Chereads / Re:Birth : Greatest Despair / Chapter 4 - Sewanin and Others: Bagian Kedua.

Chapter 4 - Sewanin and Others: Bagian Kedua.

[Bagian 2]

Misi Pertama,

3 bulan setelah bergabungnya Azfar di Sewanin.

Azfar, Yuki dan Wolfgang bertugas untuk rencana mereka merekrut anggota baru. Mereka tengah berada di sebuah cafe untuk bertukar pikiran. Dan mempersiapkan hal-hal yang perlu disiapkan.

"Sebenarnya, penglihatan segala sesuatu adalah jenis kemampuanku, tetapi penglihatanku di sini masih berupa penglihatan yang samar. Dari seluruh kemampuanku yang ada, ada dua kemampuan yang selalu aktif tanpa perlu aktivasi perintah adalah 'secret purpose' dan 'hidden existence'. Dengan kedua kemampuan ini, aku bisa tahu tujuan dari setiap kejadian, dan memungkinkanku mempersiapkan rencanaku. Aku mengetahuinya saat aku menggunakan kemampuan ini dalam memperkirakan posisi para pengejarku ketika di rumah sakit, dan juga ketika berada di kantor agensi, yaitu saat Jean menyembunyikan keberadaannya di dunia ilusi. Akan tetapi, aku harus mengembangkan kemampuan ini untuk misiku selanjutnya. Dengan mengembangkan kemampuanku aku bisa mempersiapkan strategi untuk kemenangan kita bersama." Azfar memberikan sebuah keterangan mengejutkan dari kemampuannya.

"Hm, jadi kemampuan itu sekarang ini masih dalam level bawah, walaupun kemampuan itu berada di tingkatan tertinggi."Wolfgang memastikan kesimpulannya pada keterangan yang Azfar berikan.

"Itu benar sekali, maka dari itu. Mau tidak mau, aku harus secepatnya meningkatkan keahlianku, karena kita tidak tahu kapan mereka bergerak, —dan juga ada yang ingin aku tanyakan tentang peristiwa Gate. Aku tidak terlalu mengenal peristiwa itu, karena pada saat itu aku berada di tanah yang tidak terjangkau sinyal ataupun informasi karena kesibukanku. Jadi aku ingin keterangan lebih lanjut." Azfar mengutarakan rasa penasarannya, dan karena itu pula dia bertanya-tanya sampai saat ini tentang Gate.

"Hm, jadi begitu, baiklah aku berikan beberapa hal penting tentang Gate yang tidak diketahui oleh orang pada umumnya. Pertama, Itu dikenal secara rahasia dengan nama re:birth yaitu kelahiran kembali. Kita ini adalah orang-orang yang terlahir kembali, yaitu kejadian itu adalah melahirkan orang-orang berkemampuan dengan cara mengorbankan rasa kemanusiaannya. Sepertiku dan Wolfgang ini, kita dahulu tidak berada di Sewanin sampai Alice menemukan kita dan memberikan kita rasa kemanusiaan kembali, dan bertekad menghancurkan Gate. Tetapi dalam kasusmu, kamu diundang sendiri oleh Gate, entah apa tujuannya. Yang jelas dirimu tidak kehilangan rasa kemanusiaanmu, dan dirimu juga tidak mengorbankan sesuatu yang berharga untuk memperoleh kekuatan itu, informasi ini aku dapatkan dari luar negeri." Alice memberikan informasi dasar pada Azfar.

"Hm, jadi segala kemampuan di dunia ini dilahirkan karena pengorbanan kepada Gate?" Azfar bertanya untuk memastikan kesimpulannya.

"Ya, benar sekali. Dan itu merusak keseimbangan dunia ini dan muncullah 3 organisasi gelap yang menjadi lawan dari PBB, pada awalnya mereka bertarung tanpa henti. Tetapi setelah pertemuan untuk membahas perang, mereka tidak berperang dengan brutal, dan akhirnya dilakukan secara diam-diam di tempat yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Meskipun aturan itu tidak sepenuhnya berjalan tetapi mampu menekan korban dari pihak non berkemampuan." Wolfgang memberikan keterangan.

"Wah seperti perang sungguhan. Tetapi aku juga ada didalamnya." Azfar yang dengan polosnya menganggap itu sebagai sesuatu tontonan atau film.

"Maka saat ini jika dikaitkan, maka penglihatanmu ini adalah kunci kemenangan bagi kedua belah pihak, yaitu 3 fraksi Organisasi Gelap dan juga PBB mereka pasti mengincarmu." Wolfgang mengutarakan pendapatnnya.

"Tetapi itu semua tidak akan berhasil jika dirimu mampu mengembangkan kemampuanmu lebih cepat."Alice menambahi.

"Karena untuk mendapatkanmu, mereka pasti mengutus orang yang paling hebat." Wolfgang menyambung.

"Benar sekali kau harus membuat kemajuan dengan kemampuanmu itu."

"Baiklah, setelah ini kita akan berlatih tentang beberapa hal yang perlu engkau pahami terlebih dahulu. Karena ini cukup susah mengingat rank kemampuanmu yang langka."

"Yap baiklah, aku akan berusaha lebih keras." Azfar menjawabnya dengan nada tak semangat.

Tetapi mendadak Azfar memberikan isyarat pada kedua temannya untuk diam, sementara Azfar masih berkonsentrasi. Kemudian setelah terdiam beberapa saat, Azfar memberikan sebuah tanda.

"Ada musuh di kanan kita berjarak 20 meter, berjumlah 3 orang dengan rank kemampuan A. Di sisi kanan, ada musuh dengan jarak yang sama berjumlah sama dengan 2 orang rank A dan 1 orang rank S. Ada di belakang kita, 1 orang rank SS. Sepertinya kondisi kita tidak terlihat menguntungkan. Aku melihat kemungkinan kemenangan kita."

"Baiklah, aku akan menuruti kata-katamu."

"Sekarang dihitungan ketiga semuanya ikuti gerakanku dan perhatikan perintahku. Dalam hitungan satu..., dua..., tiiigaa...!!! Lari!!!" Azfar, Wolfgang, dan Yuki berlari sekencang mungkin ke arah kanan menuju 3 orang berkemampuan rank A, seperti biasa mereka dengan mudah melewatinya 3 orang asing itu. Dan dengan sekejap seseorang dengan cepat menghadang jalan mereka bertiga. Seperti yang Azfar duga, ini adalah rank SS. Jhon Dosodor Emerald Lambert E Nenville, dengan kemampuan 'yang terlambat selalu datang terlebih dahulu'

"Hahaha... Sepertinya aku mendapatkan sebuah mangsa besar kali ini." Jhon menyambut kami.

"Hai, Jhin... sepertinya aku harus menggosok lampu ajaib untuk mengundangmu..." Wolfgang menyabutnya dengan nada mengejek.

