Chereads / Mengambil kembali cintanya / Chapter 18 - Take her love: Gibran

Chapter 18 - Take her love: Gibran

Keluar dari rumah sakit setelah tiga hari dirawat dengan tulang bagian pergelangan retak dan wajah babak belur. Sudah seminggu gue hanya diam didalam rumah tanpa bepergian untuk bekerrja atau apapaun, gue sangat gelisah apalagi gue belum menemukan siapa orang yang mengirim pesan kepada gue dengan nomor berbeda sampai tidak dapat gue lacak.

Orang yang gue suruh mencari tidak juga membuahkan hasil, mereka hanya bilang kalau ini bukanlah orang main-main yang sedang iseng. Ini sudah terencana seakan menyulut emosi gue yang tidak stabil jika menyangkut Faras.

"Mau kemana kamu rapih banget. Nggak sadar badan kemarin hampir remuk main baku hantam?!."

Itu suara mama yang melihat gue bergegas keluar rumah membawa dompet beserta kunci mobil setelah menggunakan jaket.

"Aku mau ke apartemen Bara dulu ya ma."

Mengemudikan mobil menuju restoran milik Bara untuk berkumpul seperti biasa untuk membahas banyak hal, kami nongkrong bukan hanya sekedar nongkrong seperti anak muda jaman sekarang. Kami nongkrong sembari berbisnis dan saling timbal balik.

Memarkirkan mobil gue segera turun dan masuk menuju ruangan khusus yang sudah Bara siapkan. Disana gue melihat Farhan, Dennis, Keanu dan Bara yang sudah duduk sambil membahas entah apa. Sebab gue melihat wajah mereka sangat serius.

"Gue pun baru tau kalau dia udah reservasi di restoran gue malam ini, sial. Tau begitu gue tidak akan mengundang si bajingan itu."

Gue mendengar suara decakan amarah Bara yang sebenarnya dapat gue liat tidak dapat menerima kelakuan gue, sialannya itu memang benar. Mana ada yang mau membenarkan kebejatan gue kalau bukan orang gila.

Sebenarnya semua kawan gue ini masih memusuhi gue, apalagi Farhan yang sangat kurus diantara kami semua, dia benar-benar murka dan enggan berbicara ataupun menatap gue. Dia benar-benar menganggap gue tak kasat mata.

gue mengambil duduk di sebelah Keanu yang sedikitnya masih menganggap gue dari pada yang lainnya. Melihat mereka segera diam dalam sunyi mengetahui gue datang tanpa suara dan duduk.

"Minum dulu bro, mumpung di sediain."

Itu suara Keanu yang memecah kesunyian setelah kedatangan gue beberapa menit lalu.

"Udah sembuh lu bajinga?."

"He'em, kaya yang lo liat gue bisa sampai sini dengan sehat."

"Kapan matinya kalau gitu?"Tanya Bara mengakhiri kesinisannya dan mulai bertanya perihal budidaya gue.

Juga perusahaan ayam potong yang mulai gue rintis juga. Dia mulai menanyai bagaimana jika dia meminta harga spesial untuk percobaan pertama penjualan gue bulan depan untuk menjadi suplier salah satu mall besar yang sebenarnya milik abang pertama gue.

"Gue butuh ayam potong yang berukuran sedang dalam keadaan segar setelah potong segera kirim. 20 kg setiap harinya dan datang tepat waktu sebelum restoran buka. Apa bisa?."

"Bisa jika lu menaruh deposit lebih dulu, kami nggak bisa begitu saja mengirim tanpa ada deposit. Pengalaman kemarin membuat gue lebih berhati-hati."

Dan terus bernegosiasi dengan Bara sedang Dennis dan Farhan mulai mengorol yang sesekali di timpali oleh Keanu dan mengabaikan gue. Yang mana kemudian kedua kelereng gue menangkap sesosok familier dan sangat gue ingat postur tubuhnya.

Dia menggunakan dress cantik berwarna pink pastel terlihat cantik dan menawan, sebab beberapa pria pandangan matanya mengikuti kemana si wanita berjalan. Gue berdiri dan segera hengkang dengan suara protesan Bara.

"Gue peri ke kamar mandi dulu."

"Anjing, ini belum selesai kita!!."

Masa bodo dengan Bara, gue hanya ingin segera bertemu dan mengatakan apa yang seminggu ini gue rasakan tanpa perlu menjadi stalker. Tindakan impulif gue sebenarnya terbawa begitu cepat begitu melihat para lelaki di restoran menatapnya terang-terangan dan membuat gue tidak nyaman sejujurnya.

Gue sangatlah posessiv dan sangat sensitif jika menyangkut Faras.

