Chereads / Mengambil kembali cintanya / Chapter 15 - Missing pieces of memory: Faras

Chapter 15 - Missing pieces of memory: Faras

Ingat, ini hanya fiksi. Dan akan begitu sampai seterusnya, jangan terlalu terbawa kepada dunia nyata:)

______

"Ra, bangun ih!! Ini udah jam sebelas siang. WOYYY!! Beneran minta dititipin ke pihak vila kayanya. Susah banget di bangunin, udah kaya orang mati tidurnya, anjir!!."

"Gue bilang juga apa, dia jangan di kasihin alkohol. Tau sekalinya dia teler dan tidur udah kaya lagi simulasi mati. Nggak bergerak."

Gue mendengar suara-suara yang masuk dalam pendengaran tapi mata ini masih sulit untuk gue buka, apalagi perasaan ketika hendak menggerakkan badan malah membuat gue mendesis sebab rasanya pegal dan ngilu bukan main.

Sebenarnya kenapa dengan tubuh ini, gue lupa apa yang terjadi. Gue hanya mencoba terbiasa ketika kedua mata gue akhirnya bisa terbuka dan menatap bayangan seseorang yang tengah berdiri di sisi ranjang gue.

"Nah, akhirnya si putri rapunzelll bangun dari mimpi kepanjangannya."

"Hah?."

Gue masih tidak paham, nyawa gue belum terkumpul dan tidak mengerti apa yang orang dihadapan gue bicarakan.

"Sepertinya dia belum sadar sepenuhnya. Lu beresin deh bajunya si Faras ke koper dan tinggalkan pakaian untuk pulang."

"Jam berapa sekarang?."

Farrel melihat pergelangan tangannya dengan gaya gemulai tanpa jam tang itu dna menjawab malas-malasan.

"Sekarang jam kulit kurang putih. Buru mandi karena kita terlambat balik hanya karena nungguin lo bangun!!."

"Tinggal jawab aja Farrel, ribet banget. Sekarang jam dua belas kurang sejak kami bangunin lo pukul sebelas. Jadi buruan lo masuk kamar mandi dan mandi. Untung Abi miminjam pesawat pribadi pamannya untuk kita pulang karena melihat lo teler luar biasa hanya karena meminum dua gelas minuman jus beralkohol di bawah 45%."

"Hah?."

"Hih?. Buru mandi lah, gue mandiin sekalin lu ya."

Dan setelah itu Farrel membawa tubuh tidak berdaia gue kedalam kamar mandi yang ternyata sudah terisi air dalam bathup nya, dengan tanpa perasaan Farrel menjatuhkan tubuh gue sampai membuat gue terkejut dan tersadar seketika dari nyawa yang sempat tercecer.

"Sialan!!!"

.

.

.

Gue menggerakkan leher dan mendesis pegal, apalagi bagian pinggang gue. Rasanya ngilu dan gue merasa aneh. Memangnya apa yang terjadi ketika gue mabuk?. Apa gue mengamuk dan berbuat hal gila yang memalukan?.

Sebab melihat perangai Salam, Farrel dan Abi yang diam-diam anget kaya pantat ayam ini tidak mengolok gue akan tingkah hilang kewarasan saat mabuk. Itu artinya gue memang tidak melakukan apapun yang merusak image gue.

Gue bergerak gelisah diatas kursi mobil menuju bandara gue kembali mendesis sakit, sumpah bagian pinggang ketika bergerak secara tiba-tiba rasanya linu.

"Kepecirit lu ya?. Dari tadi kagak bisa diem duduknya."

"Pinggang gue sakit, semalem gue nggak buat hal gila kan selama mabuk?."

Gue bertanya pada Salma yang tengah asik bermain game bersama Farrel. Posisi dimobil saat ini adalah, gue duduk di kursi penumpang sebelah kemudi sedang Salma dan Farrel duduk di kursi penumpang belakang serta yang mengemudikan mobil adalah Abi.