"Hai, apa kabarmu? Aku harap hari ini kita tidak akan bisa bertahan lebih lama dari 10 menit. Bagaimana jika aku berikan kesempatan padamu untuk menyerang kami terlebih dahulu?"

"Hm, menarik sekali. Tetapi yang menyerang kalian bukanlah aku dahulu, tapi mereka bertiga... majulah! Habisi mereka, dan biarkan dia hidup!" Jhon mengacungkan jarinnya pada Azfar. Azfar nampak terkejut, tetapi disinilah keuntungannya, Azfar dapat membuat sebuah rencana besar.

"Baiklah, kalian berdua, hindarilah menyerang terlebih dahulu. Karena saat kalian menyerang terlebih dahulu, maka keahlian Jhon akan memaksa kalian untuk terluka terlebih dahulu. Ingat itu baik-baik!"

"Mengerti."

"Baiklah, sekarang giliranku untuk beraksi... new skill."

<< Skill baru telah terdeteksi, yaitu Blind dome, ingin menggunakannya? >>

"Baiklah, siapkan konfigurasinya."

<< Baiklah >>

"Blind dome, take out!" Azfar memberikan perintah, matanya kirinya membiru,

"Copyst, tirulah keahlian 'yang terlambat selalu datang terlebih dahulu'!!"

"Apa!! Tidak mungkin!! Sejak kapan kau mempunyai skill seperti itu?"

"Hm, entahlah. Mata ini yang memberitahukannya padaku. Tetapi tenang saja, aku hanya meminjamnya sebentar. Jadi maaf kau akan kukurung dalam kubah kegelapanku. Wolfgang, Yuki. terkenalah serangan mereka! Ini perintah!'

"Baiklah!" Wolfgang, dan Yuki mengenakan diri mereka sendiri dengan sengaja pada serangan para anggota Organisasi, tetapi para anggota yang menyerang itulah yang akhirnya terkena serangan mereka sendiri. Itulah kekuatan 'yang terlambat selalu datang terlebih dahulu', tentunya dengan kemampuan seperti ini, akan dengan mudah memenangkan pertempuran.

"Bagaimana dirimu bisa memberitahuku tentang skill-skill baru itu?" Azfar bertanya pada matanya, tentang kemampuan barunya.

<< Entahlah, sklill baru akan selalu aktif bila dirimu menginginkannya >>

"Oh, jadi begitu, baiklah, mungkin sebaiknya aku harus memberitahu mereka mengurus yang paling besar..." Azfar menoleh ke arah Yuki dan Wolfgang, "Hey, Yuki dan Wolfgang, silahkan serang dirinya dengan hati-hati... tusuk saja dari bagian luar, karena pedang itu akan menembusnya..."

"Baiklah, aku akan mencobanya, biarkan Wolfgang menembakkan peluru khusus untuk menetralisir kemampuan."

"Hm, ada yang seperti itu? Sepertinya kita juga harus waspada bukan?"

<< Laporan dimengerti >>

"Okelah jika begitu aku akan bersiap menembaknya dalam hitungan ke tiga, Yuki serang duluan..." Wolfgang mengarahkan pistolnya ke arah kubah dan menghitung, sedangkan Yuki akan maju dan mendekati kubah untuk melakukan serangan pamungkas. "Satu..., dua..., tigaa..."

"Duar..." sebuah tembakan dilesatkan, Yuki mendekati kubah sedekat mungkin sedangkan aku bersiap untuk membuka kubah dan tampaklah di dalam kubah itu Jhon sedang kebingungan, dan karena rentang waktu yang pendek saat aku membuka kubah, peluru, dan juga pedang itu akan sangat membuat dirinya kerepotan. Dan benar saja, ketika dia melihat ke arah bertiga sayatan pedang yang menembus dan peluru sudah dekat dia tidak punya waktu untuk mempersiapkan segalanya dan dirinya berakhir tertembus oleh peluru dan kepalanya terpenggal.

"Akhirnya, kita selamat."

"Yap benar sekali, tetapi aku masih tidak paham dengan kekuatanmu, bagaimana dia bisa memberikan kemampuan baru?"

"Entahlah yang jelas, dia memberitahukanku jika saat aku membutuhkan kekuatan dia akan mengaktifkan segala kemampuan yang bisa membuatku menang."

"Oh well, itu sangat mengesankan, mengaktifkan seluruh hal untuk menang... jelas itu akan sangat membantu siapapun meraih kemenangan dalam pertempuran ini... Aku tidak mau mengatakannya, jelas level kemampuanmu jauh melebihi kemampuan para pengguna kemampuan pada umumnya. Jadi itu bisa jadi kemampuan penguasa."

"Hm, menarik. Tetapi jika aku terus memikirkannya, aku akan kehilangan tujuan kita dan akan berakhir menjadi aku memanfaatkan kalian dan dunia ini... Aku terkesan menjadi seperti penjahat."

"Mungkin itu tidak perlu menjadi kekhawatiran yang berlebihan, Azfar. Saat ini yang perlu kau lakukan hanyalah memastikan jalan yang kau tempuh telah tepat atau tidak." Yuki memberikan pendapatnya.

"Yap, benar sekali. Kau harus berjalan kedepan, tidak peduli kekhawatiranmu sebesar apa pada masa depan, dan rasa kekecewaanmu pada masa lalu. Engkau harus tetap berjalan, mulai dari sekarang dan seterusnya..." Wolfgang memberikan nasehat pada Azfar untuk tetap melangkah seperti apapun kekhawatirannya.

"Terima kasih, Yuki, Wolfgang. Apa jadinya jika Lee tidak menemukanmu Yuki, mungkin aku sudah berada di lingkaran 3 fraksi organisasi gelap. Tapi mari kita sejenak lupakan itu, karena sekarang tujuan kita adalah..." Azfar berterima kasih pada Lee dan juga Yuki.

"Merekrut anggota baru..." Wolfgang dan Yuki berkata serentak..

—||—

Di sebuah apartemen kecil, di pinggiran kota.

Seorang wanita muda tengah duduk di sebuah kursi, dia menuliskan sesuatu di sebuah komputer, menuliskan beberapa artikel tentang obat-obatan herbal di sebuah blog kesehatan pribadinya. Dan belum lama ini, dia juga dikirimi oleh beberapa surat yang cukup aneh, yaitu dengan amplop yang berwarna hitam dan juga kertas yang berisikan tentang hal-hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh wanita tersebut. Setelah menuliskan artikel tentang tanaman herbal, dirinya pergi ke konbini untuk membeli beberapa bahan masakan dan juga minuman.

Dirinya juga memelihara seekor anjing yang ia beri nama sebagai Anko, dirinya tinggal sendirian, selain itu dirinya juga bekerja sebagai pelayan di sebuah kedai kopi.

Di perjalanan dirinya melihat polisi berkerumun di sebuah tempat, tetapi saat melihat ada beberapa bercak darah, dirinya langsung menghindari kerumunan itu dan langsung pergi menjauh.

Wajahnya memucat, dirinya nampak berlari ringan menjauhi tempat itu.

