V yang dipanggil oleh Lee mulai bergerak, dia membawa beberapa orang. Mereka tergabung dalam tim utama G.I.A (Gate Investigation Association), mereka bertiga menyusul Lee. Kemudian di saat yang sama, Lee tengah terkepung oleh anak buah pengebom. Tetapi Lee memutuskan untuk tetap tenang sembari menunggu bantuan, meskipun dirinya penuh dengan luka-luka dan kehilangan darah. Lee tidak jemu untuk tetap bertahan, dirinya tetap berusaha untuk yakin akan rekan-rekannya yang akan datang. Sampai akhirnya mereka bertiga datang...
"Uhuk... Akhirnya kalian datang, kenapa lama sekali?" Lee menyambut kedatangan mereka.
"Maaf kalau terlalu lama, kami harus menunggu V terlebih dahulu L." K datang dengan sedikit menyalahkan V.
"Hey kenapa aku disalahkan disini?" V mempertanyakan pernyataan K
"Tenanglah, kalian berdua K dan V kita harus bekerja sama disini." R berusaha melerai omong kosong mereka berdua.
"DIAM KAU R!!!" V dan K membentak R bersamaan.
"O-okee———" R sedikit takut.
"Oke, baiklah saatnya kita sudahi perkelahian ini, dan kami akan mengurus mereka semuanya. Bagaimana L?" K menyudahi perseteruannya dan mulai bergerak..
"Oke, baiklah aku serahkan mereka pada kalian, aku akan beristirahat sejenak." Lee mengisyaratkan jika dirinya dapat pingsan dengan sedikit tenang. Sedangkan para rekannya mulai beraksi meloncat kesana kemari, dan juga membuat para bawahan itu kalang-kabut karena perbedaan kemampuan yang cukup jauh. Akhirnya V, K, dan R membereskannya kurang dari 5 menit, dan ketika mereka ingin membawa Lee seseorang menghampiri mereka.
"Oya-oya... ternyata kalian tidak kalah hebatnya..."
"Hm, siapa dirimu!?"
"Hehehe... Aku hanyalah pengembara, aku datang ke beberapa negara untuk tujuanku. Aku adalah orang yang menyerang rekanmu itu... Mohon maaf, akan tetapi dia harus aku serang karena termasuk dalam tujuanku."
"Apa! Apa yang kau maksud?"
"Tidak, tidak begitu penting... Ini hanya masalah pribadi, jadi aku hanya akan melukainya. Aku tidak berkeinginan untuk membunuhnya... hehehe..."
"Hey pak tua, jangan berkata tentang hal-hal aneh dan tidak logis seperti itu... Aku bisa saja menyerangmu begitu saja pak tua. Seperti...." K dalam sekejap langsung berada di belakang pak tua tersebut. "Seperti ini... Jadi jangan macam-macam kau dengannya."
"Oh nak, tidak baik jika dirimu mengancam orang yang lebih tua darimu... Karena orang yang lebih tua, mungkin bisa saja lebih berbahaya, seperti ini misalnya..." Pria paruh baya itu seperti ingin menunjukkan sesuatu pada K tetapi sebelum berlanjut, R yang melihat kemampuan dan juga sihir dari pria itu berteriak pada K.
"Kembali K———"
"HA———"
K berhasil kembali dan tiba-tiba ledakan terjadi di tempat berdirinya pria tersebut, mereka bertiga mulai duduk dan membicarakan tentang pria itu, sedangkan R mengikuti alur sambil mengobati Lee.
"Siapa pria paruh baya tadi? Kekuatannya juga apa sebenarnya?"
"Aku tidak pernah mengenalinya, tetapi dia cukup ahli dalam pertarungan jarak dekat dan juga jarak jauh."
"Iya, benar sekali... Di samping dirinya mempunyai kemampuan unik itu, dia juga mempelajari sihir. Sehingga kemampuannya akan lebih optimal dan juga lebih baik, jika berhadapan dengan orang sepertinya... Tentu aku lebih memilih kabur untuk sementara waktu sambil mencari strategi yang mampu melawannya. Terlebih, saat aku amati... Dia bisa saja mengalahkan kita bertiga dalam sekali serang..."
"Apa? seberbahaya itukah dia?"
