Chereads / Re:Birth : Greatest Despair / Chapter 3 - Sewanin and Others: Bagian Pertama.

Chapter 3 - Sewanin and Others: Bagian Pertama.

[Bagian 1]

Azfar masih berada di rumah sakit, untuk mengisi kebosanannya. Ia meminta kepada Yuki untuk membelikannya alat tulis dan juga buku. Azfar sesekali menuliskan beberapa bait puisi yang ia rangkai dalam kesendiriannya, kebosanannya sembari melihat ke arah jendela yang memperlihatkan lanskap sempurna kota.

Kali ini Azfar tidak menuliskan puisi, ia menuliskan beberapa hal mengenai kedua temannya, mengenai alasannya, dan juga tentang apa yang benar-benar ia inginkan dari bagian hidupnya, sebuah alasan untuk menyudahi apa yang telah ia mulai. Azfar seperti menuliskannya berharap penyesalan itu akan tertulis dan tersampaikan, dengan sebuah buku yang ia tulis ketika ia berada di rumah sakit. Ia memberikan judul yang cukup menarik di depannya. 'Penyesalan Orang Sakit' dia benar-benar menyesal, atau dia hanya ingin mengulangi kehidupannya kembali yang normal? Entahlah, Azfar terlalu sulit untuk ditebak. Terlalu banyak rahasia yang dimilikinya, hingga dirinya akhirnya kehilangan beberapa bagian hidupnya yang penting untuk meraih mimpinya. Tetapi saat dirinya menghabiskan waktunya selama mengajar Azfar mendapatkan sebuah makna baru dari hidup, itulah yang membuat Azfar perlahan berubah pikirannya. Bahkan lewat usaha kecil-kecilannya itu, ia mampu merubah beberapa orang disekitarnya menjadi lebih baik.

Itulah mengapa Azfar tidak terlalu memikirkan cita-cita yang meninggi, mampu bersaing dengan para tokoh luar negeri, berdebat untuk memperjuangkan. Karena dia tahu pada akhirnya dirinya juga akan mencampakkan, atau dicampakkan, oleh siapapun yang berada di singgasana kekuasaan diatasnya. Maka menjadi tokoh yang benar-benar ditakuti itu bukanlah menjadi penguasa, tetapi melemahkan penguasa. Itulah tokoh sejati, yang tak mampu dibayar dan digaji, dia pula tak khawatir kehilangan pengaruh karena orang-orang itu mengikutinya atas kehendaknya sendiri, bukan atas undangan kelompok. Jadi manakah yang lebih sakti? Tentu bukan seorang pemimpin dan tokoh yang seperti tadi.

Azfar menuliskan pada lembaran barunya, 'Hey, apa yang perlu sekiranya aku pahami dari kalian berdua? Apakah dalam hidup ini hanyalah untuk bersaing mencari yang terbaik dan menjadi yang terbaik? Akankah dengan menemukan yang terbaik, mengungkapkan keburukan orang lain, membenarkan perilaku orang lain, mengorek-orek isi pribadi orang lain, akankah itu semua adalah usaha untuk mencari yang terbaik yang dengan cara terbaik? Pasti yang kontra akan menolak itu dengan berbagai macam teori yang tidak akan aku pahami, bukan? Entahlah, kalian semuanya lebih pintar dariku, bahkan aku hanya berada di bawah kalian berdua, rankingku, seluruh hal-hal akademis, olahraga, aku berada dibawah kalian berdua. Tetapi itu bukanlah penghalang yang membuatku merasa iri ataupun berusaha merubah diriku agar mampu mengejar kalian berdua. Aku hanya harus mencari apa yang seharusnya aku lakukan dengan baik, melakukannya tanpa sebuah ambisi untuk menang, karena pada akhirnya aku hanya berakhir menjadi seorang pecundang yang mengobarkan semangat kemenangan pada mereka yang mengangguk bak robot yang lemah. Tetapi tidak itu yang aku inginkan, aku hanya ingin kalian semuanya dan orang-orang menjadi orang yang baik, aman, tak perlu mengurusi konflik yang tak penting diantara manusia. Mungkin untuk menghentikan itu kalian punya cara yang baik. Tetapi tidakkah cara yang selama ini kalian buat itu terlalu kejam? Tetapi bagiku itulah pilihan yang telah kalian buat, bahkan bagiku hal-hal yang kalian pilih itulah hal-hal terbaik yang mungkin akan menyelamatkan kita semuanya. Aku harap kita akan bertemu lagi.' Azfar menyudahi tulisannya, meletakkannya di atas rak serbaguna dan berbaring kembali ke atas ranjangnya. Dia beristirahat kembali dan larut dalam kantuknya.

