Sebelum Azfar dan Sewanin diserang oleh 'Kebijaksanaan Agung.' Dalam waktu yang hampir bersamaan itu, Lee masih berada di kediamannya bersama dengan istrinya Emily. Mereka sedang membicarakan sebuah hal untuk masa depan mereka.
"Lee, bagaimana rencana kita kedepan?"
"Hm, rencanaku? Tentu pensiun lebih cepat, aku tidak ingin membuatmu khawatir dan selalu memikirkanku."
"Hm, entahlah sayangku. Aku tidak begitu mengerti akan hal-hal yang memperbolehkanmu untuk berhenti dan lain sebagainya. Ketika engkau berhenti pun, apa yang ingin engkau lakukan?"
"Tentu saja, aku ingin kita pindah ke negara asalku saja. Membangun rumah di pinggiran kota, membangun kedai kopi atau sesuatu untuk usaha. Dengan demikian, kehidupan kita akan terjamin dengan simpanan yang banyak."
"Hm, apa kau melupakan sesuatu?"
"Oh tentu saja tidak, aku tidak pernah melupakan itu. Untuk anak kita, kita akan sekolahkan dia di sekolah yang sama seperti saat aku seusianya. Dengan begitu, dia akan menemukan teman baru dan pengalaman baru bersama teman-temannya."
"Kau sangat memperhatikan tumbuh kembangnya ke depan bukan?"
"Tentu saja Emily, untuk anakku. Segala yang mampu aku lakukan untuknya, tentu akan aku lakukan. Jika itu bisa direncanakan, maka akan aku rencanakan dengan matang."
"Kau sangat ambisius. Aku sangat menyukai sikapmu yang seperti itu, sayangku."
Emily memeluk pergelangan tangan suaminya, sambil tangan kanannya memegangi perutnya. Meskipun perut itu masih kecil, tetapi pertanda akan kehamilan telah datang. Tentunya Lee sudah sadar, apa saja yang sekiranya dapat membahayakan keadaan istrinya dan juga kehamilannya.
Maka, Lee bertekad untuk tidak memberikan kabar yang membuat istrinya khawatir, dan juga Lee telah menghubungi kantor dan juga teman-temannya agar tidak terlalu menanyakan keadaannya.
Suasana antara mereka semakin intim, Lee membalas pelukan erat istrinya itu dengan mengelus kepalanya, dengan tangan kirinya. Mereka seperti kembali ke masa ketika mereka telah menikah ketika itu, pernikahan yang tak terlalu mewah. Pernikahan yang dihadiri oleh beberapa pihak keluarga, dan tentu saja teman-teman yang benar-benar masih ingat akan masa-masa ketika mereka bersekolah.
Mereka teringat kembali kenangan-kenangan yang selama ini telah mereka lalui, peristiwa, tragedi, dan juga anugerah di antara mereka dan sekeliling mereka. Semuanya terangkat ke permukaan, dan Lee hanya mampu tersenyum dan memejamkan matanya kemudian melihat ke arah istrinya. Emily kemudian sadar jika dilihat, dirinya membalas tatapan penuh arti dari Lee.
Tetapi di balik senyuman di antara mereka berdua yang penuh arti itu, selalu ada maksud dan pikiran lain yang menyeruak dalam diri mereka. Seperti saat inilah Lee selalu menyadari kedudukannya, bahkan Lee berencana untuk memberikan perlindungan pada istri beserta anaknya kelak. Jika pada akhirnya dirinya tidak mampu kembali kepada mereka. Meskipun seperti itu, Lee selalu saja memendam sebuah rencana-rencana besar yang tidak mampu dibayangkan oleh istrinya dan kedua temannya. Dirinya telah menyusun rencana untuk perpindahan itu, bahkan tanahnya telah siap untuk dibangun. Serta bangunan utamanya sedang tahap permulaan pembangunan.