"Itu menurut pandanganku, tetapi dalam standar kemampuan... Jika kemampuannya telah tercampur dengan sihir maka, itu bisa saja terjadi..."
"Apa maksudmu, R?"
"Tidak, tetapi musuh kita yang barusan... Dia memiliki kemampuan yang standarnya berada di atas kita bertiga... Dia berbahaya..."
"Tidak mungkin..."
"Maka dari itu, berhadapan dengannya adalah kesalahan. Apalagi sampai menantangnya, itu sama seperti buah simalakama... Lihatlah luka-luka dan juga apa yang telah dialami oleh L ..., bukankah ini tidak wajar?"
"Benar sekali. Jika kita tidak terlalu memperhatikannya, maka kita bisa langsung dihabisi oleh pria itu. Tetapi aku juga tidak tahu siapa dia yang sebenarnya, mungkin ada baiknya jika aku tanyakan saja pada informanku nantinya."
"Ah, lain kali kau K jangan melihat seseorang dari penampilannya. Dia cukup kuat untuk melemparkanmu menjadi butiran-butiran kecil. Hahaha..."
"Eh-kau..."
"—Hey, sudah-sudah... L sedang beristirahat."
"Baik."
Mereka disana menunggu hingga luka-luka Lee ditutup oleh perban dan antibiotik. Setelah itu, mereka kembali ke markas mereka di Mesir dan beristirahat. Kemudian keesokannya, V menghubungi beberapa informan untuk mengetahui tentang pria paruh baya yang mereka temui, tetapi tidak menemui hasil. Setelah itu, Lee menceritakan kronologinya pada rekan-rekannya dan kembali beberapa saat bersama Emily istrinya.
—||—
Langit itu masih menatapku dengan amat syahdu, kelembutannya telah membuatku betah untuk berada di bawahnya begitu lama. Langit ini, adalah langit yang sama menaungi Azfar. Mungkin hanya patahan bumi yang memisahkan kita, di bawah langit ini kita masih sama. Iya, langit akan selalu menyampaikan kerinduanku padamu Mustafa. Karena dibalik rayuan dan gumaman langit yang menggelegar, sesekali memekik di telinga pendengarnya. Langit itu ..., masih sama. Langit itu tetap menaungi manusia, tak ingin bermuram durja atas perbuatan manusia yang menyakitinya. Dirinya tetap memberikan kehidupan pada bagian bumi yang terjamah dan tak terjamah sekalipun oleh manusia.
Aku adalah Naomi, seorang wanita yang sekarang hanya mampu mencintai seseorang yang bernama Mustafa. Aku memutuskan untuk meninggalkannya sesaat setelah aku mengakui perasaanku di malam itu, saat aku menangis karena ditinggalkan oleh lelaki yang aku cintai. Saat ini, kenangan-kenanganku bersamanya masih tersimpan rapi. Di balik suasana langit yang muram ini, hatinya masih mampu bertahan untuk kehidupan seseorang. Langit itu kini sedikit mengeras dan tak lagi rapuh dan trancam runtuh, bumi telah menyelamatkannya dari kerapuhannya. Langit itu hanya mengasihi bumi yang menyelamatkannya dengan kasih sayang, kasih sayang itu jatuh ke atas bumi untuk kelangsungan hidup bumi. Karena bumi, memberikan kehidupannya tidak hanya kepada langit. Tetapi bumi lebih bermurah hati daripada langit, bumi memberikan segalanya pada makhluk hidup yang berada diatasnya. Mereka sadari atau tidak, mereka merusak atau memeliharanya. Bumi masih tetap menyayangi mereka dengan segenap kemampuannnya, itulah kasih yang disebut sebagai cinta.
Aku selalu memberikan kasih itu pada bumiku, entah mengapa diriku tetap tidak mampu melupakannya dan juga mengesampingkannya. Secara tidak langsung, bumi telah memikat langit dan membuat diriku tidak bisa berpaling dari bumi. Cinta selalu saja membisikkan pada langit untuk selalu memandangi bumi meski dari kejauhan, tetapi perasaan mereka tetap tersampaikan.