Akan tetapi itu tidak mampu mengelabuhi penglihatan Azfar yang langsung memberitahu tentang keberadaan seseorang dengan kemampuan yang berada tidak jauh dari mereka.

Azfar dan kedua temannya mengikuti arahan kemampuan dan mengikuti seorang wanita... dan Azfar mempersiapkan sebuah rencana.

"Hey, Wolfgang, bisa dirimu mengikuti perintahku? Aku punya rencana."

"Apa memangnya?"

"Aku ingin dirimu menyenggolnya lalu meninggalkannya begitu saja ketika di konbini. Usahakan agar dirimu langsung masuk ke konbini saat dirinya jatuh, aku akan menolongnya dari belakang.

"Oh begitu rupanya... Baiklah aku percayakan padamu."

"Oke saatnya beraksi. Yuki kamu mau pergi ke konbini atau berada disini?"

"Aku disini saja... kalian berdua pergilah."

"Oke kalau begitu. Ayo!"

Azfar dan Wolfgang memulai aksi rencananya, mereka benar-benar akan melancarkan aksi mereka, dengan keyakinan penuh mereka melangkah sedikit cepat, Wolfgang mencoba menyusul wanita tersebut dengan penuh kehati-hatian, sementara Azfar sedikit melambat untuk memberikan pertolongan di akhir ketika wanita itu terjatuh dan terkilir. Itulah tujuan daripada mereka berdua.

Ketika wanita itu mendekati konbini Wolfgang dengan kerasnya menyenggol dan menginjang kaki jenjang wanita itu hingga terjatuh. "Auu..." wanita itu berteriak, sementara itu Azfar yang dari jauh melihat berlari menutu wanita itu.

"Anda kenapa nona?"

"Kakiku terkilir, karena disenggol oleh orang berperawakan besar tadi."

"Oh, sebentar ya. sekarang ada baiknya jika anda duduk terlebih dahulu di kursi depan, sementara itu aku akan berbicara kepadanya dan meminta maaf, aku temannya." Azfar menuntun wanita itu ke kursi di depan konbini. "maaf sebelumnya, tapi kadang temen saya ini agak kasar jadi hal-hal seperti ini sering terjadi. Aku akan berbicara agar dia meminta maaf padamu. Sebentar, tunggu dulu disini." Azfar pergi ke dalam konbini menyusul Wolfgang. Sementara itu si wanita ini menyembuhkan kakinya sendiri dengan kemampuannya. Dan di dalam konbini, Azfar dan Wolfgang keluar dan menghampiri wanita itu.

"Wolfgang, cepatlah minta maaf, kasihan dia."

"Iya sebentar. Mohon maaf bila tadi aku menyenggol anda, aku tidak sengaja."

"Oh, tidak apa-apa. Lagipula kakiku sudah tidak terkilir lagi."

"Eh, kok bisa? Bukankah tadi sampai tidak bisa berjalan sendiri kan?"

"Oh, ini karena aku pernah belajar tentang cara mengatasi kaki yang terkilir. Jadi sekarang tidak apa-apa."

"Oh, tidak-tidak. Kita harus meminta maaf dengan benar, kepada nona."

"Hm, sungguh tidak apa-apa kok."

"Tidak-tidak, sebagai permintaan maaf. Kami berdua akan mengantar anda ke rumah anda, bagaimana?"

"Hm, apakah kalian tidka sibuk?"

"Tentu karena kami merasa bersalah, kami harus melakukan hal seperti ini sebagai rasa tanggung jawab."

"Hm, tentu baiklah. Aku akan berbelanja." Wanita itu masuk ke konbini dengan kondisi yang lebih baik.

"Oke kalau begitu." Azfar tahu jika mengatasi kaki terkilir itu hanya alasan, karena dirinya juga memiliki kemampuan untuk menyembuhkan."

20 menit kemudian,

Mereka bertiga berjalan dengan posisi Azfar berada di samping wanita itu sembari mengobrol, lalu Wolfgang berada di belakang mereka berdua. Setelah mereka bertiga berjalan cukup jauh, Azfar mulai bertanya untuk sekedar basa-basi.

"Maaf bila lancang sebelumnya, bolehkan aku bertanya tentang nama?"

"Oh iya boleh, tetapi alangkah baiknya jika anda mengenalkan nama anda terlebih dahulu."

"Oh, baiklah. Namaku adalah Azfar, aku bekerja bersama Wolfgang."

"Oh, Azfar. Baiklah, namaku Hikari Kawasaki. Aku bekerja sebagai pelayan cafe."

"Hm, begitukah. Lalu apakah anda tinggal bersama keluarga anda?"

"Eh, tidak, tidak.. aku belum berkeluarga, aku tinggal sendiri di apartemenku. Tidak jauh dari sini, lalu kalian dari mana?"

"Oh, kita berdua ada di agensi yang sama, sebelumnya kami berada di kerumunan itu untuk mengetahui kejadiannya, lalu kami pergi ke konbini untuk belanja makanan ringan untuk kami berdua. Lalu ada kejadian yang tidak diinginkan."

"Oh begitukah, kalau begitu maafkan aku jika mengganggu pekerjaan kalian."

"Hm, tidak apa-apa, tidak apa-apa, kita baik-baik saja."

Di saat mereka bertiga sedang mencair dalam obrolan, tiba-tiba saja mereka dihadang oleh 3 orang misterius dengan penampilan serba hitam, jas hitam, topi hitam dan kacamata hitam.

"Serahkan wanita itu pada kami!!!"

"Hm, siapa kalian?"

"Kami adalah penguasa di daerah ini, kami mendapatkan tugas untuk menangkap wanita itu. Maka kami harus membawanya dalam keadaan hidup."

"Aduh, Wolf mau ditangani yang seperti ini atau tidak?"

"Iya, sepertinya sekarang giliranku membantu untuk ucapan maafku secara pribadi. Dan maaf jika aku menggunakan kekerasan."

"Oke, kekerasan diijinkan!"

Wolfgang melompat ke arah kerumunan, disaat itulah Wolfgang mengaktifkan kemampuannya yaitu 'bertahan dimana seharusnya tidak bertahan' dan melumpuhkan mereka bertiga secara instan.

Setelah itu selesai Azfar memberikan keterangan lebih lanjut, "Maaf sebelumnya nona Kawasaki jika kami tidak jujur mengenai ini, kami adalah pengguna kekuatan. Dan kami disini ingin mengundangmu untuk bersama kami di agensi sebagai staff penyembuh jika ada anggota kami yang terluka. Melihat apa yang terjadi, sepertinya aku mendapati jika apartemen yang anda huni telah ditunggu oleh beberapa orang."

"Tunggu, sebelumnya, kalian sudah tahu jika aku juga pengguna kemampuan?"

"Iya tepat sekali, itu karena penglihatannya. Jika bukan karena itu, kami berdua tak akan mampu melihat kemapuanmu, dan juga para penyerbu di apartemenmu."

