona Gelap adalah dimensi yang terus berubah, penuh dengan geometri bergerak, warna-warna yang berkedip-kedip seperti bintang yang tak pernah stabil. Bentuk dan jarak tidak ada artinya di sini. Setiap pandangan bisa menipu, dan setiap langkah bisa menjebak.

"Ini lebih dari yang aku bayangkan," gumam Raven, hampir tidak bisa mempercayai matanya.

"Kau belum melihat apa-apa," jawab Cipher dengan suara yang lebih tegang. "Di sini, pikiran bisa menjadi musuh terbesar. Mereka bisa menggunakan ingatanmu melawanmu. Jika kau tidak kuat, Zona Gelap akan menyusup ke dalam pikiranmu, membuatmu ragu, kehilangan kendali atas realitas."

Mereka mulai berjalan menuju titik pusat, yang terlihat seperti mercusuar cahaya merah di kejauhan. Itu adalah pusat data NexusNet, tempat di mana semua informasi strategis tersimpan. Jika mereka bisa mencapainya, mereka mungkin bisa mendapatkan keunggulan penting. Tapi langkah demi langkah yang mereka ambil di sini terasa semakin berat, semakin tidak pasti. Dunia di sekitar mereka terus berubah, seolah-olah dipengaruhi oleh sesuatu yang tak terlihat.

Saat mereka berjalan, Raven mulai mendengar suara aneh. Pada awalnya, samar, seperti desis angin yang menghantam reruntuhan, tetapi semakin lama, semakin jelas.

"Ada yang salah," bisiknya pelan.

Cipher menatapnya dengan wajah serius. "Ini NexusNet. Mereka mulai memanipulasi pikiran kita. Mereka menggunakan kelemahan kita untuk menyerang dari dalam."

Raven tiba-tiba terhenti. Suara di kepalanya menjadi lebih jelas, dan kali ini dia mengenalinya—suara dari masa lalunya. "Kau meninggalkanku..." bisik suara itu, dingin dan penuh tuduhan. Raven memutar kepalanya, dan di kejauhan, bayangan samar mulai terbentuk. Seorang sosok mengenakan seragam perangnya, sosok yang tidak asing lagi bagi Raven.

"Percayalah, ini tidak nyata," Cipher memperingatkan, tetapi Raven sudah mulai meragukan apa yang dilihatnya. Sosok di kejauhan semakin mendekat, dan wajahnya terlihat lebih jelas—itu adalah sahabatnya, yang tewas di medan perang bertahun-tahun yang lalu.

"Kau bisa menyelamatkanku," suara itu lagi, kali ini lebih nyata, membuat Raven terguncang sejenak. Zona Gelap tidak hanya mencoba menyerangnya secara fisik, tetapi juga mental, menggali ingatan terdalamnya, membuatnya meragukan keputusannya sendiri.

Raven mengerjap, mencoba mengusir penglihatan itu, berjuang untuk tetap fokus pada tujuannya. "Ini hanya ilusi," gumamnya pada dirinya sendiri. "Hanya ilusi."

Saat mereka semakin mendekat ke pusat data, lingkungan di sekitar mereka menjadi semakin tak stabil. Zona Gelap mulai berubah dengan cepat—gravitasi terasa seolah-olah ditarik dalam arah yang salah, dan bentuk-bentuk geometris mulai berputar, menciptakan ilusi bahwa mereka berjalan di atas landasan yang tak ada ujungnya.

"Cipher, apa yang terjadi?" tanya Raven, berusaha menjaga keseimbangan di antara realitas yang terdistorsi.

"Zona ini bereaksi terhadap emosi kita," jawab Cipher. "Semakin takut atau bingung kita, semakin kacau realitas di sini."

Raven merasakan gravitasi yang berubah-ubah menarik tubuhnya dalam berbagai arah, seperti terperangkap dalam pusaran yang tak terlihat. Warna-warna di sekitar mereka menjadi lebih gelap, lebih menekan, seolah-olah mengisyaratkan bahaya yang akan datang.

"Kita harus segera mencapai pusat data itu sebelum NexusNet mengunci kita sepenuhnya," kata Cipher dengan tegas, mengencangkan genggamannya pada senjata virtual yang telah terbentuk di tangannya—konstruksi energi yang bisa berubah sesuai kehendak pikiran. "Jika tidak, kita tidak akan pernah keluar dari sini."

Raven merasakan tekanan semakin berat, baik secara fisik maupun mental. Di depannya, sosok-sosok dari masa lalu masih berusaha mengganggu konsentrasinya, dan dia tahu bahwa NexusNet sedang bermain dengan pikirannya, mencoba menghancurkan keyakinannya. Tapi dia tidak bisa menyerah. Tidak sekarang.

Saat mereka semakin mendekati mercusuar merah di kejauhan, suara langkah kaki terdengar samar di udara, dan tiba-tiba, bayangan-bayangan digital muncul di sekitar mereka—prajurit NexusNet.

Prajurit-prajurit NexusNet muncul dari kegelapan virtual, mata mereka bersinar dengan cahaya biru dingin. Mereka tidak membawa senjata biasa, melainkan memanipulasi realitas di sekitar mereka—menyulap energi menjadi senjata dan ilusi. Setiap gerakan mereka cepat dan penuh dengan kekuatan mental.

"Kita harus cepat!" Cipher berteriak, berlari menuju mercusuar. "Kita sudah terlalu lama di sini!"

Raven merasakan serangan datang dari segala arah. Prajurit-prajurit itu tidak hanya menyerang secara fisik, tetapi juga menyusup ke dalam pikirannya, mencoba mengacaukan fokusnya dengan ilusi dan kenangan yang menyakitkan. Raven menahan serangan mental itu sekuat tenaga, menggunakan setiap keterampilan bertarungnya untuk tetap bertahan.

Mereka hanya beberapa langkah dari mercusuar ketika tanah di bawah mereka mulai bergetar hebat. Seolah-olah seluruh realitas digital ini sedang runtuh. "Kita harus masuk sekarang!" Cipher berteriak, suaranya penuh dengan keputusasaan. Tapi sebelum mereka bisa bergerak, sebuah bayangan besar muncul di hadapan mereka—lebih besar dan lebih kuat daripada prajurit biasa.

"Itu bukan hanya prajurit," Cipher berbisik dengan suara gemetar. "Itu senjata mereka... kita tidak bisa menghadapinya."

Raven mengencangkan cengkeramannya pada pedang energi di tangannya, tetapi dia tahu bahwa waktu mereka semakin habis. NexusNet telah mengeluarkan sesuatu yang jauh lebih kuat dari yang mereka perkirakan—dan ini bisa menjadi akhir mereka.