"Hei... bisa kita bicara,"

Gue menghadang jalannya setelah menunggu beberapa lama di depan kamar mandi. Melihat dia akan mengelak mengabaikan gue dengan raut wajah yang sempat tersentak terkejut sebelum mengubah tampang wajahnya menjadi cuek.

"Hanya sepuluh menit, please. Tidak akan lebih dari itu."

Menghembuskan napas lega ketika Faras pasrah menerima dan gue menggenggam tanganya secara paksa walau dia memelintir tangan agar terlepas.

"Gimana kabar kamu?."

"Hah?. Nggak salah denger gue? setelah setahun kalimat begini baru terucap?."

"Oke, aku ganti pertanyaannya. Bagaimana jika aku meminta kamu kembali?. Ini terdengar tidak tau diri memang..."

"Hah!! Tentu ini nggak masuk akal dan tidak tau diri banget. Balik sama lo?. Kamu lupa siapa yang membuang sampah ini dan kamu mau memungutnya lagi?. Udahlah, gue salah memberi kesempatan lo untuk bicara."

Faras beralik dan gue segera menarik lengannya kasar sampai dia berbalik dan gue memeluknya erat.

"Sialan!! lepasin gue!."

"Aku memang salah, sangat, sangat bersalah karena mengkhianati komitmen kita, aku benar-benar minta maaf karena baru bisa mengucapkan kalimat ini. Aku masih sangat menyayangi kamu, aku mencintai kamu sedalam ini ternyata dan aku terlambat menyadari."

"Lepasin gue, bajingan!!. Gue nggak peduli dengan semuanya, kita udah selesai dan lo yang mempermalukan gue di depan banyak orang, lo yang merendahkan gue sebagai kekasih paling memalukan. Lepasin gue... tolong Gibran, gue mau lepas dari masa lalu kita..."

Suaranya memelan dan gue mendapati tubuh Faras bergetar sampai isakan pelan itu datang terdengar. Faras menangis, gue tau dia masih mencintai gue. Mana bisa seorang Faras yang sangat setia dan penyanga sepertinya akan mudah melupakan, gue sangat tau bagaimana Faras.

Gue saja yang bodoh dengan mudahnya berpaling dengan alasan kehilangan perhatian yang seharusnya gue dapat dari seorang kekasih, gue yang tidak membimbingnya dan menuntut bahwasannya hubungan berjalan dua orang lawan jenis bukan hanya seorang memperjuangkan.

Dia yang tolol dengan menyama ratakan ke pekaan seseorang, padahal seharusnya dia sadar tidak semua orang peka dengan sekitar tanpa perlu di ucapkan maupun dijelaskan.

"Maafin aku..."

"Lepas... Lepaskan gue brengsek!!."

Pada akhirnya beberapa menit berlalu Faras mendorong kembali tubuh gue dan berbalik begitu saja sampai gue terdiam dan terpaku ditempat menatap arah perginya Faras menuju meja yang dapat gue lihat dari taman diluar restoran, di kursi yang dituju Faras ada seorang lelaki tengah duduk dan segera berdiri khawatir mendekat kearah Faras yang datang dengan air mata.

Gue mengepalkan kedua tangan tidak terima, hati gue terasa berat melihat tangan lelaki lain mengusap air mata Faras di pipinya, harusnya gue yang melakukan itu, seharusnya guelah yang berdiri disana, seharusnya adalah gue...

Ketololan guelah yang membawa gue menjauh dari Faras. Guelah penyebabnya.

Sampai kemudian ada keributan yang sebenarnya tidak dapat gue dengar sebab ruang vip dengan dinding kaca ini memperlihatkan bagaimana orang-orang di restoran berdiri dan mulai merekam.

Gue berjalan mendekat ketika telinga gue mulai dapat mendengar bisik-bisik terpukau dan terperangah tidak percaya.

"Gilaaaa!! Oppanya sampai ngelapin ingus dan air matanya. Bangke, itu kayanya mau ngelamar dehh anjir!! Pake acara naruh lutut sebelah di lantai. Ihhhh!! beneran lah kampret!."

"Beneran dilamar ya tuhannn."

"Liat tuh.. di luar mendadak ada beberapa orang bawa balon sama bungan anjir!"

"Mauuu!! Gue juga pengin begitu ya tuhan!!!."

Panas, dada gue rasanya panas membakar. Karena si brengsek berani melamar dan menyematkan cincin yang dulu pernah ada punya gue. Mata gue rasanya perih melihat itu, gue sangat tidak suka dan mengepalkan tangan menahan diri agar jangan sampai menerjang dan menghajar Daniel.

Drrtt... Drrttt...Drrtt...