Aku tersenyum sendirian, di balik rasa kesepian merindukannya. Tetapi pikiran tentangnya adalah bagian dari keseharianku, karena saat ini aku bekerja untuk seseorang. Orang yang cukup misterius, memiliki segalannya, harta, wanita, dan juga jabatan. Kehidupan yang sangat mudah baginya, karena saat ini dirinya sedang berada dalam sebuah mega proyek rahasia yang dimana aku menemaninya dalam beberapa kesempatan.
Lelaki itu terkadang mengurung dirinya di dalam ruang kerjanya, sesekali pun aku juga berada di ruang kerjanya itu. Ruang kerja itu amat sangat rapi, rak-rak yang penuh dengan pengetahuan. Meja dan sofa yang empuk, dan juga meja kerja serta kursi yang cukup besar. Di meja itu, ada beberapa tumpukan kertas dan juga laptopnnya. Tetapi perhatianku lebih tertuju pada sebuah foto yang ada di atasnya. Foto masa lalu, dimana 3 orang anak yang saling merangkul dengan ekspresi mereka yang bermacam-macam. Seperti saudara, tetapi tidak bisa dianggap saudara. Teman, tapi lebih dari sekedar teman. Mereka jika digambarkan seperti 3 serangkai yang saling melengkapi satu sama lain, kelebihan dan kekurangan mereka. Aku selalu beranggapan demikian, dan juga aku tidak berani menanyakannya pada tuan rumah ini.
Bagiku, rumah ini adalah rumah yang misterius. Begitu luas dengan gaya klasik yang begitu kental, dengan beberapa pembantu yang berpakaian rapi. Aku bisa beranggapan jika ini bukanlah rumah, melainkan mansion kerajaan. Menurutku dirinya diberikan fasilitas kerajaan, dan juga mengikuti beberapa kegiatan organisasi yang dia ikuti. Menurutku, dirinya adalah pribadi yang sempurna. Wajah yang rupawan, harta yang berlimpah, gelar yang tinggi, dan juga mansion beserta isinya. Wanita manapun pasti akan mudah terbujuk dan dirayu olehnya, kecuali langit. Karena langit telah memutuskan untuk menatap bumi sepenuhnya.
Kini, lelaki itu sudah seminggu meninggalkan mansionnya, terlebih lagi tidak ada tanda-tanda akan kepulangannya. Sepertinya dirinya memang berniat untuk pergi dalam waktu yang cukup lama, dan saat ini dia tengah menjalankan rencananya. Rencana yang amat sangat rahasia, yang diriku hanya bisa tahu jika rencana yang ingin dia lakukan adalah...
—||—
Agensi Sewanin, Penjara Bawah Tanah.
Azfar, dan Eric sedang menunggu Yoanna. Mereka berdua tengah duduk bersebelahan dan Yoanna berada di sebuah ruangan khusus yang mampu menonaktifkan kemampuan. Mereka ingin menggali informasi yang diketahui oleh Yoanna.
"Hai, nona... Bagaimana kabarmu disana?" Azfar menyapa Yoanna dengan santai
"Hm, bagaimana menurutmu keadaanku saat ini Azfar?" Yoanna membalasnya dengan nada yang sama. Tetapi lebih sedikit memberikan gaya bangsawan dalam dirinya, mungkin dirinya meniru salah satu tokoh bangsawan perempuan yang haus darah, seperti Elizabeth Bathory.
"Hey, Eric... menurutmu bagaimana keadaan di dalam tahanan yang bersih da juga rapi? Sangat nyaman bukan?" Azfar bertanya pada Eric yang ada disampingnya.
"Jika berbicara tentang tahanan yang nyaman, tentu aku lebih memilih tinggal di tahanan agensi. Daripada aku berada di tahanan kepolisian..." Eric menjawabnya dengan jawaban seperti pengalamannya sebagai seorang polisi yang mengawasi para tahanan.
"Hm, menarik... Mengapa kau bisa berkata demikian?" Yoanna sedikit tertarik dengan pengakuan itu.
"Hm, kau tahu tidak nona, dia mantan anggota kepolisian..." Azfar memberikan sedikit fakta tentang masa lalu Eric saat menjadi polisi.