"Maaf sebelumnya, lebih baik kita menunggu disini, karena aku sudah memberitahukan pada salah seorang temanku untuk mengatasi mereka."

Saat mereka tengah berbicara, tiba-tiba Yuki datang menghampiri mereka."

"Hm, bagaimana Yuki?"

"Sudah diatasi. Tanpa masalah."

"Baiklah, sekarang waktunya memberikan kesan untuk anggota baru kita, Wolfgang berikan topimu."

"Baiklah..."

Azfar mengambil topi yang disediakan oleh Wolfgang, dan mendekati Kawasaki dan memakaikannya topi tersebut. Dan meraih tangan kanannya dan pergi mengantarkannya ke rumahnya. "Ayo kita ke apartemen anda, nona Kawasaki untuk membicarakan ini lebih lanjut."

"Baiklah."

Sesampainya di apartemen Kawasaki, Kawasaki akhirnya membicarakan apa yang telah terjadi akhir-akhir ini, tentang sebuah surat dan juga beberapa hal lain yang juga mengejutkan.

Azfar memahami hal itu dan menyatakan jika tinggal lebih lama di tempat ini akan meningkatkan resiko dirinya diculik, jadi Azfar memberikan dua pilihan, yaitu pindah dari tempat ini dan bekerja di agensi, lalu tetap berada di apartemen ini dan memiliki bahaya seperti yang tadi dan juga menjalani hari-hari biasa.

Tetapi sepertinya keberuntungan berada di pihak Azfar, Kawasaki memilih untuk pindah dan bekerja untuk agensi tanpa berhenti dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah cafe. Dan Azfar mengiyakan itu. Dan misi pertama Azfar, Yuki, dan Wolfgang bisa dikatakan berhasil.

—||—

[Misi kedua]

Di sebuah tanah lapang, seseorang dengan pakaian putih yang seperti jubah, dengan kerucut di atas kepalanya. Dirinya seperti seorang pemimpin dari kelompok kepercayaan yang sangat dipuja-dipuji oleh para pengikutnya yang mengitari api unggun yang cukup besar. Tengah berkata kepada mereka...

"Terimalah takdir kita semua, pada akhirnya kita akan menang saudara-saudara. Disinilah kita akan mengawali sebuah takdir yang akan memihak kita!" nadanya berapi-api, dirinya sangat percaya diri dengan setiap kata-katanya. "Kita harus memihak pada sang utusan, seseorang yang akan datang membela setiap jeli hak-hak kita!"

"Karenanya, marilah kita sambut kehadirannya dengan apapun yang kita bisa! Kita akan benar-benar menyambutnya."

Malam itu, adalah malam yang sangat mengerikan bagi siapapun yang berada di dekat lokasi itu. Akan tetapi masyarakat telah buta akan hal-hal seperti ini, mereka lebih mementingkan apa yang menjadi rasa kepemilikan mereka. Kehidupan mereka sendiri.

Tetapi di malam selanjutnya diwaktu-waktu yang berdekatan, hal-hal suram seperti itu tidak terjadi di sebuah bangunan, kantor Sewanin.

Didalamnya Azfar dan Alice serta beberapa anggota Sewanin lainnya sedang membicarakan sebuah perkumpulan.

"Baiklah, hari ini kita akan membahas tentang sebuah perkumpulan putih. Aku mendapatkan informasi jika tadi malam mereka akan bersiap-siap untuk melakukan sebuah aksi massa di ibukota dalam waktu 5 hari. Jadi Azfar, apa yang akan engkau lakukan saat ini?"

"Hm, aku tidak ingin sesuatu seperti mengurusi mereka, apakah mereka punya keterkaitan dengan tujuan kita?"

"Iya, seperti mereka mengagungkan Gate dan merencanakan upacara penyambutan setelah kemunculan seseorang yang bagi kepercayaan mereka adalah sang utusan dari Gate, dan itu adalah kamu. Bagaimana? Apa kau tidak tertarik untuk membereskannya?"

"Hm Azfar, sepertinya kali ini kasusnya akan sangat membahayakanmu. Karena secara tidak langsung, pasti mereka telah menyebarkan isu-isu tentang apapun yang menggambarkan dirimu. Dan ketika waktu yang tepat, mereka akan membuatmu menjadi penanggungjawab atas perbuatan mereka."

"Benar juga perkataanmu Wolfgang, dan juga aku mendapatkan informasi jika saat terakhir pemberkatan mereka di tanah lapang, mereka membuat persembahan manusia. Yang kemudian persembahan tersebut dimakan sama-sama. Bukankah itu seperti kanibal?"

"Uh, menjijikkan... Hey tolonglah, aku sedang makan ini. Ah!!!" Jean sedang melahap makanannya. Karena sudah menjadi kewajibannya untuk makan di awal waktu. Tetapi sepertinya tidak ada yang menggubrisnya.

"Tenanglah Jean, makananmu tidak akan berubah menjadi daging manusia." Yuki menjawab dengan nada sedikit kesal."

"Nah, jadi bagaimana sikapmu setelah mendengarkan informasi tentang mereka, Azfar?"

"Hm, jadi seperti itu ya mereka. Tentu ini akan menjadi resiko besar untukku, dan juga mari kita gali lebih dalam dan dimanakah mereka melakukan aksinya. Dan setelah mendengarkan informasi jika mereka adalah kanibal, aku sedikit begidik dengan mereka... Tetapi itu tetaplah sesuatu yang harus aku hadapi..." Azfar mulai serius memikirkan cara yang tepat untuk menghadapi mereka. "Yuki, Wolfgang, Jean. Kali ini, kita akan beraksi di tempat ramai, persiapkan mentalmu..."

"Mentalku? Apa yang harus aku pesiapkan dengan mentalku?"

"Kau tidak tahan dengan pembunuhan atau pembantaian sadis bukan?"

"Eh, siapa bilang. Aku hanya tidak tahan dengan para kanibalis, itu saja." Jean terlihat ragu-ragu dalam menjawabnya.

"Hm, kau terlihat tidak meyakinkan, tetapi tetap akan aku bawa." Azfar memberikan perintah mutlak untuk Jean.

"Yah..." Jean menjawab dengan kepasrahan...

Ketika Azfar berbalik untuk pergi ke luar membeli minuman, tiba-tiba sebuah panggilan menghampirinya. Sebuah panggilan dari teman lamanya yang sudah lama tidak saling sapa.

"Halo Azfar, bagaimana keadaannya?"

"Oh, baik-baik saja. Dirimu?"

"Iya, aku baik-baik saja. Walau sebenarnya sedang banyak pekerjaan ini, aku saja hanya tidur 3-4 jam karena banyaknya tempat yang harus aku kunjungi dan laporan-laporan atas kunjungan dan juga informasi-informasi khusus. Jadi sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Oh, tentu... tidak apa-apa... ada apa?"

"Ini tentang beberapa kasus yang mungkin tidak akan pernah bisa ditemukan dengan benar, bahkan dengan pengguna kemampuan pun akan sangat sulit."