Unknow: Sudah dikata dia akan segera melamar. Seharusnya kamu mengikuti apa yang aku katakan. Bukan malah berlagak sok akan berusaha menjadi baik.

Unknow: Tonton saja sampai jantungmu mau copot melihatnya. Hubungi saja lagi. Jika pada akhirnya berubah pikiran.

.

.

.

Gue duduk dengan kasar diatas sofa di hadapan ketiga teman gue. Gue mendesah keras meraup oksigen sebanyak mungkin kedalam paru-paru.

Rasanya sulit seakan terhimpit. Untuk beberapa menit gue mengabaikan kehadiran teman gue, jari-jari gue meremas rambut kesal dan frustasi.

Gue sedang menahan kegilaan gue dengan akal sehat yang tersisa. Tidak mungijinkan diri untuk berbuat amoral hanya karena emosi bernamakan Cinta.

'Tenang dan rileks. Inhale, exhale. Lo perlu tenang, lu bisa hadapi karena emosi ini akan segera reda dengan waktu'

Gue terus merapalkan pada diri untuk memadamkan rasa yang membludak, gue tidak mau termakan emosi dan terhasut ego untuk menggila. Tidak untuk menyakiti diri maupun orang lain.

Gue perlu sesuatu agar pikiran carut marut ini kembali bersih dan tanpa beban.

Setelah sedikitnya gue dapat mengendalikan diri, gue mendongak hanya untuk mendapati tatapan ketiga teman gue yang biasa tanpa ada rasa iba maupun terkejut.

"Kalian semua udah pada tau? Terutama lo, Bar?." gue bertanya retoris ketika panas dalam dada malah membara kembali dari yang sudah ada.

"Dan apa urusannya dengan lo kalau gitu?." jawabannya membuat gue segera berdiri dan menarik kerah bajunya murka.

"Itu urusan gue sialan!. Masih urusan gue untuk dapatin Faras kembali. Lu tau gue masih mencitai dia lebih dari yang gue tau. Dan apa maksud lo dengan diam saja ketika tau si keparat itu melamar Faras di restoran milik lo dan gue nggak tau?!!!!."

Segera bogem mentah melayang tepat disisi wajah sempurna Bara dimana dia balas memukul gue tanpa ketiga teman gue yang lain relai.

"Kalau gue tau. Gue nggak akan bawa kita semua kumpul disini, anjing!!!. Gue aja baru tau ketika lo sampai. Seharusnya lo yang tolol perlu sadar diri. Faras harus dapat laki-laki lebih daripada lo. Agar lo lihat kalau ada banyak laki-laki yang mau sama dia ketimbang lo yang tidak tau cara bersyukur!!."

"Brengsek!!! Berhenti bicara monyet!!!."

Gue menimpah tubuh Bara yang jatuh diatas lantai dan terus memukul dengan Bara yang menangkis.

Tentu saja gue kalah dengan tenaga dan tubuh besar Bara. Sebab setelah gue memukul tiga kali wajahnya Bara mengubah keadaan dengan gue ya g hamlir tidak sadarkan diri akan pukulan beserta makiannya.

"Cemen!! Baru juga dilamar tapi lo sudah seputus asa gini, bangun lo anjing!!."

Tangan Bara terulur sambil berdiri dan bercuap sakar karena keadaan gue yang kacau dan menangis. Hujat gue sesuka kalian tapi beginilah gue. Yang merana melihat mantan tercinta lo di lamar dihadapan lo.

Semesta seakn memberi tahu kalau gue sepertinya tidak ada harapan untuk mendekat. Gue menunduk dan menyembunyikan wajah di antara kedua lutut yang gue tekuk.

"Pernah dengar pepatah nagwur nggak?. Sebelum janur kuning melengkung, kejar terooosss." Timpal Keanu mencoba melucu di waktu yang salah.

"Lu masih bisa mengejar Faras dengan cara gentle dan baik, kalau yang kemarin terulang lagi. Gue benar-benar akan membunuh lo dan membawa jasad lo untuk menjadi makanan buaya!!."

Imbuh suara Farhan dengan menatap gue tanpa rasa iba maupun ingin membantu. Gue mendongak untuk melihat Farhan yang rahangnya mengeras.

"Gue rasa, Faras belum begitu yakin dengan perasaan dia ke si Daniel. Hanya dia tidak bisa menolak ketika Daniel melamar di depan publik, kalau sampai menolak sama saja bunuh diri. Dan Daniel cukup pintar membuat Faras tidak berkutik untuk menerima secara suka rela atau terpkasa."

Timpal Dennis yang mana dua pasang matanya menatap bagaimana Faras terlihat kaku dan kikuk dengan semua lamaran yang beberapa wanita anggap romantis.

.

.