Yuki datang kembali ke rumah sakit, kali ini ia tidak sendiri, ia bersama dengan Alice menjenguk Azfar. Karena Alice mendengar jika Azfar telah diberikan semacam kekuatan khusus, yang terletak di mata kirinya. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan dimana Azfar terbaring. Mereka berdua mendekati ranjang dan duduk di kursi yang telah ada disampingnya.

"Bagaimana Yuki, apakah engkau mendapatkan info darinya?"

"Tidak, sepanjang hari, dirinya hanya berbicara tentang 2 orang temannya. Dimana dia juga meminta padaku untuk membeli alat tulis untuk menulis, sepertinya dirinya menginginkan sesuatu dan menuliskannya. Mungkin seperti itu, tetapi aku tidak tahu sebenarnya apa yang diinginkan olehnya. Dirinya sangat menjaga privasinya."

"Hm, jadi begitu rupanya. Dia cukup ahli dalam menutupi jati dirinya, tetapi bagaimana dengan 2 orang temannya itu?"

"Oh, untuk 2 orang temannya. Dia sering menyebutnya sebagai Lee dan Robby, Lee berada di Amerika, dan Robby bekerja untuk seseorang. Itulah yang aku tangkap tentang mereka berdua dari cerita Azfar."

"Oh, jadi begitu. Dia cukup mengerti pekerjaan teman-temannya, engkau tahu dimana dirinya menyimpan buku itu?"

"Oh, aku tahu. Sebentar, akan aku ambilkan." Yuki berjalan menuju rak serbaguna dan mengambil buku yang dimaksud oleh Alice, dan menyerahkan buku itu padanya kemudian duduk kembali disampingnya, "ini buku yang ia pesan. Mungkin ia menuliskan sesuatu didalam itu, karena dari yang aku ketahui darinya adalah ia gemar menuliskan sesuatu."

"Hm, baguslah jika seperti itu, sebentar aku membacanya terlebih dahulu."

10 menit kemudian.

Saat Alice tiba di halaman sebelum Azfar menuliskan beberapa hal rahasia mengenai dirinya dan kedua temannya, Azfar terbangun. Alice secara spontan menutup buku tersebut dan memperhatikan Azfar sembari melemparkan bukunya kepada Yuki. Yuki tergagap.

Azfar duduk diatas ranjangnya itu dan mencoba menyapa mereka berdua.

"Oh, ada Yuki dan... siapa?"

"Oh, dia temanku, Alice. Dia dan aku bekerja di tempat yang sama, karena dia ada waktu luang aku mengajaknya untuk datang kemari menjengukmu. Sudah minum air hari ini?"

"Oh, Alice. Nama yang bagus, dia orang Jepang atau orang luar negeri juga?"

"Dia perpaduan antara orang Eropa dan Jepang, jadi bisa dikatakan asli Jepang."

"Oh, begitu ternyata. Salam kenal, namaku Azfar." Sembari mengarahkan tangannya untuk berjabat tangan beserta senyum diwajahnya.

"Iya, namaku Alice, salam kenal." sedikit ragu, Alice membalas jabat tangan dari Azfar dan membalas senyumnya.

"Yuki, aku ingin tahu tentang sesuatu. Apakah kamu mau menjawabnya?" Sambil melepaskan jabat tangannya dari Alice

"Hm, kiranya apa yang kamu ingin tahu?"

"Aku ingin tahu beberapa organisasi rahasia. Apakah bisa?"

"Eh, a..." Sebelum Yuki selesai berbicara, Alice menyela apa yang coba dikatakan oleh Yuki.

"Aku tahu beberapa!" Alice menjawab dengan penuh keyakinan, seperti anak muda labil di tokoh-tokoh kesukaannya. "Eh, tunggu... Aku pastikan sebentar, kenapa harus tiba-tiba?"

"Ini semua aku lakukan demi seorang temanku. Aku tidak punya alasan lain lagi, hanya itu."

"Hm, aku paham. Tapi baiklah jika memang seperti itu. Alice akan memberitahukannya padamu." Yuki mengisyaratkan jika Alice akan menjawab rasa penasaran Azfar. "Oke, aku serahkan padamu. Alice." Azfar mengalihkan pandangannya dari Yuki menuju pada Alice sembari tersenyum. Senyum yang penuh makna, makna yang mencoba memaksa Alice dengan lembut.