Namun di balik rencananya yang sedemikian rupa, Lee selalu berharap agar dirinya tidak berpisah dengan Emily. Karena dirinya ingin sekali melihat anaknya tumbuh, karena itulah dirinya berharap akan ada selalu harapan untuk ditunjukkan dan diwariskan pada anak seseorang. Tentu saja, yang terbayang pertama kali dalam dirinya adalah anaknya sendiri. Maka dari itu, dia selalu berharap agar dirinya tidak berpisah dan terpisahkan oleh takdir.
Sedangkan Emily, dirinya menyimpan beberapa rahasia. Dibalik senyuman manisnya, dan matanya yang berbinar terang seakan terharu itu. Emily memiliki kemampuan memoria, kemampuan yang menguak pikiran dan juga menghubungi pikiran dengan telepati. Dia selalu berharap untuk meminta maaf pada suaminya, karena merahasiakan sesuatu seperti ini. Dirinya hanya tidak ingin Lee terlalu khawatir dengan keadaannya. Di samping itu, dirinya juga tahu seberapa berbahayanya situasi saat ini. Karena dirinya selalu tahu tentang rahasia Gate dan juga Lee, beserta situasi-situasi terkini. Bahkan dirinya sempat mengintip dalam isi kepala Robby, seseorang yang tentu sampai saat ini sangat misterius. Tetapi dirinya lebih memilih untuk merahasiakan ini, dan menyimpan semuanya sendiri.
Mereka larut dalam kebersamaan mereka, dan sejenak melupakan apa yang mereka rahasiakan diantara mereka, tetapi dalam sikap rahasia itu mereka selalu mempunyai kesamaan. Tidak ingin berpisah satu sama lain. Mereka selalu meluapkan perasaan mereka ketika bertemu, dan seakan jarak itu tidak lagi berlaku bagi keduanya. Karena bagi mereka, jarak bukanlah sebuah ujian. Jika sebelum mereka bertemu, mereka telah dipisahkan oleh jarak. Lantas jika jarak itu kembali ada, bukankah itu tidak layak untuk dikhawatirkan. Karena bagaimanapun engkau menjaganya, ketika itu bukan milikmu dia akan raib begitu saja.
—||—
Sejenak, beralih kepada Robby dan seorang pelayannya.
Di sebuah mansion, seseorang tengah berada di ruangan yang cukup besar dengan meja, kursi dan juga beberapa rak yang dipenuhi dengan buku-buku tebal. Meskipun begitu, para pelayan di rumah itu tidaklah mengerti arti tulisan yang ada di buku-buku itu, mereka seperti membaca sesuatu yang bukan untuk mereka baca. Kecuali seseorang, seseorang yang akan melahap itu semuanya. Seseorang yang akan mewakili Robby, dan akan bepergian bersama Robby kelak. Tetapi itu bukan didasari atas perasaan pertemanan, tetapi hanya sebagai alat. Karena dalam kamus yang Robby yakini, teman yang sesungguhnya hanyalah Azfar dan Lee, tetapi selain itu yang berada di dekatnya hanyalah alat untuk tujuannya.
Robby mulai menahkodai organisasi ini setelah peristiwa bom bunuh diri di Tokyo Tower. Robby mulai mempelajari ini dan itu, sihir dan juga berkemampuan. Kemampuan yang membuatnya superior diatas segala kemampuan lain. Itulah mengapa dirinya tidak akan pernah terluka, dan juga kemampuan ini dia dapatkan karena memberikan pengorbanan dan juga tujuan yang layak. Karena itulah, Robby dikenal memiliki bawahan yang cukup banyak dan memiliki jaringan-jaringan organisasi yang cukup banyak, selain itu juga Robby juga memimpin proyek baru untuk pembangunan markas bergerak mereka.
Robby memiliki 7 anak buah, yang kesemuaan dari mereka adalah pengguna kemampuan tingkat tinggi. Di samping kemampuan mereka yang berada di tingkatan teratas, mereka juga memiliki sihir, yang membuat mereka semakin jauh di atas angin. Bahkan 'Kebijaksanaan Agung' pun jauh dibawah mereka. Tetapi hanya ada seseorang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi dia memiliki potensi besar dengan sihir. Perempuan itulah yang pada akhirnya akan memiliki andil penting dalam Festival Rebirth ke 2, tentunya hanya mereka yang memiliki kekuatan sihir mumpuni yang mampu membangkitkan keberadaan Rebirth ke 2.