"Apa?! Bagaimana bisa?"

"Ini karena kondisi para pengguna kemampuan yang terus menerus melakukan teror di beberapa tempat, aku bahkan sampai lupa dimana mereka itu berada. Yang jelas, dunia ini butuh sebuah perubahan besar. Dan itu ada di tangan orang yang tepat."

"Apa!? Kenapa menjadi seperti ini, Lee ada apa denganmu? Katakanlah Lee!! Lee!! Lee!!"

"Ah, iya, sudah saatnya aku serahkan padamu. Azfar..."

Lee menutup teleponnya dengan suara yang melemah, Azfar menyadarinya di kata-kata terakhir itu, bahkan Azfar belum tahu tentang rahasianya dan juga kabar dimana istrinya berada. Jikalau Azfar mampu menghubungkan setiap gejala-gejala dan juga kejadian-kejadian daripada apa yang tidak dia ketahui, yang jelas ini sangat membingungkan bagi Azfar.

"Sial..." Azfar memaki, dia tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan untuk membuat sebuah kemajuan dalam kasus ini, dan juga kendala tentang Lee. Baginya ini adalah diluar daripada perencanaannya, dan secara tidak langsung Lee sudah terkait dengan kasus-kasus seperti ini sejak lama. Azfar berpikir keras di perjalanannya menuju vending machine, berpikir tentang Kelompok Putih, Lee, dan juga masa depan kota serta dirinya sendiri.

Tetapi dalam kebingungan itu, Azfar percaya jika ada secercah harapan walaupun kecil. Karena baginya, dunia ini tidaklah begitu penting, karena yang terpenting dan selalu dirinya jaga dengan kedua temannya itulah yang tetap membuatnya bertahan, dan berjuang hingga saat ini. Dan untuk itulah dirinya ada disini dan terus berusaha, itulah yang menjadi keyakinannya.

Dan dari setiap langkah yang dirinya buat bersama dengan orang-orang disekelilingnya itulah yang akan membentuk ikatan yang kuat. Inilah ikatan yang Azfar ingin pelihara, ingin agar ikatan ini membentuk sebuah tali kepercayaan yang kuat.

Azfar mengambil beberapa koin dan memasukkannya ke vending machine, lalu memilih minumannya dan duduk di sebuah kursi sendirian. Azfar hendak berpikir tentang tugas dan juga tentang kelompok ini, dan juga aksinya yang sudah dekat.

Azfar bergumam dalam lamunannya yang berada di atas tempat duduk bersama dengan kopi,

'Hendaknya aku bertindak seperti apa? untuk siapa sebenarnya segala hal yang aku lakukan ini? aku harus punya alasan yang kuat dan juga asumsi yang benar-benar bisa membuatku tenang menjalankan beberapa rencanaku. Untuk saat ini aku ingin agar harapan dan juga organisasi putih ini bisa teratasi, dan aku yakin jika Lee mempunyai hubungan dengan organisasi putih ini. Jika asumsiku ini benar, maka Lee sudah menghambat beberapa langkah mereka. Berarti jika demikian, tujuan kerusakan mereka pasti tidak seperti yang direncanakan diawal. Dan pasti ada dua kemungkinan besar, rencana mereka berhasilkah atau gagal dengan beberapa catatan. Aku harus benar-benar cepat memutuskan akan hal-hal penting ini, agar aku dapat memutuskan dengan benar langkah-langkah rekan-rekanku untuk mencapai keberhasilan.'

Sementara itu, Wolfgang, Jean, Yuki, Alice, dan Kawasaki memilih untuk pergi ke restoran untuk makan-makan.

"Yuki, mumpung kita berada disini sekarang, makanlah makanan yang banyak."

"Iya, benar sekali. Karena saat ini kita sedang bersama-sama, kita harus manfaatkan waktu-waktu yang tersisa ini dengan baik. Apalagi dalam waktu dekat kalian akan beroperasi di Shibuya, bersama dengan Azfar bukan?"

"Iya, benar sekali perkataanmu Kawasaki, sepertinya kita perlu beberapa hal untuk meningkatkan diri kita. Karena aku mulai khawatir dengan keadaan Azfar."

"Ah, iya.. benar sekali seperti perkiraanku. Azfar sepertinya berpikir terlalu banyak, dan juga dia memetakan apa saja yang sekiranya perlu kita lakukan dan memberikan kita seseorang untuk meringankan beban kita."

"Oh iya, benar-benar. Dia juga memberikanku beberapa masukan tenang penggunaan kemampuan ini, seperti; jika kemapuan itu digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna justru kemampuan itu akan pergi dan tidak bisa kembali. Aku tentu sangat mendengarkan hal itu, karena aku sering menggunakan kemampuanku untuk hal-hal yang sama sekali tidak berguna."

"Hm, sejak kapan kau jadi seperti itu Jean? Kau jadi sangat dewasa dengan cara yang tepat. hahaha...."

"Jangan menertawakanku..."

"Yah, tetapi dia ada benarnya. Azfar itu seolah-olah memikirkan keadaan agensi dan bebannya sendirian, sedangkan kita hanya bisa menjalankan segala arahannya. Itulah contoh buruk kita pada anggota baru sepertinya."

"Maka dari itulah, aku ingin menyambut kedatangannya dengan benar di agensi, tetapi sepertinya tidak terjadi dalam waktu dekat. Hey, cepat hubungi Azfar, dia harus ikut kita malam ini, kita pesta."

"Ya, oke, aku akan menghubunginya."

"Hm, ngomong-ngomong dimana Saotome dan juga Eric?"

"Oh, mereka berdua. Aku kira mereka menjalankan tugas mereka..."

"Iya, aku tugaskan mereka untuk berada di Shibuya dan melihat gerak-gerik musuh yang mungkin bisa dijadikan petunjuk. Itu aku lakukan tanpa sepengetahuan Azfar, entah bagaimanapun kita harur berusaha meringankan bebannya. Tidak baik untuk kesehatannnya."

"Wah, ketua. Sejak kapan engkau perhatian padanya? Mohon adil kepada para anggota yang lainnya."

"Hm, perhatianku sebagai ketua hanyalah kepada anggota yang paling berprestasi."

"Ya, terserah ketua saja..."

Sementara itu Yuki berada di luar restoran untuk menghubungi Azfar,

"Halo Azfar?"

"Iya, ada apa?"

"Hm, ini ketua ingin mengajakmu makan-makan, bisakah engkau datang?"

"Iya, aku akan datang... di restoran keluarga biasanya bukan?"

"Iya benar sekali.. Kita tunggu, pokoknya cepatlah kemari."

"Baik."