"Baiklah. Sekarang aku mulai dari perkumpulan 3 fraksi, dari yang aku tahu ada 3 fraksi organisasi gelap utama yang membawahi beberapa organisasi sedang dan kecil di seluruh dunia. Beberapa diantara mereka mempunyai beberapa kemampuan khusus yang cukup membuat beberapa petugas biasa tidak mampu mengatasi mereka. Menurut kabar yang beredar, mereka mendapatkan kemampuan khusus tersebut dikarenakan peristiwa Gate, yaitu dengan cara menukarkan sisi kemanusiaan mereka dan menjadi alat untuk Gate itu sendiri. Aku tidak tahu pastinya, karena menurutku itu masih dalam tahap dugaan sementara, dan akhirnya PBB mencoba menanggulangi krisis tersebut dengan mendirikan Badan Organisasi Baru yang bernama Badan Operasi Khusus yang menyelidiki, dan mengatasi kasus-kasus yang misterius. 3 Organisasi utama yang aku katakan tadi itu memiliki perlindungan dari 3 keturunan penyihir. Yang telah bergerak di beberapa bidang di dunia. Maka dari itu 3 fraksi organisasi itu tidak mampu ditangani oleh orang-orang biasa. Untuk kami sendiri, mengapa mengetahui informasi ini adalah karena kami..." Alice mendadak menghentikan keterangannya, seperti meminta persetujuan pada Yuki untuk melanjutkan keterangannya.

"Iya karena apa?" Azfar dengan polosnya membuat Alice semakin takut untuk melanjutkan.

"Karena... kami..." Alice masih gagu, dan tiba-tiba Yuki menyeletuk.

"Karena kami ini adalah satuan bawah tanah yang mengatasi tindakan kriminal orang berkemampuan khusus. Yang diketuai sendiri oleh Alice." Yuki melanjutkan.

"Hm, oh. Jadi kalian bekerja di bidang yang sangat berbahaya ya?"

"Iya, kami bekerja dibagian yang sangat susah dan tidak begitu menguntungkan kami." Alice menanggapi pertanyaan Azfar.

"Hm, Kalau begitu Alice, apa kemampuan khususmu?"

"Aku hanya mempunyai sihir,aku tidak punya kemampuan khusus seperti itu. Jika kamu bertanya tentang kemampuan khusus Yuki memilikinya..." sambil melihat ke arah Yuki, dan sontak membuatnya terkejut.

"Apa, aku? aku masih awam, tidak tahu menahu tentang hal-hal seperti itu."

"Ah, dia ini memang tidak selalu jujur dengan keahliannya, kau harus mempercayai ini. Dia memiliki kemampuan 'memotong setiap hal yang mampu dipotong'."

"Hm, kemampuan memotong setiap hal yang mampu dipotong? Cukup unik, bukankah hal itu akan mempermudah kalian dalam menghentikan para pengguna kemampuan khusus tersebut?"

"Benar, jika menurut logika kita bisa memenangkan seluruh pertempuran, akan tetapi ada beberapa pengecualian. Pertama, anggota kita yang sedikit. Kedua, terbatasnya anggota kita yang berada di setiap daerah basis mereka. Jadi ketika kita melakukan penyerangan, mereka akan menyerbu kita dengan mudah dan membalikkan keadaan."

"Oh, jadi kalian sedang mengalami krisis. Cukup berat ternyata."

"Iya, aku dengar, dirimu memiliki kemampuan khusus yang berada di mata, apakah aku salah mendengarnya?"

"Oh, tentang ini. Ya, benar sekali. Aku mempunyai mata ini, mata yang mampu melihat segala hal yang ingin aku lihat. Aku berhasil mengetahuinya setelah beberapa waktu lalu aku bermimpi dan kemampuan ini seolah membicarakan sesuatu tentang tujuannya, dan tentang segala hal yang menjadi alasannya berada didunia ini." Azfar menjelaskan kondisi matanya.

"Hm, cukup menarik. Kemampuan yang memiliki kesadarannya sendiri. Kalau kamu bisa membuat sebuah kelompok, kamu bisa mengatasi organisasi-organisasi gelap itu dengan menyusun penyerangan dan strategi. Karena keahlian matamu itu, pastinya kau akan menjadi daya tarik bagi salah satu fraksi organisasi gelap untuk memperoleh pengaruh yang lebih besar diantara mereka." Alice memperlihatkan ketertarikannya dengan mata yang dimiliki oleh Azfar.

"Hm, jadi begitu." Azfar menjawab perasaan ketertarikan itu dengan datar.

"Itu berarti. Keadaanmu di rumah sakit ini sudah diawasi dan mungkin sebentar lagi, kau akan dibawa salah satu dari mereka. Jadi waspadalah. Lagipula, segel yang terpasang di pintu itu tidak mampu menahan para kemampuan khusus. Jadi engkau akan mudah dibawa oleh mereka, kecuali..." Alice menghentikan sejenak pesannya... Karena penasaran Azfar pun menanyainya,

"Hm, kecuali?"