Oh, jangan lupakan ada dua mobil hitam ang mengikuti kami dibelakang, itu bodygard milik keluarga Lee yang mengamankan kepergian Abi kebandara.

Uh... susah sekali sepertinya menjadi orang kaya, seakan tidak punya privasi sama sekali.

"Kagak, kita malah nggak tau kalau lu berakhir mabuk. Soalnya semalam kita juga mabuk tapi tidak separah lo."

"Ah... badan gue linu, pegal banget kaya habis nguli."

"Pulang dari sini kita panggil mbok Siti buat ngurut badan lo kalau gitu."

Sampai di bandara barang kami dibawa oleh anak buah keluarga Le, begini rasanya punya teman konglomerat ya. Semuanya di bantu oleh orang lain dan kita hanya bisa menikmati kelarnya saja.

Gue berjalan masih dengan memegangi kedua pinggang sampai lengan Abi memeluk pinggang gue dan menuntun jalan menuju pesawat.

"Apa sesakit itu, sampai kamu pegangi terus?."

"He'em... sakit banget, Bi. Pundak juga ngilu seluruh badan gue rasanya pegal-pegal. Nggak tau ketika gue mabuk ngapain aja."

Gue mengadu sambil menyenderkan kepala pada pundaknya. Tidak, kepala gue bersandar tepat di keteknya, ingat. Tinggi gue hanya sedada Abi dan Farrel juga Salma, gue boncel.

"Nanti pulang dari sini kita beli obat pereda nyeri kalau gitu."

Gue mengangguk manja-manja minta tampol, Abi memang selalu tau apa yang gue butuhkan. Paling pengertian tapi suka bikin kesal sampai ujung planet.

.

.

.

Di hadapan kaca kamar mandi gue menatap bagian membiru di kedua sisi pinggang gue juga tanda kemerahan dibawah payudara gue, sial. Gue tau itu bukanlah merah karena gatal, gue dapat membedakannya. Itu adalah kissmark dari seseorang, brengsek. Apa gue melkukan kesalahan tiga hari lalu dimalam terakhir dipesta itu?

Karena dari info ka Sabrino yang spam pesan padaku mengatakan banyak korban target malam itu yang berakhir didalam kamar dan beberapa yang berhasil mendapatkan tangkapan emas untuk menjadi uang berjalan mereka sekaligus sponsor.

Jangan bilang kalau gue juga menjadi target salah satunya?. Gue menggunakan handuk dan membuka grup pesan dora th explore untuk bertanya memastikan.

GRUP DORA THE EXPLORE

Faras: Gue ingin memastika sekali lagi. Apa kemarin gue tidak melakukan hal gila?.

Farrel: Gue ikan.

Salma: Nggak adaan Faras, pagi harinya lo dapat sadarkan. Tidak ada yang hilang maupun aneh.

Faras: Benar juga. Tapi ada kissmark dibawah payudara gue.

Farrel: KAMPRET!! SAPA?.

Salma: Bisa jadi itu gigitan nyamuk dan lo garuk. Posthink aja dulu, Ra.

Faras: Tapi gue dapat bedakan Sal, mana cupang sama karena gatel di garuk.

Faras: Gue send pict ke lu Ma, buru liat. Itu beneran cupangkan?

Salam: ANJIR!! BANGSAT BENERAN CUPANG!! SIAPA YANG BERANI NODAI TEMAN GUE!!?

Abi: Kok bisa? padahal gue sudah berpesan tidak boleh ada yang mendekati lo?.

Salma: Apa lo tidak mengingat sesuatu apapun itu gitu?. Kaya ada yang gerayangi ataupun masukin anu-nya lu?

Farrel: Sonok lu ada perih kagak?

Faras: IH!! FARREL LU NANYA GITU GUE BLOK YA?!!

Farrel: Yailah. Gue seriusan nanya, biasanya cewek kalau habis dimasukin secara paksa akan berasa perihnya.

Abi: Gue akan urus ini, jadi kalian bisa tenang.