Azfar menutup teleponnya, dan bergegas untuk datang kesana. Sementara itu Yuki kembali bergabung dengan keramaian anggota agensi. Azfar berjalan menyusuri trotoar di malam ini, sembari melihat ke berbagai sudut kegiatan orang-orang yang bertindak secara tidak alami, seakan tidak ingin menerima kehidupan mereka yang berupa tragedi, kehidupan yang berupa kepalsuan ini, iya, benar sekali, mereka memilih untuk larut dalam kepalsuan daripada tetap memegang keaslian mereka. Azfar merasa akan sangat menyedihkan hidup di dunia seperti ini, melihat kenyataan yang sangat memilukan bagi umat manusia.

Restoran nampaknya sedikit lebih sepi dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya, kecuali rombongan agensi yang menunggu kedatangan Azfar, karena pemilik restoran ini juga sudah mengenal agensi ini, maka dia juga tidak terlalu mempermasalahkannya. Saat mereka tengah asyik dalam candaan dan obrolan mereka, Azfar membuka pintu masuk, "Permisi..." sembari memuka pintu dan melangkah ke dalam, kemudian menutup kembali pintu tersebut.

"Oh hey, mari kita makan-makan dan minum-minum. Jean dan aku sedang bertanding, hahaha..."

"..." Azfar membalas mereka dengan senyuman sambil berjalan mendekat dan mengambil tempat yang tersisa.

"Darimana saja dirimu?"

"Aku, aku hanya berjalan-jalan dan mencari minuman di vending machine. Itu saja, tidak ada yang lain."

"Hm, aku kira kau memikirkan pekerjaan, aku mulai khawatir denganmu, kalau bisa... kau ajaklah kami berunding dengan caramu, agar kami juga bisa menyesuaikan diri dengan gaya bertarungmu."

"Tidak, kali ini kita tidak perlu bertarung. Karena saat ini aku sudah menyusun rencana dengan memasang jebakan dan yang paling efektif untuk untuk membuat mereka tidak melakukan kebaktian aneh mereka lagi."

"Baiklah, kami percaya sepenuhnya padamu, dan tentunya kita akan bahas itu di kantor. Sekarang nikmatilah makanan yang ada di meja makan dan minumlah sepuasmu... hahaha..."

"Hm, baiklah." Azfar hanya menjawab pendek dan tersenyum sembari memesan makanan.

Mereka larut di malam itu dalam suasana kekeluargaan yang hangat dan juga penuh dengan canda tawa, dari setiap karakter mereka yang bermacam-macam.

Sementara itu, tidak bagi Saotome dan juga Eric yang berada di Shibuya. Mereka melihat beberapa orang yang sedang menandai beberapa bagian jalan untuk keperluan mereka, "Saotome, lihatlah! mereka sedang memasang penanda, sepertinya kita harus melanjutkan pengawasan kita, jangan menyerang dan jangan mengganggu mereka." Eric memberikan arahan pada Saotome,

"Baiklah, jika pertarungan tidak dibutuhkan." Saotome menjawab dengan nada penuh kekecewaan. Dan setelah orang-orang yang memasang itu pergi mereka berdua mulai mendekat, dan memeriksa peta pada handphone dan memeriksa arah. Dan Eric mendapati sebuah bukti baru dan lekas memberikan kode pada Alice.

"Halo ketua, aku sudah menemukan sebuh bukti, yaitu sebuah jalan yang ditandai, dan serupa dengan beberapa tempat yang mengeluarkan aura yang serupa, sepertinya ini disesuaikan berdasarkan arah mata angin."

"Baiklah, urusan kalian selesai. Sekarang kalian bisa beristirahat."

"Baik." Eric menutup sambungannya, kemudian berjalan ebrsama Saotome menuju sebuah restoran dan memesan makanan dan minuman.

—||—

Hari ini, Azfar dan Jean mulai berangkat, sedangkan Wolfgang, Eric, Saotome dan Yuki telah berada di tempat, untuk mengawasi jalannya rencana. Di tengah perjalanan Jean bertanya dengan Azfar tentang cara melumpuhkan aksi mereka.

"Tidak, sebenarnya inti dari operasi ini adalah dirimu, sedangkan yang lain hanya membantumu. Jadi ketika dirimu diserang, itu akan mengacaukan segalanya."

"Hm, jadi ini——"

"Kau aktor utama malam ini, jadi kami mengandalkanmu. Aku hanya menjadi pancingan bagi mereka, dan ketika mereka sudah berkumpul di satu tempat. —ledakkanlah bom-bom yang sudah terpasang di beberapa tempat."

"Lalu bagaimana dengan keadaanmu?"

"Aku punya caraku sendiri untuk menyelamatkan diri."

"Hm, baiklah jika begitu, aku akan berusaha. Walaupun aku tidak begitu yakin,"

"Hey, jangan seperti itu. Jika kau ragu-ragu saat ini, kau akan mengacaukan rencana kita."

"..."

"..."

Mereka berdua hanya diam sembari berjalan, kemudian Azfar menganggukkan kepala pertanda untuk segera naik ke gedung tertinggi menyusul dengan Yuki. Sedangkan Azfar melanjutkan perjalanannya menuju penyeberangan Shibuya.

Azfar melihat beberapa orang yang cukup mencurigakan, lalu Azfar cepat menyelinap ke kerumunan orang-orang setelah melihat sosok pemimpinnya, dan berhenti ketika dirinya berada di tengah-tengah jalanan dan memandangi pemimpin gerakan orang-orang tersebut.

"Hey, untuk apa kau lakukan semua ini!?"

"Hm, aku hanya membuat upacara penyambutanmu disini, sekarang silahkan lihat orang-orang ini. Orang-orang yang menunggumu... Sebentar lagi, persembahan darah akan benar-benar menyambutmu." senyum menyeringai keluar dari wajahnya, yang samar-samar ditutupi oleh tudung. Anak-anak, makanlah sepuasmu! Pemimpinmu telah lahir!!!"

Azfar hanya terkejut ketika dirinya meneriakkan yang sangat keji tersebut. Mendadak beberapa orang mulai bertingkah ganas, bahkan mulai menyerang orang-orang yang tidak tahu apapun, Azfar mendengar beberapa teriakan, erangan keras kesakitan dan keganasan yang saling bercampur aduk, Azfar bingung dengan keadaan ini, karenanya ia tidak mengirimkan sinyal pada rekan-rekannya yang ada di atas. Sedangkan yang diatas hanya mampu melihat dengan jelas pemandangan mengerikan ini, meskipun para korban itu berlarian, mereka tetap tidak bisa lolos dari pengejaran, karena memang sudah dipersiapkan agar mereka terperangkap dalam jebakan dan keplompk putih dapat memakan daging mereka.

"Sial, sedang apa dia!?"

"Entahlah, kejadian ini sangat singkat, tiba-tiba saja genangan darah ada di mana-mana, Eric bagaimana di arah Selatan?"

"Disini kondisinya sangat buruk, para penganut ajaran sesat ini sangat beringas."

"Hm, kondisi di arah utara?"