"Kecuali engkau melawan mereka dan mengalahkan mereka." Alice melanjutkan pesannya yang terpotong...

"Apa?" Azfar Terlihat mempertanyakan sebuah kondisi dimana dirinya dikepung oleh salah astu dari 3 anggota fraksi organisasi gelap berkemampuan khusus, bukankah Azfar ingin sesuatu yang lebih jelas. Karena tidak mungkin dirinya menghadapinya dengan kondisi awam seperti itu.

"Iya, kau harus mengalahkan mereka, dan aku ingin tahu alasan pastinya saat kau bertanya tentang organisasi gelap, apakah salah seorang temanmu ada disana?"

"Salah satu diantara kedua temanku ada di Organisasi Gelap, dan temanku yang lain berada di Badan Organisasi Khusus. Dan aku ingin menghentikan mereka sebisaku, bahkan dengan mataku ini. Aku telah memikirkan cara yang paling efektif dan menentukan hasil akhir dari pertempuran mereka dan titik temu mereka dimana."

"Hm, kau bisa melakukan hal semacam itu? Menarik..." Alice hanya tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya, "Yuki malam ini kau bersiaga di belakang rumah sakit, kita akan membantu Azfar jika sekiranya malam ini dia akan bertemu para penculiknya itu, dan juga hapus mantra di pintu itu. Pemborosan." Alice pergi terlebih dahulu dengan membawa buku yang Azfar tulis.

"Ah, baiklah. Azfar aku pamit terlebih dahulu, sampai jumpa di waktu yang akan datang." Yuki membuat sebuah mantra dan muncul beberapa garis-garis aneh di pintu dan menghilang, lalu Yuki pun menghilang ditelan pintu yang tertutup. Azfar sendirian.

Azfar mulai menyusun sebuah rencana untuk menyambut mereka malam ini.

—||—

Malam tiba, Azfar tengah bersiap-siap untuk menghadapi mereka. Lorong menuju ke ruangan Azfar telah gelap, suster yang bertugas berkeliling pun sudah menuju ke posnya. Beberapa orang penjaga yang didepan dimantrai agar merasakan rasa kantuk, kemudian para penyusup yang terdiri dari 3 orang yang salah satu diantara mereka memiliki perawakan besar, dan seorang lelaki normal, serta seorang wanita, yang pergi ke ruangan dimana Azfar berada. Azfar telah menyadari bahaya ini dan mempersiapkan segala kemungkian di ruangannya, dan tentu saja beberapa provokasi agar mereka mengikutinya.

"Edward, cepat kemana arah kita berlari!"

"Tenanglah, Tuan Scott. Sebentar lagi kita akan berpesta dengan seseorang, ke sebelah kanan! ada tangga naik 2 lantai. Ke kamar 405, target ada disana. Bagaimana kondisi di sekitar kita, Nona Dunya?"

"Hm, dari data pengamatanku. 20 meter dari pusat kita tidak ada pengguna kemampuan dan juga penyihir kecuali kita dan target."

"Baiklah, keahlian radar memang sangat berguna. Baiklah, sepertinya kita harus menjadi petugas pengiriman barang ekspres."

Mereka bertiga berlari ke tempat dimana Azfar telah bersiap menghadapi mereka, Azfar telah mengetahui keberadaan mereka dengan matanya yang memberitahukannya, Azfar hanya menyiapkan beberapa cara agar mereka keluar mengikutinya dari rumah sakit. Mereka tiba, Azfar berdiri menyandarkan bahunya ke dinding, "Selamat datang para pengunjung, ingin minum teh sebentar?"

"Hm, tidak perlu. Maaf jika kami harus berkata demikian, dan menolak tawaranmu akan tetapi kami telah menerima surat untuk membawamu pergi dari tempat ini. Jadi kami harus memaksamu pergi dengan sukarela atau paksaan." seorang lelaki yang berperawakan normal itu menjawab sambutan Azfar pada mereka.

"Hm, tunggu-tunggu, jangan gegabah. Aku tidak suka dengan cara-cara yang berbau kekerasan, tolong duduk dan berbicara dengan baik." Azfar mencoba membujuk.

"hey, Ed, jangan terlalu lunak. Cepat kita lumpuhkan orang ini. Aku duluan." Scott berlari ke arah Azfar dan mencoba menangkapnya, tetapi Azfar menghindarinya dan memegang kerahnya dari belakang, Scott kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjun bebas dari jendela rumah sakit yang cukup besar, dan jatuh ke atas tanah yang sedikit berpasir. Seperti tempat pembangunan sebuah gedung baru. Azfar berada di atasnya, ia melompat sesaat sebelum Scott benar-benar terjun ke atas tanah.