"Hm, mantan anggota kepolisian? Itu berarti kau pernah bersama dengan Kitamura..." Kemudian Yoanna menebak tentang salah satu rekannya yang juga pernah menjadi polisi.
"Iya, aku pernah bersamanya, dia dulu sama sepertiku. Kemudian dirinya mulai berubah setelah kejadian Gate. Dirinya sudah tergila-gila oleh 'kebijaksanaan'-nya sendiri, mungkin saat ini dia sudah sangat kuat. Karena dulu saat dirinya bertugas untuk menangani masalah bom dan terorisme, dirinya mulai tertarik dengan kebijaksanaan dan juga mempelajari tentang beberapa jenis bom ketika itu. Kemudian, dirinya merubah cara berperilakunya, caranya berkata-kata saat itu pun sangat kacau. Saat itulah akhirnya dirinya mulai diturunkan dari beberapa tugas dan jabatan, hingga pada suatu saat aku dan dirinya sedang minum-minum dia berbicara tentang rencananya padaku. Dia ingin memberitahukan pada dunia tentang kebijaksanaanya dan juga cara pandangnya, mereka yang tidak sesuai atau mengejeknya akan dia musnahkan. Maka hari penghakiman untuk kantor kami saat itu terjadi, dia meledakkan kantor kepolisian cabang dan membuat aku beserta mereka yang ada di dalam sana. Kemudian dirinya tertawa terbahak-bahak seperti seorang pemberontak, kemudian dirinya kabur entah kemana hingga saat ini..." Eric memberikan rincian tetang kisah masa lalu Kitamura.
Ketika Yoanna membuat Eric membeberkan rincian tentang masa lalunya, Azfar teringat akan sesuatu, kemudian dirinya bertanya pada Eric. "Eric, apakah kau tahu pelaku yang membom Tokyo Tower ketika itu?"
"Hm... Oh iya..., kau salah satu korban selamat dari bom tokyo waktu itu ya."
"Ah, iya... aku adalah salah satunya. Dan Yuki adalah yang menjagaku, ketika aku dalam keadaan koma di rumah sakit. Sudah lama sekali rasanya, dua setengah tahun telah terlewat semenjak kejadian itu dan merubah gaya hidupku." Azfar mulai mengingat kembali masa lalu yang telah terlewat selama beberapa tahun kebelakang.
"Hm, kau ingin tahu tentangnya tidak Azfar? Aku kira, sampai saat ini. Kau sangat penasaran dengan apa yang sesungguhnya pelaku inginkan bukan?" Yoanna memancing pembicaraan antara Azfar dan Eric.
"Hm, aku? Entahlah nona, aku akan selalu ingin bertemu dengan pelakunya dan berbicara kepadanya. Mengetahui maksud daripada tindakannya selama ini, itulah yang aku inginkan. Karena kata-katanya itu selalu terngiang beberapa kali dalam pikiranku. Dan aku selalu ingin menanyakan itu,Yoanna apakah engkau mengetahui sesuatu tentangnya?" Azfar bertanya pada Yoanna tentang pelaku yang mengebom tempat pertemuannya dengan sahabatnya.
"Kenapa tidak kau tanyakan saja pada dia yang ada di sampingmu.? Dia adalah temannya..." Yoanna membalas sambil memberikan isyarat kepada Eric yang berada di samping Azfar saat itu.
"Hey, dia putus kontak denganku setelah kejadian itu. Ku dengar dia pergi melalang buana ke beberapa negara untuk membuat kelompok sampai saat ini, mungkin itu adalah salah satu aksi kelompoknya. Yoanna, berikanlah keterangan yang mungkin bisa aku pahami!" Eric memberikan cerita sedikit masa lalunya yang tidak diektahui oleh Azfar.
"Oke, baiklah. Dia sedang berada di Mesir beberapa minggu lalu, dan mungkin dia akan kembali. Dirinya sudah mendirikan kelompok, kelompok itu bernama 'Kebijaksanaan Agung'. Menganggap siapapun yang berada di luar kelompoknya adalah domba-domba yang tersesat. Meskipun dia berada di 3 Fraksi utama, dia adalah yang paling liar diantara kami bertiga. Untuk kalian berdua, mungkin dalam kelompok kalian ini ada udang di balik batu. Dan juga mungkin sebentar lagi, kalian akan berhadapan dengan 'Kebijaksanaan Agung'-nya. Jadi aku harap kalian bersiap-siap, karena dirinya berambisi untuk menjegal kelompok ini setelah apa yang terjadi padaku. Kalian sudah dianggap sebagai penghalang, maka untuk itu... Kalian akan dibebas tugaskan oleh 'Kebijaksanaan Agung', hahaha..." Yoanna tertawa dan berbicara seperti layaknya pemimpin yang mengancam musuhnya.