"Aku tidak dapat menggambarkan kejadian ini, ini benar-benar di luar kepalaku"

"Baiklah, sudah cukup, sekarang waktunya meledakkan bom yang telah diletakkan ..., satu,, dua,, tiga,,"

Mereka telah memencet tombol untuk memicu ledakan, dan ledakan ada dimana-mana, ketika para penganut ajaran putih itu memakan mangsa mereka, bom yang dijalanan diledakkan terlebih dahulu, yang meluluhlantakkan para penganut sesat itu. Mereka mulai berlarian kemana-mana, tetapi itu tidak bisa mengeluarkan mereka dari ilusi yang dibuat oleh Jean, sehingga orang-orang sesat itu hanya berputar-putar dan mati bergelimpangan. Akibat bom itu jalanan menjadi hancur, dan kemudian bom-bom yang berada di bangunan mulai diledakkan, dan menjatuhkan material-material dan sisa-sisa gedung itu ke atas jalanan yang berisi manusia-manusia laknat dan yang telah wafat, darah korban dan manusia-manusia laknat itu bercampur dengan material dan debu-debu bangunan yang hancur. Ilusi dari Jean masih dipakai untuk mengacaukan pandangan orang agar tidak mencurigai mereka. Anggota Sewanin yang melihat kejadian itu berkumpul diatas reruntuhan bangunan, Wolfgang, Yuki, Jean, Eric dan Saotome sudah berada di tempat dimana bangunan itu saling bertumpuk. Dan mereka semua berbicara mengenai kejadian yang sangat mengerikan,

"Itu benar-benar ganas, aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat sebelum ini. Mereka benar-benar memakan manusia secara hidup-hidup. Aku benar-benar—"

"Aku juga cukup terkejut, ternyata mereka sangat liar melebihi perkiraanku. Bisa aku simpulkan jika sebenarnya mereka semuanya itu..." Kesimpulan Wolfgang terhenti oleh perkataan seorang wanita disampingnya,

"Tidak memiliki akal sehat." Yuki menyambung perkataan Wolfgang. "Ini mungkin hanya dari mataku saja, tetapi seperti mereka tidak memiliki akal sehat dan hanya menuruti perkataan satu orang saja.

"Yap, benar sekali——" suara terdengar dari arah yang cukup berjauhan, suara wanita yang asing bagi mereka, menyela pembicaraan anggota Sewanin. Orang lain yang mungkin cukup kuat.

"Apa!? Kenapa dia ada disini?"

"Tidak, ini benar-benar gawat. Sebaiknya..."

"Hey-hey-hey, tidak bijak jika meninggalkan lawan begitu saja tanpa ada perlawanan terlebih dahulu."

"Dimana Azfar? Dimana dia!??"

"Hm, aku tidak tahu,.."

"Aku juga sama saja."

"Hm, sekarang lebih baik kita pergi, kekuatannya sangat berbahaya."

"Benarkah semenakutkan itu, sayang?"

"Tidak, jangan kemari, kita mundur..." Wolfgang membuat para anggota pergi menjauh dan meninggalkan lokasi, sementara itu Azfar muncul dari balik reruntuhan.

"Aku tidak percaya ternyata dirimu bisa lolos dengan mudah, Yoanna, pengguna kemampuan 'yang berpikir tidak akan merdeka', benar-benar merepotkan."

"Hahaha... selamat memasuki perangkapku tuan muda, sepertinya dirimu terlihat berantakan. Bisakah aku membantumu membersihkan kotoran yang menempel di pakaianmu?"

"Oh, sepertinya itu akan menjadi tawaran yang menarik jika kita adalah sepasang kekasih, akan tetapi kita berada di sini tidak untuk bermesraan melihat pemandangan indah ini. Kita saling berhadapan di sini sebagai dua orang yang akan berakhir untuk mempertanggungjawabkan perbuatan keji ini."

"Hahaha... maaf bila aku lancang, bukankah ini adalah rencanamu... mengubur para manusia hidup-hidup... aku benar-benar terkesima dengan caramu menyelesaikan ini. Bagaimana dirimu bisa merancang rencana yang bahkan aku tidak ingin melakukannya, bahkan aku tak percaya kau memendam dirimu sendiri bersama dengan orang-orang yang lemah itu. Apa kau berniat untuk mati?"

"Hm, mati ya? Jika aku tidak takut akan mati, tidak mungkin aku memilih untuk berjuang untuk hidup!"

"Sepertinya kau sangat percaya diri, dan aku beri tahu dirimu sebuah nasihat jika terlalu percaya diri bisa membawamu pada kegagalan."

"Hm, bukankah itu seperti dirimu? Aku tidak terlalu percaya diri pada kekuatanku, aku hanya menggunakannya semaksimal mungkin, dan untuk memaksimalkannya, aku juga menggunakan cara lain. Begitulah caraku memanfaatkan kemampuaku."

"Hm, bagaimana dirimu akan membuatku menyerah... Bahkan aku bisa membuatmu menyerah dengan kemampuanku."

"Hm, apakah terlihat seperti itu? Padahal yang sudah kalah disini adalah dirimu. Kau tahu bukan jika ilusi ini dibuat berdasarkan kekuatan milik anggotaku, jadi orang-orang diluar kubah ilusi ini akan mengelilinginya, jika dirimu berani mengalahkanku, mungkin kau akan menjadi penanggungjawab atas kekacauan ini."

"Bagaimana bisa, aku pasti akan mencuci otak mereka untuk menghakimi dirimu dan menyiksa mayatmu, enak saja memanfaatkan kemenanganku."

"Baiklah, sekarang aku akan jujur padamu. Aku tidak bisa menyerangmu..."

"Apa? Hahaha... Setelah sejauh ini kau tidak ingin menyerangku? Hm, ayolah jangan bercanda padaku, kau tidak serius bukan?"

"Benar, aku benar-benar serius."

"Hm, tidak-tidak aku benar-benar meragukanmu."

"Bagaimana bisa engkau ragu, bahkan kau tidak percaya jika aku akan membuat diriku tertimbun dalam reruntuhan bangunan ini. Meskipun pada akhirnya aku pun terpendam juga dan selamat, apakah aku salah?"

"Baiklah, sepertinya aku akan mengalah malam ini, dan sekarang bagaimana dengan kita bermain kuis untuk memutuskan siap yang menang, bagaimana? Tidak buruk bukan?"

"Benar sekali, itu bukanlah tawaran yang sia-sia. Bahkan menurutku itu adalah tawaran yang sangat menguntungkan. Tetapi tidak, aku menolak rencana itu. Karena itulah aku tidak akan menggunakan itu, tetapi akan aku putuskan permainannya, tebaklah kemampuanku."

"Hm, kemampuanmu? Yang benar saja, bukankah kemampuanmu itu adalah semacam penelitian?"

"Benarkah demikian?"

"Eh, apa aku salah? Bukankah kau bisa menebak kemampuanku dengan benar, dan mampu mempesiapkan rencana matang ini, bukankah kemampuanmu itu adalah penelitian? Jangan-jangan kau hanya menggertak." Yoanna mulai sedikit panik.