Scott terdiam. Mungkin pingsan.

Dua orang yang tersisa mengikuti Azfar, sedangkan Scott yang terjerembab tengah berusaha bangkit untuk menyusul mengejar Azfar. Edward mengeluarkan pistol, sambil berlari dirinya bersiap menembaki Azfar dengan menarik pelatuknya. Satu dua tembakan diluncurkan.

"Duar... duar... duar..." suara tembakan mengikuti gerakan Azfar yang menghindari peluru yang dilesatkan dari moncong pistolnya, kemudian Azfar berlari sekencang-kencangnya sejauh mungkin dari mereka yang mengejar Azfar, menuju ke tempat dimana Azfar mampu menemukan Yuki.

"Mataku, lihatlah potensi kemenangan kita kali ini, dan tolong perlihatkan dimana Yuki dan arahkan aku dengan kata-kata yang dapa aku mengerti."

<>

"Baiklah, kita kesana." Azfar kemudian berlari kembali secepat mungkin yang ia bisa, sesuai dengan apa yang diarahkan oleh matanya. Sedangkan 2 orang juga mengikutinya, Edward hanya memberikan sinyal pada Scott untuk bangun dan berlari, karena dialah yang paling cepat diantara mereka bertiga, Scott mulai menyusul dan pelan-pelan mendahului Ed dan Dunya."

Sementara itu Yuki dengan kemampuannya, dia menyembunyikan keberadaannya dan hawa kehadirannya, tetapi dia mampu merasakan orang-orang yang berlari menuju ke arahnya.

Suara tembakan sayup-sayup terdengar oleh Yuki yang telah bersiap memegang pedangnya.

Ketika suara itu semakin medekat, Yuki semakin erat memegang gagang pedangnya, sementara itu Scott telah semakin dekat dengan Azfar yang beberapa saat juga sampai dimana Yuki berada.

Mata kiri Azfar memberikan peringatan untuk menghindari serangan dan melompat ke bawah.

<< Tuan bersiap untuk menghindari serangan dan melompat dan diam di atas tanah dengan menelungkupkan badan.>>

"Baiklah, aku mengerti." Azfar memberikan kode jika dirinya memahami, dengan cepat Azfar meloncat dan menelungkupkan diri di atas tanah, sedangkan Yuki tengah mengeluarkan pedangnya, dan secara cepat pedang itu memotong secara horizontal segala hal yang ada di depannya termasuk

dengan Scott kebetulan berada di wilayah serang pedang itu. Scott secara langsung badannnya terpotong menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas dan bawah, darah berceceran. Scott secara otomatis tewas secara mengenaskan. Sementara itu, Edward dan Dunya yang berada di belakang, setelah melihat bagaimana Scott tumbang. Mereka berdua memutuskan untuk lari untuk menghindari pertempuran lanjutan yang tidak diinginkan, dan itu semua terjadi setelah melihat daya serang dan kekuatan pedang itu. Dan hasil akhir dari mayat temannya itulah yang membuat mereka berdua memilih untuk mencari aman.

"Baiklah Nona Dunya, sepertinya cukup sampai disini, kita harus kembali. Ke tempat yang aman, karena akan sangat berbahaya bila bertemu dengan pengguna kemampuan yang mempunyai rank S sedangkan kita berada di tingkatan B, itu cukup menyedihkan. Lebih baik kita tunda operasi ini."

"Baiklah Tuan Ed, sepertinya memang harus seperti itu. Kita harus sayang nyawa kita agar lebih berguna." Ed memberikan arahan, selaku pemimpin operasi ini, dia juga harus melaporkan apa yang terjadi kepada atasan. Tentang kematian rekan mereka dan juga apa yang mereka hadapi. "Ayo, kita harus cepat-cepat mencari tempat aman." Ed melanjutkan.

"Baiklah."

Dunya dan Edward kabur menghindari pertempuran yang tidak dihendaki, karena misi mereka hanyalah membawa Azfar pergi dari rumah sakit dan memaksanya untuk ikut ke sana. Akan tetapi digagalkan oleh seseorang yang mereka kenal sebagai si Pemotong Kasar. Julukan yang aneh, itulah mengapa para pengguna kemampuan yang bersifat rendah hanya bisa menghindari pengguna kemampuan yang bersifat merusak seperti kelas S.

Azfar yang berada di atas tanah dalam posisi telungkupnya, mulai bangun dan menyadari jika dirinya telah kotor oleh bercak-bercak darah yang cukup banyak. Azfar mulai menciumi sekujur dada sampai lengannya, ia mulai merasakan bau darah yang amat menyengat dari pakaiannya.