…
"Keturunan dari para penyihirlah yang mampu menyempurnakan Rebirth agar bisa menjamin dan memberikan perubahan besar pada manusia, serta mengabulkan keinginan yang sangat mustahil untuk manusia. Tetapi itu semuanya tidaklah begitu saja mudah untuk dilakukan sebagai prasyarat kemunculannya, dibutuhkan upacara Festival Rebirth, yakni 3 orang berkemampuan dan juga penyihir untuk membangkitkannya secara langsung, kemudian pengorbanan jantung dari 2 orang wanita kembar, dan juga semua itu bisa dilakukan dengan seorang utusan Rebirth itu sendiri. Yakni sang pemilik kemampuan 'mata yang melihat segalanya', keberadaannya adalah keharusan daripada salah satu dari bentuk pengorbanan itu."
Demikianlah penggalan kata-kata dalam sebuah buku yang dibaca oleh Naomi, dengan bimbingan Robby dalam perpustakaan pribadinya. Robby saat ini tengah memberikan pendidikan singkat untuk Naomi, dan menjadikannya anak didiknya. Tentu untuk suksesi rencana yang telah Robby susun sedemikian rupa, Robby juga telah membentuk kelompok elit yang terdiri dari para pengguna kemampuan tingkat tinggi yang dilengkapi dengan sihir bernama "Seven Wonder".
Kelompok ini bahkan telah menguasai benua Eropa, dan bahkan telah merembet ke bagian utara benua Afrika. Mereka menjadikan Eropa sebagai basis kekuatan mereka, sedangkan rekan mereka, 'Kebijaksanaan Agung' memilih untuk menguasai wilayah Asia yang tersisa.
"Tuan, mengapa kita membutuhkan Festival Rebirth ini?"
"Hm, mengapa? Tentu karena kita adalah orang-orang yang dikaruniai, maka Festival Rebirth adalah sebuah mimpi paling tinggi dari seluruh orang yang telah dikaruniai. Dan juga kemampuan-kemampuan ini adalah bentuk dari karunia yang telah Festival Rebirth berikan pada kita, Tentu sebagai manusia yang ada dalam golongan ini sudah sepatutnya untuk kita mengagungkan kebijaksanaan dan juga kesucian daripada Festival Rebirth. Tetapi muridku, karunia itu bisa juga menjadi petaka, dan juga bahkan memberikan sifat angkuh pada diri manusia. Oleh karena itulah, kami para pemuja Festival Rebirth membangun kekuatan untuk mengalahkan keangkuhan itu. Bahkan saat ini ada sekelompok kecil yang menyalahgunakan karunia yang telah diberikan oleh Festival Rebirth untuk melawan kesucian, kebijaksanaan, dan juga kesaktian daripada Festival Rebirth. Mereka disebut sebagai 'Sewanin' muridku, jika engkau bertemu salah satu diantara mereka. Bunuhlah tanpa berkata apa-apa, karena mereka adalah lawan yang bahkan tak ragu-ragu untuk membunuh siapapun yang ada dipihak kita."
"Hm, tuan... lalu bagaimana dengan kelompok PBB tuan? Bukankah, mereka hanya mengganggu urusan kita saja?"
"Tidak muridku, mereka sebetulnya adalah rekan kita yang paling setia. Kau tahu mengapa muridku?"
"Tidak tuanku..."
"Tentu saja, itu karena tujuan kita adalah sama... membangun kembali dunia dengan idealisme yang sama. Kau tahu saat dua kelompok yang asalnya berbeda tapi memiliki tujuan yang sama maka mereka bisa disebut dengan teman, karena hakikat pertemanan adalah kesamaan tujuan."