"Aku tidak percaya, dia malah berpidato ancaman pada kita. Padahal dia sedang dipenjara dan berada di tempat yang dirinya saja tidak tahu ada dimana." Eric sedikit mengomentari apa yang dibicarakan oleh Yoanna
"Hm—" Yoanna sedikit tertarik dengan apa yang Eric utarakan tentangnya.
"Eh, bukan begitu... Berterima kasihlah padanya Eric ..., jika tidak begitu aku juga tidak akan pernah tahu siapa sebenarnya pelaku pengeboman itu... Maka, jika saat pertemuan antara kita dan 'Kebijaksanaan Agung' telah tiba, aku berharap jika kita bisa memenangkan pertarungan itu." Azfar memberikan sedikit rautan keceriaan dan harapan pada Eric dan juga Yoanna yang berada bersama mereka.
"Hm, menarik sekali pembicaraanmu Azfar... Tetapi aku beri tahu satu hal jika menghadapinya tidaklah semudah menghadapi diriku seperti saat itu, walaupun aku akui jika aku kalah karena keteledoranku. Tetapi suatu hari, aku akan benar-benar melakukan sesuatu untuk kalian. —Hahaha... aku ingin beristirahat kembali..." Yoanna tertawa sambil kembali ke ruang tahanannya.
"Oke, baiklah... selamat beristirahat nona... sampai jumpa kembali, kami pastikan akan memberikanmu makan dan juga kebutuhan khususmu." Azfar mempersilahkannya meninggalkan pertemuan, dan kemudian berdiri diikuti oleh Eric.
"Eh, tunggu... Azfar. Apakah kau tidak marah pada temanku? Apakah kau tidak ingin membalas apa yang telah dia lakukan padamu?"
"Hm, mungkin aku akan memberikannya dendam. Tetapi aku juga tidak bisa begitu saja larut akan dendamku dan menyerangnya tanpa ketenangan. Yang jelas saat ini, aku lebih mengkhawatirkan keselamatan kalian daripada diriku sendiri. Dan juga aku tidak enak dengan Yuki dan juga Alice yang telah merawatku dan juga memberikanku tempat disini. Itulah mengapa kalian tidak boleh mati cepat-cepat, biarkan aku yang berkorban demi kalian semuanya."
"Ha——"
"Sudah-sudah, ayo kita ke kantor bersama yang lainnya..." Azfar menyudahi permbicaraan itu dan mengajak Eric ke atas, dan mereka berjalan menyusuri lorong panjang dan cukup sempit. Dan mereka berdua tidak pernah tahu apa yang telah menunggu mereka di permukaan.
—||—
Kantor Agensi Sewanin.
3 Minggu setelah penyerangan di Mesir.
Alice, Yuki, Saotome dan juga Wolfgang sedang berada di kantor. Sedangkan Jean sedang entah berada dimana, dia sedang bersenang-senang dengan dua orang yang penah dia temui. Mereka yang berada di kantor sedang mengerjakan beberapa hal, Wolfgang yang membaca buku, Saotome yang memakan beberapa cemilan yang tersisa, dan Yuki yang membawa berita baru.
"Alice, barusan... aku mendapatkan kabar tentang penyerangan misterius peledakan di sebuah penginapan yang menewaskan beberapa orang. Tetapi seseorang selamat, dan juga beberapa mayat yang ditemukan di taman tak jauh dari lokasi ledakan. Apakah ini ada kaitannya dengan pengguna kemampuan?" Yuki berbicara kepada Alice, tetapi sayup-sayup Wolfgang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
"Hm, Yuki... aku juga mendengarkannya, kabarnya itu adalah salah satu klien kita. Tuan Lee, seperti informanku yang berada di sana. Dan juga, dia mengabarkan padaku jika pelaku adalah satu orang."