"Hey, nampaknya aku harus membersihkan diriku. Ini sangat menjengkelkan. Yuki bisakah aku menuju kantormu?" Azfar memohon kepada Yuki untuk mengantarnya ke kantor Yui dan Alice.

"Hahaha.. tentu, ayo cepat. Ini karena jalanan cukup sepi, kau tak perlu khawatir dilihat oleh orang lain." Yuki memberikan tangapan tentang bau darahnya yang membuat tak begitu nyaman.

"Dan sepertinya aku harus menghubungi temanku, aku mohon pinjamkanlah teleponmu." Azfar memohon untuk meminjamkan telepon genggam Yuki.

"Baiklah, jika mau mau menghubunginya dia juga suda berpesan, jika ingin menghubunginya lakukanlah sekarang sekarang. Ini dia..." Yuki melemparkan teleponnya sembari berjalan ke kantor.

Azfar yang berada dibelakang Yuki, dirinya melihat telepon itu terbang bebas secara memutar. Azfar mencoba meraihnya dengan kemampuannya.

"Hap, kena.. baiklah. Sekarang waktunya..." Azfar mulai mencari kontak bernama Lee. Dan menekan tombol Panggil.

"Halo Yuki, ada apa?" I-Lee menjawab telepon.

"Oh, Lee. Ini aku, Azfar temanmu, aku sudah sehat sekarang."

"Wah, ada apa kau memanggilku saat ini? Ini mau pagi tahu!?"

"Hahaha... maaf, saat ini aku ingin memberitahukan padamu tentang biaya perawatanku."

"Oh, tenanglah jangan khawatir. Si Perfeksionis itu pasti akan membayarnya, biarkan aku saja yang mengingatkannya."

"Oh, baiklah jika begitu. Apakah kau ada dana? Aku membutuhkan pakaianku, dan juga sedikit masalah disini."

"Oh, tak masalah. Aku sudah membuatkanmu kartu kredit, dan juga isinya. Tenanglah, aku pasti akan mempersiapkannya, dan juga saat ini maaf aku juga menyuruh mereka mengurusi kepindahan kewarganegaraanmu. Kau menjadi warga Jepang, selamat."

"Apa? Kok bisa?"

"Hahaha.. nikmatilah saat-saatmu disana. Kabari aku 4 sampai 8 bulan lagi. Aku tutup panggilanmu, semoga beruntung."

"Yah, ditutup. Ya sudahlah jika seperti itu." Azfar menyimpan telepon itu di sakunya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan.

—||—

Edward dan Dunya, sampai di suatu tempat yang dekat dengan rel kereta api. Edward menghubungi seseorang sembari berjalan.

"Halo, operasi gagal. Dia telah ditemukan oleh Sewanin, dan Scott mati ditempat."

"Kalian bertemu dengan siapa?"

"si Pemotong Kasar."

"Bagaimana bisa?"

"Sepertinya Sewanin terlebih dahulu menghampirinya dan mengundangnya kepada mereka."

"Oh, jadi seperti itu. Baiklah, kalian bisa bernapas lega jika gagal karena ini bukan seperti yang bisa kalian hadapi sendirian."

"Baiklah, kita akan secepatnya menuju markas." Edward menutup telepon, mencari Dunya disampingnya yang tanpa sepengetahuannya, Dunya telah terbunuh dengan kepala terpotong di belakangnya. Edward hanya bisa melotot karena terkejut atas apa yang dilihatnya. Seakan-akan apa yang dilihatnya ini bukanlah sebuah kenyataan. "Tidak! —Tidak mungkin!!!"

"Hahaha..." suara tawa memekik di belakangnya, Edward hanya bisa berharap jika dirinya tidak terbunuh. Dia tidak mengetahui sesuatu apapun, melainkan suara yang didapatinya dari arah kegelapan.

"Hey, bagaimana bisa kau gagal mengambil sebuah harta karun bagi kita?"

"Kau tahu bukan, jika seseorang mengalami kegagalan pasti akan ada sesuatu yang akan mereka terima, seperti hukuman dan hadiah, bukankah keduanya itu memiliki sifat yang sama. Tetapi tidak di pihak yang sama. Apakah engkau sepakat Ed yang mulia?"

"I-iya..." Edward hanya bisa menjawabnya dengan gagu... Karena dirinya tidak mampu berbuat sesuatu seperti melawan dengan kemampuannya atau senjatanya. Karena itulah dia hanya bisa gemetar ketakutan menghadapi sesuatu yang gelap. Bahkan lebih gelap dari kegelapan itu sendiri.