"Hm, baiklah... Aku akan terus belajar agar aku dapat membuat anda kagum dan juga dipercaya oleh anda."
"Baiklah, aku harap engkau dapat memenuhi ekspektasiku... karena saat aku benar-benar yakin. Dirimu akan aku berikan salah satu wilayah yang telah kita kuasai, teruslah berkembang selama beberapa bulan ini."
"Baiklah tuan."
Robby segera meninggalkan ruangan, menuju ke tempat dimana para bawahannya berada. Menyusuri lorong panjang ke bawah tanah dan membuka sebuah pintu yang menjadi pemberhentian lorong itu. Kemudian Robby duduk di sebuah kursi dengan peta konsep rencana yang telah disusun oleh salah satu bidaknya, Robby melihat peta konsep itu sejenak. Sesaat Robby memandangi peta konsep itu sambil mangut-mangut Robby memetik jarinya sebanyak tiga kali. Maka dengan serentak, ketujuh bidaknya datang menghadap padannya.
"Selamat Datang para bidakku yang setia ..., bagaimana hari-hari kalian?"
Robby memberikan salam pada mereka, kemudian berdiri, sedangkan para bidaknya membungkuk dihadapannya.
"Tentunya kami berada dalam kondisi yang sehat dan juga prima."
"Bagus, bagus jika begitu ..., lantas, apa yang selama ini kalian lakukan?"
"Kami hanya melatih kemampuan kami dan juga memberikan asupan pada kekuatan kami, yaitu pengorbanan manusia."
"Bagus jika begitu, kalian cukup mandiri sebagai bawahanku. Aku akan memberikan kalian balasan, dan aku ingin tahu apa keinginan kalian ..., pertama-tama dirimu, Agatha ..., apa yang engkau inginkan."
"Saya tidak menginginkan apapun tuanku, kecuali hanya ingin berguna bagi anda."
"oho ..., tidak-tidak begitu Agatha, engkau harus benar-benar memiliki keinginan ..., seperti hiburan, atau semacamnya... Nah, baiklah kalau begitu bagaimana denganmu Stuart ..., apa yang engkau inginkan?"
"Saya tidak menginginkan apapun, sekiranya saya bisa memberikan sedikit pengetahuan dan juga hasil penelitian saya pada anda itu sudah cukup tuanku."
"Hahaha ..., kau adalah kutu buku bukan? Stuart, aku harap engkau dapat berguna dengan seluruh pengetahuanmu, tetapi saat ini engkau butuh sesuatu seperti liburan. Jika begitu kau selanjutnya... apa yang kau inginkan."
"Tidak tuanku, selama aku dapat bersenang-senang, maka itu sudah lebih dari cukup."
"Oho iya aku selalu ingat sekarang ..., kau adalah Jhon Watson, pemilik kemampuan yang terdekat selalu terobati..., kau hanya butuh mengobati pikiranmu Watson. Selanjutnya kau Cristie ...,"
"Okay tuan, jika tuan berkenan... saya ingin berhenti menjadi pelayan anda ketika seluruh kepentingan ini telah usai..."
"Hm, baiklah jika begitu... kau mendapatkannya, tetapi ada satu hal ketika itu... kau tidak berhak melawan kehendak Rebirth seusai upacara ini berhasil. Bagaimana Cristie...?"
"Penawaran ini adalah yang terbaik, terima kasih tuan..."
"Akhirnya salah satu dari kalian mulai memahami apa yang aku maksudkan, bagus sekali ..., aku semakin menyukai kalian, sekarang giliranmu, Maya..."
"Baiklah, tuan ..., ketika urusan ini selesai, aku ingin menjadi seorang ibu..., dan tidak ingin lagi diganggu dengan urusan merepotkan seperti ini. Bagaimana tuan, apakah tuan berkenan?"
"Iya, tentu saja..., aku berkenan mengabulkan permintaanmu, disamping itu ..., ketika engkau melahirkan dua anak, maka salah satu diantara harus kamu serahkan padaku."