"Apa? Satu orang?"
"Iya, mereka yang tewas adalah bawahannya. Jadi saat itu, Lee hampir terbunuh dan dia memanggil bala bantuannya. Kemudian pelaku utama itu datangi mereka setelah mereka selesai dengan anak buahnya, mereka sempat berhadapan, sampai akhirnya pelaku itu meledakkan dirinya dan lenyap begitu saja." Alice menerangkan lebih rinci kepada Yuki, karena dirinya lebih dahulu mengetahuinya. Wolfgang nampak sedikit tetarik dan menutup bukunya dan bangkit dari sofa.
"Oho... nampaknya ada yang menarik... apakah ini tentang sebuah peristiwa di Mesir beberapa waktu lalu?" Wolfgang mulai masuk dalam pembicaraan dan berdiri di samping meja Alice.
"Hm, kau sudah tahu juga?"
"Iya, dalam beberapa kali itu diberitakan oleh pihak media. Dalam keadaan yang tak pasti seperti ini, sudah jelas tayangan seperti itu akan menambah beban pikiran masyarakat. Dan juga sepertinya itu hanyalah pengenalan dari organisasinya." Wolfgang memberitahu tentang penyebaran berita itu.
"Nah, menurutku tidak begitu, itu sudah terjadi sangat lama. Ketika peristiwa bom bunuh diri di Tokyo Tower itu, itu juga menurut dugaanku adalah dia. Tetapi dugaanku itu, belum bisa didukung dengan bukti yang kuat."
"Menurutku kemungkinan itu bisa juga, tetapi menurutku pelaku tidak akan melakukannya dengan cara yang terang-terangan seperti itu. Jika dia benar-benar bisa sebagai pengebom, tentu dia akan bersembunyi di suatu tempat. Kemudian tempat yang menjadi targetnya akan dibom, dan luluh lantak oleh bomnya seperti...."
Ketika Wolfgang menjelaskan beberapa hal tentang teori bom bunuh diri dan pengebom, tiba-tiba saja suara ledakan dan juga kantor mereka meledak. Mereka terkubur hidup-hidup di reruntuhan banguan, Alice masih bertahan dengan pelindung yang ia buat, meskipun agak terlambat, dan tak lama setelah itu dia juga akhirnya ambruk dan tertutup oleh beberapa rak kayu. Kantor Agensi Sewanin telah luluh lantak dalam sekejap oleh 'Kebijaksanaan Agung'.
Kemudian sang pemimpin mulai menghampiri reruntuhan itu, Yuki yang masih sadar tidak bisa melakukan apa-apa. Dirinya terbaring lemas karena sebagian tubuhnya tertimpa reruntuhan dan Wolfgang pingsan bersama Yuki di belakangnya.
Sang pemimpin itu tidaklah sendiri, bersamanya ada 5 orang pengguna kemampuan dan juga sihir. Salah satu diantara mereka menginjak kepala Yuki, dan kemudian sang pemimpin mereka mulai memberikan pengumumannya.
"Kepada kalian, yang telah berusaha mengganggu kepentingan kami, tentu akan kami berikan balasan yang setimpal. Dan ini hanyalah contoh kecil dimana kalian semua akan menikmati pembantaian, dan juga hari ini... Kita sang 'Kebijaksanaan Agung' telah memberikan kalian hak untuk membantai seluruh orang yang ada disini, karena mereka tidak mengakui kekuatan kebijaksanaan. Karena mereka telah melecehkan kebijaksanaan, dan karena itulah kami tidak akan pernah diam! Kami akan bantai kalian semuanya, dan jadikanlah. Jadikanlah kota ini wahai para pengikutku, jadikanlah kota ini lautan darah.... dan saliblah para anggota Sewanin ini. Untuk memperingatkan mereka manusia-manusia hina yang hidup di dalam kota ini."
Sementara itu disisi lain kota, Kawasaki tengah berbelanja di konbini untuk dirinya memasak. Tetapi saat dirinya sedang memilih beberapa barang, suara ledakan terjadi beberapa kali dan bangunannya juga terkena dampak getaran bom tersebut, kemudian dirinya keluar dari konbini dan melihat beberapa bangunan pencakar langit yang mulai ambruk satu persatu.