"Baiklah, jika dirimu tahu bahwa hadiah dan hukuman itu adalah sesuatu yang sama, itu artinya kau tetap memiliki nilai sebagai manusia yang hidup. Jika tidak..." suara itu meninggi. "Engkau akan berakhir sama seperti teman.. — eits, onggokan daging segar disana. Baiklah, aku tinggalkan dirimu disini, Ed. Aku berharap sesuatu darimu." Suara itu menghilang... menghilang secara misterius, dan meninggalkan ketakutan traumatik bagi diri Ed, dan ketika Ed hanya mampu berdiam di tempat seorang wanita menghampirinya. Dunya masih hidup.

Ed masuk ke dalam dunia ilusi seseorang, seseorang yang mampu membunuh setiap orang dengan singkat, tapi dengan sedikit kecemasan, Ed melihat ke arah Dunya dan memeluknya dengan erat. "Dunya, jangan pernah tinggalkan aku, jangan sampai..." Edward menitikkan air matanya. Ilusi yang sangat kuat, sementara itu. Dunya hanya bisa pasrah ketika Ed tiba-tiba memeluknya pertanda kekhawatiran padanya, dengan menerimanya dan hanya bisa mengusap rambut Ed yang basah oleh keringat dingin akibat ilusi kuat yang menghantuinya.

—||—

Yuki membuka pintu sebuah kantor dimana dirinya dan Alice berada.

Azfar melakukan hal yang sama.

Dirinya masuk ke sebuah kantor kecil yang berisi beberapa orang, sedangkan seseorang yang ia lihat sebelumnya berada di kursi dan meja yang paling menonjol. Sedang 3 orang lainnya berada di sofa yang sedikit tua, saat aku sedang melihat-lihat beberapa orang disana, suara Alice telah menyambutku dari kursi besar itu.

"Oh, selamat datang di Kantor Pusat Sewanin. Kami disini adalah agensi yang menghentikan segala operasional organisasi gelap di beberapa tempat, terutama di negara ini. Perkenalkanlah, yang duduk disana silahkan mengenalkan diri."

"Yo." Mereka menjawabnya.

[Azfar P.O.V]

"Baiklah, namaku Eric Stanford, kemampuanku adalah 'melenyapkan apa yang mampu dilenyapkan' adalah pengintaian. Bertugas di biro penyelidikan bersama dengan Saotome, yang berada di sampingku." Seseorang yang muda dan tampan, tak perlu waktu lama baginya untuk akrab dengan semuanya, bahkan dia mampu memanipulasi pikiran lawan bicaranya, tentu lawan bicaranya memiliki level yang rendah darinya. Aku nampaknya harus waspada dengan perkataannya.

"Namaku Saotome, kemampuanku adalah 'mendengarkan apa yang seharusnya tidak terdengar' bertugas di wilayah yang sama dengannya, salam kenal." Jika ini, nampaknya wanita yang mengejar seorang pangeran didekatnya tetapi tak kunjung mendapatkan perhatiannya, kasihan sekali.

"Baiklah, namaku Eldart Wolfgang Amiri, kemampuanku adalah 'bertahan dimana seharusnya tidak bertahan'. Bergerak di biro hubungan masyarakat, dan memburu beberapa pengguna kemampuan liar yang berada di sekitar sini. Salam kenal." Dia sepertinya seseorang yang bijak, sepertinya aku juga harus memberikan kesan jika aku harus menghargainya seperti dirinya menghargai orang lain.

"Baiklah namaku Azfar, keahlianku adalah 'melihat segala sesuatu yang perlu dilihat', memperkirakan pergerakan efektif, jalur pelarian, rencana penangkapan, dan merangkai informasi sehingga mencapai hipotesis yang akan melahirkan fakta tujuan seseorang. Misalkan Saotome yang mengejar sampai sekarang, tetapi orang yang disampingnya tidak peka." Aku berkata terlalu banyak.

"Hey apa-apaan itu?" Saotome membentakku, gengsi seperti tidak ingin diriku melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat darinya.

"hm, hahaha... cukup menarik, 'melihat segala sesuatu yang perlu dilihat' kemampuan yang tentunya akan mengkhawatirkan berbagai pihak, bahkan kemampuannya mungkin bisa mendeteksi bahaya dan langkah-langkah menghindarinya, apakah bisa seperti itu nak?" Wolfgang mempertanyakan kemampuanku.

"Tentu, karena aku telah menguji cobanya saat aku dihampiri oleh 3 orang yang berkemampuan. Untungnya aku bertemu dengan Yuki, jika tidak, mungkin aku sudah dibawa oleh mereka bertiga."