"Hm, yah..., walaupun cukup berat..., sepertinya memang harus diserahkan, tapi baiklah aku mengerti tuan."
"Hahaha... Kalian semuanya semakin menarik, dia menginginkan menjadi seorang ibu? Aku bahkan tidak bisa membayangkan tentangmu yang menjadi ibu. Tetapi bagus jika demikian, kau adalah bidakku yang paling lucu diantara semuanya... Nah, baiklah ..., sepertinya ini yang terakhir. Demian, utarakan keinginanmu..."
"Aku, tuan? Jika tuan berkenan, aku ingin memiliki sebuah negara dan juga memiliki beberapa saham di beberapa perusahaan yang telah kita kuasai. Itu saja..."
"Hm, itu saja? Kau hampir mirip sepertiku, selau saja menginginkan keuntungan ya, tetapi tenang saja. Permintaanmu itu akan aku urus nantinya..."
"Baiklah tuan terima kasih."
"Sama-sama, oke baiklah. Sekarang kita akan membahas tentang progres pembuatan markas bergerak kita, dan juga kali ini sepertinya kita juga akan mengadakan sedikit mengatur strategi untuk membahas tentang Agensi Sewanin... Bagaimana menurutmu Agatha tentang mereka?"
"Umm ..., menurutku mereka berhak untuk dibasmi, dan juga kita harus menyiksa mereka terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar mati. Aku sangat ingin menikmati teriakan-teriakan memelas mereka sesaat sebelum ajal mereka tiba, aku benar-benar tertarik dengan itu semuanya. Hahaha..."
"Nampaknya kau memang benar-benar tertarik —tetapi dalam arti lain. Oke kalau begitu, bagaimana dengan kalian. Apakah kalian mendapatkan beberapa informasi mengenai mereka? Jumlah serta kepentingan mereka? Karena aku penasaran dengan kemampuan mereka..."
"Oh, tuan aku menemukan beberapa informasi tentang mereka dan juga kemampuan-kemampuan mereka, serta latar belakang dari seluruh anggota mereka. Namun dari seluruh anggota mereka yang berjumlah 8 orang, hanya 2 orang yang tidak dapat dikenali. Yaitu pemimpin mereka dan seseorang dengan kemampuan mata."
"Hm, kemampuan mata? Sapakah ia? Kenapa dia bisa berada di barisan sana?"
"Aku tidak begitu mengerti tuan, akan tetapi ..., kemampuannya tidak bisa dianalisis, dirinya juga telah melumpuhkan kelompok fraksi ketiga yaitu 'Organisasi Putih'. Untuk sementara ini, 'Kebijaksanaan Agung' juga menyerbu Sewanin dan memporak-porandakan kota itu. Menurut info yang beredar, kota itu telah hancur sedangkan 2 anggota Sewanin dinyatakan telah tewas dalam serangan tersebut. Mereka juga telah menghancurkan beberapa kota dan juga melenyapkan segala bentuk perlawanan kepada 'Festival Rebirth'. Perlu diingat pada saat penyerangan ke Sewanin, sang pemilik kemampuan mata itu tidak ditemukan."
"Apa!? Tidak ditemukan, bagaimana bisa?"
"Bisa diperkirakan pada saat penyerangan itu, dia tengah berada dalam tugas tertentu. Tentu akibatnya penjagaan di Agensi Sewanin sendiri menjadi lemah. Demikianlah yang bisa saya sampaikan pada tuan."
"Jadi, sepertinya pergerakan Sewanin ini berpusat pada si pemilik kekuatan mata ya?"
"Lantas, bagaimana keadaan mereka saat ini?"
"Sang pemilik mata, dikabarkan tengah kehilangan kesadaran."
"Hm, perkembangan yang cukup bagus. Aku tidak sabar untuk mendengarkan kabar selanjutnya ..., baiklah, selanjutnya kita akan berbicara tentang rencana yang cukup merepotkan... Rencanya adalah 'menyiapkan Festival Rebirth ke 2' semuanya silahkan bubar!"