Saat itu juga dirinya tahu, jika firasat memberitahunya untuk tidak kembali. Dirinya memutuskan untuk pergi dengan beberapa orang bersamanya untuk mencari tempat mengungsi. Dan sampailah dirinya pada sebuah bukit, bersama orang-orang yang ia temui sepanjang jalannya. Dan dirinya hanya bisa berdoa dan berharap agar teman-temannya tidak apa-apa.
—||—
Saotome yang berhasil masuk ke pintu rahasia menuju penjara bawah tanah, terus berlari memasuki lorong untuk menghampiri Azfar dan Eric. Tetapi tak kunjung menemui mereka, karena lorong yang cukup panjang dan jauh.
Sedangkan Azfar dan Eric sedang bercanda dan tidak begitu mengetahui apa yang terjadi di permukaan.
Jean yang pergi, sedang ada di luar kota. Jean seperti telah selesai berkumpul dengan mereka setelah memberikan pengarahan dan juga memberikan mereka acuan untuk bergerak dan mencari artefak kuno. Jean kemudian menuju ke kotanya... Entah mengapa sepanjang jalan, dirinya hanya melihat antrian mobil yang cukup banyak di satu arah, yaitu menjauh dari kota tempat Agensi berada.
Jean heran dengan pemandangan yang terjadi, sampai pada akhirnya dirinya tepat berada di batas kota, dai sejenak terhenyak dan berhenti melangkahkan kaki. Dalam ukuran waktu satu jam, kota itu telah porak poranda dan banyak darah dan juga mayat yang bergelimpangan, kebakaran di beberapa sisi dan juga tiang listrik yang miring dan ambruk, serta bangunan yang hancur dan ditinggalkan, gedung pencakar langit yang telah hancur. Semuanya serentak hancur, Jean memakai ilusinya untuk melindungi dirinya agar tidak diketahui keberadaannya.
Jean lebih terkejut ketika dirinya berada di dekat Kantor Agensinya yang telah rata, beberapa anggota telah disalib tinggi dengan pakaian yang lusuh, dia melihatnya hanya ada 3 orang.
'Sial, kemanakah Azfar dan juga Eric? Kenapa ini harus terjadi begitu cepat, sial. Hm... mereka tadi ada urusan dengan tahanan, mereka ada di bawah. Syukurlah, kalau begitu aku harus ada di tempat yang lebih baik dari sini, aku harus menjauh untuk sementara.
—||—
Di bawah permukaan,
Azfar dan Eric telah bertemu dengan Saotome, mereka kemudian bergegas ke permukaan...
Azfar terus memikirkan tentang Yuki dan juga Alice, sedangkan Eric memikirkan tentang teman lamanya yang kembali lagi dengan kekuatan yang aneh.
Akhirnya mereka sampai di pintu menuju permukaan, Azfar mendobrak pintu itu bersamaan dengan Eric. Satu, dua, tiga kali mereka mencoba sampai seterusnya. Kemudian Eric melenyapkan material yang menghalangi pintunya dengan kemampuannya 'melenyapkan apa yang mampu dilenyapkan'. Sejenak menunggu, Azfar membuka pintu rahasia tersebut dan berjalan dengan pelan disertai dengan gemetar di kakinya. Begitupula Eric dan Saotome, mereka gemetar dengan apa yang mereka lihat, tempat mereka sudah sepi tidak ada orang kecuali 3 orang yang disalib di hadapan mereka dengan salib yang cukup tinggi.
Azfar hanya mampu terdiam dan tertunduk di atas bebatuan, sedangkan Eric dan Saotome melepaskan mereka yang disalib lalu kemudian menutupi tubuh mereka dengan jasnya dan juga coatnya. Eric memeriksa tubuh mereka, Eric sedikit terkejut karena mereka masih hidup meskipun dalam kondisi yang tidak enak untuk dilihat.
Ketika Eric ingin memanggil Azfar untuk memberikannya kabar mereka masih hidup, sesuatu terjadi...