"Hm, penuturan yang sangat menarik. Alice, silahkan tunjukkan minatmu, aku sangat bahagia bila seseorang sepertinya masuk ke agensi kita. Dan tentu akan membantu kita dalam tujuan membasmi seluruh orang berkemampuan khusus di dunia ini."

"Santailah, ada 1 orang lagi yang akan menghampirimu Azfar... Hey cepatlah muncul jangan bersembunyi di ilusimu."

"Oh, dia yang bersembunyi di belakangku? Aku heran mengapa orang sepertinya menyembunyikan dirinya sendiri."

"Oh, dia berhasil menemukanku, sial..." seseorang muncul secara mengejutkan, di belakangku, meskipun aku melihatnya secara samar, dia telah muncul sebagai seseorang yang lebih nyata. "Baiklah, namaku Jean Paul Leipzig, kemampuanku adalah 'bersembunyi dibalik persembunyian sejati'. salam kenal, penglihatan sempurna."

"Baiklah, Azfar. Aku beri tahu satu hal untukmu, di dunia ini banyak sekali pengguna kemampuan seperti kita, tetapi rata-rata mereka memiliki kemampuan rendah adalah B, A dan S, serta SS dan SS+ itu berada di level yang berbeda. Untuk sekarang, pengguna kemampuan berlevel S dan SS adalah 30% dari total pengguna kemampuan yang ada. Dan agensi ini mempunyai 2 orang yang memiliki kemampuan berlevel SS yaitu Yuki dan Jean, sedangkan mereka bertiga berada di peringkat S. Sedangkan kemampuanmu menurut informan kami, itu berada di level SS+ dan tentunya itu akan menjadi daya tarik bagi kelompok manapun, bahkan 3 fraksi organisasi gelap pun akan saling berebut memanfaatkan kemampuanmu. Jadi, jika dirimu bergerak sendirian pasti itu akan berbahaya. Maka lebih baik..." Alice terhenti ketika aku menyela pembicaraan yang jelas-jelas mengarah kesitu.

"...aku bergabung dengan kalian dan membantu kalian membasmi para pengguna kemampuan yang lainnya, bagaimana?" aku melanjutkan perkataannya seperti apa yang telah aku lihat dari mataku.

"Baiklah jika engkau sudah paham tentu ini akan menjadi lebih mudah, jadi apa jawabanmu?"

"Oke kalau begitu, aku akan mencoba berusaha untuk menjadi anggota kalian. Memberikan perncanaan, memastikan gagal atau tidaknya sebuah penyerbuan, mempersiapkan strategi dan juga rekrutmen anggota baru. Bagaimana?"

"Rekrutmen anggota baru? Bukankah itu terlalu berlebihan? Atau kau punya pandangan lain?"

"Tentu, karena saat kita pergi atau menjalankan tugas dengan anggota yang sedikit ini, tentu ini akan sangat menyedihkan, bahkan surat-surat dan permintaan orang-orang terkait dan penting akan jadi masalah karena kesibukan kita, oleh karena itulah dibutuhkan staff untuk mengurus dokumen-dokumen penting, seperti pekerja magang mungkin?"

"Hm, idemu menarik. Sepertinya kita akan mencoba itu, lalu apa lagi?"

"Kau tahu, kita perlu anggota berkemampuan yang mempunyai level A dan SS sekitar 1 dan/atau 2. Untuk progres rencana pembasmian yang sudah aku susun, bahkan tanpa rank SS pun ketika kita menyerbu, kita mampu meraih kemenangan tanpa khawatir terjadinya kegagalan." aku memastikan segala kemungkinan dengan cepat menggunakan mataku, dan melihat celah dari harapan mereka terhadapku. jadi dengan mudah aku memanipulasi perkataan omong kosong ini.

"Apa yang membuatmu menjadi semakin mengerikan seperti ini? Baiklah jika begitu, aku serahkan semuanya pada kalian, Agensi Sewanin ayo kita beraksi." Alice berdiri dari tempat duduknya dan meneriakkan kata-kata semangat untuk anggotanya.

"Tapi tunggu, aku akan membeli beberapa pakaian dan juga membersihkan diriku."

"Kamar mandi ada di sebelah sana, lalu kamarmu untuk mengambil pakaianmu ada di sebelah sana, jangan khawatir, kamar mandi dan kamarmu berada di satu arah." Alice memberikan arahan dengan telunjukknya.

Aku akhirnya pergi meninggalkan ruang pertemuan menuju ke kamar mandi, dan sebelum benar-benar ke kamar mandi aku mengecek sebuah ruangan yang akan aku gunakan untuk mencatat setiap kejadian dan setiap hal yang akan aku alami.