Farrel: Gue tunggu kabarnya Bi. Kabar-kabarin gue, mau gue habisi si bajingan yang berani menargetkan Faras.

Abi: Kita pc gan, jangan biarkan perempuan mengetahui urusan kita.

Farrel: Oke!

Salma: EH KELEAN. AJAK-AJAKIN GUE KALAU DISKUSI!!

Faras: Kalian bedua jangan nagdi-ngadi ya!! Balik ke grup dan bahas bareng-bareng!!

@Farrel keluar dari grup

@Abiandra keluar dari grup

Salma: Bangsatt!!T_T

Gue langsung mengirim pesan pribadi kepada ABi yang mana dia malah memblokir gue begitu juga Farrel. Bocah-bocah bangsat, mereka berdua sengaja agar gue dan Salma tidak ikut campur. Cuma masalahnya ini kan perkara gue.

Kenapa gue tidak boleh ikut campur?.

Gue keluar dari kamar mandi setelah berbenah kemudian rebahan di dalam kamar. Mnecoba untuk memejam dan mengingat apa yang terjadi malam itu, namun gue tidak menemukan titik terangnya sama sekali.

Ada yang hilang dan itu membuat gue tidak nyaman karena sama sekali tidak dapat gue ingat. Sampai seseorang yang merengkuh gue dari belakang mengaggetkan gue sampai membuat gue hampir berteriak.

Mengerikan, ada seseorang didalam kamar ketika orang tua gue tengah bepergian untuk berbisnis. Hanya ada 5 pembantu dirumah ini tengah tidur di lantai satu. Tangan besarnya membekap mulut gue. Gue tetap berusaha melepaskan diri tapi tubuh besarnya merangkap gue yang mungil dalam pelukan eratnya.

"Sssttt, tenang. Aku nggak akan melakukan apapun selagi kamu menurut."

Tidak!! Makluk sialan!! Masa bodo tentang diam, gue perlu menyelamatkan diri dari penyusup mesum ini. Tuhan tolong lindungi gue dengan sigap gue menyikut tepat pada ulu hati si penyusup dengan sikut, bangun dari ranjang dan berlari menuju pintu yang sialan malah dikunci.

"Brengsek!! Berhenti mengelak dan dengarkan aku, atau ku buat sengsara semua orang dirumah ini!!!." Suaranya mendesis marah karena gue masih berusaha melepaskan diri.

"Brengsek!! Apa maksud lo dengan menyelinap ke kamar gue bangsat?!!!."

Setelah teriakan frustasi itu bibir gue dilumat kasar oleh lelaki penyusup ini, gue menangis karena putus asa dalam keadaan tertekan begitu juga terpojok. Mau berteriak percuma, kamar gue dibuat kedap suara karena permintaan gue. Siala, sekarang gue menyesalinya.

Gue terpojok diantara dinding dan tubuh besar dihadapan gue, kini terengah melumat walau bibirnya sudah gue gigit tetap saja dia tidak berhenti. Hanya mendesis kesakitan dan melnajutkan ciuman menjadi lebih lembut dan manusiawi.

Tapi gue jijik, gue menangis ketika dia menjauhkan wajah untuk menjilat aliran air mata di pipi gue.

"Tenanglah... aku nggak akan jahat sama kamu, sayang."

Disitulah gue dapat melihat wajah si penyusup yang langsung membuat jantung gue berhenti berdetak seperkian detik. Postur wajah familiar yang selalu gue ingat dalam kotak ingatan di kepala gue.

Wajah yang kini tersenyum menyeringai karena gue mulai mengenalinya. Dia mengecup pipi gue ketika gue tidak bergerak memberontak seperti tadi lagi, kemudian mengecup hidung gue.

Mata kami berdua bertemu karena dia tersenyum bahagia melihat gue terpaku diam bak patung.

"Rileks, bee. Aku nggak akan sakiti kamu kalau mau menurut. Dan mari kita bicara dengan tenang diatas ranjang atau mungkin melakukan kegiatan menyenangkan disana. Jika kamu ingin."