"Azfar, mereka masih hidup. Azfar, Azfar, Azfar..." Eric berteriak memanggil namanya beberapa kali sampai akhirnya Azfar menoleh ke arahnya dengan wajah yang lesu. Kemudian berdiri dan mulai berjalan lagi, tetapi sesuatu yang tidak diinginkan kembali menghampiri. Sebuah tombak meluncur dari kejauhan, dengan kecepatan yang luar biasa menuju ke arah yang tepat di jantung Azfar. Darah muncrat dan berhasil menembus badan seseorang, bukan Azfar. Akan tetapi tombak itu menembus tubuh Saotome. Azfar melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, Saotome tengah sekarat karena tombak yang mengenai jantungnya. Eric berteriak,
"Saotomeee—————"
"ah.., ah..., ah..., aaaahhhhhhh———————"
Ketika Eric berteriak akan kematian Saotome tombak kedua datang mengarah pada Azfar, tombak itu menuju tepat ke arah jantungnya. Eric lekas bergerak untuk melindungi Azfar meskipun dengan tubuhnya, Azfar hanya mampu melihat ke arahnya dengan tatapan kosong... Azfar tak mampu berbuat apa-apa serta berkata apa-apa. Dia hanya bisa melihat Jean yang berusaha melindunginya di depan matanya, dirinya tak mampu menyelamatkan Jean. Jean akhirnya terbunuh karena melindungi Azfar yang berlagak bodoh dan kehilangan kesadarannya. Azfar hanya mampu memperhatikan kata-kata yang Jean ucapkan. Pada saat dirinya memperhatikan kata-kata itu, kemampuannya kemudian berbicara padanya.
<
"Apa? Bergerak? Aku tidak bisa."
<< Kalau kau tidak bisa bergerak, pasang pertahanan untuk melindungi mereka.>>
"B-baiklah."
Azfar sudah mulai sedikit sadar, dia memasang kubah untuk menjaga mereka tidak terkena serangan tombak tersebut. Azfar berdiri, berteriak sekuat tenaga.
"... aaaaaahhhhhh——————"
"aahhhhhhhh——————— ....aaaahhhhhhh———————"
Langit yang cukup cerah mulai tenggelam dalam gelap, para bawahan sang pemimpin 'Kebijaksanaan Agung' yang tersisa menghampirinya, dan menyerangnya dengan tombak. Tetapi tombak itu lenyap ketika mendekatinya.
Azfar berteriak, membuat sekitarnya terkena dampak kemarahannya.... kemudian petir muncul dari awan yang gelap dan terkumpul di sekitar Azfar. Dan Azfar menggunakan petir itu untuk mendeteksi asal muasal tombak dan menyerangnya dengan petir tersebut, Azfar melontarkan tangannya dan petir keluar dari tangannya. Petir itu menuju ke arah penyerang itu dan menghanguskannya dan juga membuatnya mati seketika.
Azfar lepas kendali—
Jean seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dirinya benar-benar tidak akan pernah bisa menyerang orang yang terdekat dengan Azfar, begitulah dalam pikirannya saat mengamati kekuatan yang begitu dahsyat dan membuat sekujur tubuhnya menggigil ketakutan.
Ketika Azfar sedang lepas kendali itu, Yuki tersadar dan menggenggam tangan Azfar dari belakang.
Azfar mulai sedikit tenang.
"Tenanglah, Azfar—"
"Sudahlah, hentikan——"
Yuki berkata sambil menangis, keadaan Azfar sedikit mereka perlahan. Lalu Azfar menghadapkan dirinya pada Yuki, kemudian pingsan dan tertidur. Azfar yang jatuh diraih oleh Yuki dan meletakkan kepalanya di atas pahanya. Beberapa saat kemudian Jean menghampiri keduanya, dan melihat mereka mereka berdua bersama dengan dua mayat dan juga mereka yang pingsan.
Hari itu adalah hari yang mana tidak ingin begitu saja diingat oleh mereka, dan juga hari dimana tidak bisa dilupakan begitu saja. Mereka akan mengenal ini sebagai pengingat mereka, untuk lebih memperhatikan diri dan sekitar. Membuat diri mereka lebih terlatih.
Sedangkan para 'Kebijaksanaan Agung' sedang berada di perjalanan mereka menuju ke selatan. Apakah yang mereka cari sebenarnya?