"Hm, tidak, memang kemampuanku tidaklah seperti itu."

"Lantas apa kemampuanmu?"

"Kemampuanku adalah melihatmu, itu saja."

"Hm, melihat ya, sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa hanya dengan melihat dirimu bisa melakukan hal-hal semacam itu?"

"Benar, itu semua aku lakukan dengan penglihatanku. Aku tidak bohong."

"Apakah kau benar-benar bodoh?"

"Hm, tidak, aku berkata yang sebenarnya padamu. Atau apakah engkau merasa kebingungan?"

"Tidak, aku tidak akan merasa kebingungan." Yoanna mulai panik dan bingung, karena dirinya sama sekali tidak bisa melihat kedalam otak Azfar untuk melihat apa sebenarnya kemampuannya.

Sementara itu disisi lain para anggota Sewanin hanya melihat apa yang dilakukan Azfar di pertarungan.

"Azfar, sedang apa dia? Kenapa mereka tidak saling bertempur." Jean sedang melihat pertarungan.

"Hm, dengan penglihatanku saat ini mereka tidaklah bertempur, tetapi sepertinya mereka melakukan sebuah pertarungan." Wolfgang pun melakukan hal yang sama, karena dirinya tidak paham ia meminta kepada Yuki, "Yuki bisakah kau perlihatkan kepada kami, sedang apa mereka? Maaf meminta tolong, itu karena matamu adalah yang paling jeli diantara kami."

"Baiklah, aku akan melihat apa yang mereka lakukan disana. Sebentar..." Yuki mulai berkonsentrasi dan mengamati gerak-gerik Azfar dan Yoanna di atas reruntuhan dan mendapatkan sebuah gerakan mencurigakan dari Yoanna. "Hm, sepertinya gerak-gerik seorang perempuan disana terlihat kebingungan."

"Apa!? Kebingungan? Bagaimana bisa dia melakukannya pada orang yang mempunyai kemampuan mengerikan seperti dirimu bisa melakukan pembicaraan dengan otakmu dan mempengaruhinya dan membuatmu patuh padanya?" Wolfgang terkejut dengan perkataan Yuki tentang apa yang terjadi di sana. Karena penasaran Jean yang buta kondisi mempertanyakan sesuatu pada Wolfgang, "Hm, apa!? Jadi wanita itu adalah Yoanna si Penggerak itu! Tidak bisa aku percaya, Azfar bisa membuatnya kebingungan."

"Aku saja tidak bisa mengalahkannya meskipun dengan kemampuanku yang seperti ini, mungkinkan dia bisa melakukannya." Wolfgang mulai bercerita tentang pengalamannya waktu itu.

"Hm, tunggu dulu Wolf, bukankah dirimu pernah berkata jika dia mempunyai kekuatan yang bahkan dia tidak tahu? Mungkin saja itu salah satu keahlian matanya." Eric memberikan pendapatnya..

"Mungkin saja, mengingat kemampuannya sangatlah mengesankan. Benarkah dia adalah pengguna kemampuan raja?" Saotome mulai menanggapi percakapan.

"Hm, entahlah, semua orang bisa menafsirkannya sendiri-sendiri. Tetapi mungkin kali ini aku setuju dengan pendapat Wolf tentang dirinya, karena yang aku tahu dia benar-benar diatas kita." Eric terkesan dengan apa yang bisa Azfar lakukan selama ini.

"Iya, mungkin kita beruntung, karena dia bergabung dengan kita." Wolfgang mulai memuji Azfar dan melanjutkan perkataannya, disambut dengan senyuman oleh setiap anggota, "Hahaha... saatnya menyambut kemenangan kita."

"Iya mari berdiri." Eric berdiri mengajak yang lain untuk berdiri...

Mereka berdiri diatas gedung yang hanya tersisa setengah saja. Sedangkan di bawah mereka, Azfar terlihat mulai memenangkan pertaruhan mereka berdua. "Bagaimana, apakah engkau mengaku sebagai pihak yang kalah?"

"Benarkan aku tidak bisa memikirkannya, apakah dia memang sekuat itu, meskipun dia belum terbangun sepenuhnya?" Yoanna mulai kalut dalam pikirannya yang tak bisa memikirkan apa yang dipikirkan oleh Azfar, dan Yoanna akhirnya hanya bisa tertunduk dan lesu. Dan kemudian bertanya pada Azfar. "Sebenarnya apa yang engkau lakukan padaku?"

"Aku hanya melakukan beberapa hal dengan melihatmu, setelah aku melihatmu aku langsung membuat pikiranmu tersegel dengan mind blind yang hanya berfungsi kepadaku, dan untuk meyakinkanmu, aku akhirnya menghadapi reruntuhan itu agar kau menganggap aku sebagai orang lemah yang berkemampuan lebih. Dan saat dirimu termakan oleh teknik itu, akhirnya aku mengajukan agar kita melakukan pertandingan percuma ini, karena seak awal aku memang sudah mengalahkanmu. Karena kemampuanku."

"Lantas sebenarnya apa kemampuanmu?"

"Hm, kemampuanku adalah 'melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat' bukankah itu kemampuan sempurna yang melebihi dirimu? Yoanna, maaf jika aku bertindak demikian."

"Sial, ternyata aku memang sudah salah sejak awal. Akulah yang terlalu mengagungkan kekuatanku sendiri. Kau adalah orang yang menarik."

"Baiklah, terima kasih atas pujianmu. Mungkin aku bisa jatuh cinta, tetapi kali ini tidak— Eric silahkan kemari bersama semuanya." Azfar menghubungi Eric dan serentak mereka mulai turun dan berdiri di belakang Azfar.

"Eric, penganglah kendali kalian untuknya. Sekarang sudah aman, dia tidak bisa membaca pikiran kalian lagi."

"Sepertinya hari ini operasi kita berakhir dengan sempurna. Tidak bagus aku mengatakannya, tetapi bangunan yang dihancurkan apakah bisa diganti rugi dengan mudah?"

"Ah, untuk itu aku serahkan pada Alice dan Kawasaki." Azfar membuatnya terlihat mudah, padahal kedua nama itu tidak tahu apa-apa kecuali operasi di Shibuya.

Mereka yang bertugas di Shibuya akhirnya menghubungi Alice yang berada di kantor agensi melalui sambungan telepon yang dibawa oleh Jean, sedangkan Eric ditugaskan untuk membawa Yoanna menuju ke Agensi dengan mata yang tertutup, kemudian Ilusi yang berada di penyeberangan Shibuya dihilangkan dan menampakkan berbagai kerusakan yang mengejutkan di tengah malam.

Dan pertempuran malam ini berakhir, akan tetapi kebahagiaan mereka tidaklah berlangsung lama, karena itulah Azfar memilih untuk merahasiakan sebuah informasi penting, yaitu tentang Lee dan juga Emily yang berada di sisi lain dunia dimana Azfar berada.

—||—