Budayakan menekan tombol bintang sebagai tanda apresiasi kalian pada penulis. Terima kasih.
***
Unedited
"Dasar pria brengsek. Bedebah. Bajingan, tidak berperasaan—,"
Alex hanya menatap datar wanita cantik yang ada di depannya ini. Sama sekali tidak merasakan apa-apa atas ucapan, atau makiannya. Ha, makiannya itu sudah biasa ia dengar. Bukan hanya wanita ini saja yang sudah pernah memakinya. Banyak yang sudah duluan melakukannya. Bahkan ia pernah mendengar yang lebih buruk lagi dari apa yang diucapkan wanita satu malamnya ini.
"Kamu sudah selesai? Kalau sudah, pintunya ada di sebelah sana." Sahutnya seenaknya sembari membersihkan telinganya dengan jari tanpa memperdulikan raut wajah Emeli, Erika, atau Erina yang kini sudah merah padam.
Persetan dengan namanya.
"F*ck you!" Teriak wanita itu.
Alex menghembuskan nafas berat. Amukan dan reaksi seperti ini sudah ia perkirakan. Setiap wanita yang melakukan one-night-stand dengannya, reaksi mereka selalu sama dengan apa yang Erina tunjukan sekarang. "Just go, Erina." Ujarnya lemah.
Serius? Apa yang mereka pikirkan? Demi Tuhan, ia melakukan ini, cinta satu malam, bukan karena menyukai mereka dan ingin menjalin hubungan dengan mereka. Tak ada pria yang mencari pasangan hidupnya dengan melakukan cinta satu malam. Cinta satu malam bagi para pria itu hanya untuk memuaskan nafsu keinginan mereka. Dan hanya wanita bodoh dan naif yang berkhayal kalau cinta satu malam akan berujung bahagia.
Tolong jangan salahkan Alex. Ini murni karena ia pria seutuhnya. Kami para pria memiliki kebutuhan. Dan wanita bisa membantu kami memenuhi kebutuhan itu.
"Kamu... Kamu.. Dasar pria tidak tahu diri. Brengsek. Sialan. Nama aku bukan Erina tapi Amanda. Amanda.." Amanda menjelaskan namanya dengan penuh penekanan.
"Ya, Erina, Manda. Terserah kamu saja. Dan ku katakan sekali lagi, jika kamu sudah selesai tolong tinggalkan kamar ini. Terima kasih. Kamu tidak begitu buruk semalam." Alex tersenyum nakal saat mengingat kejadian semalam.
Ya, menurutnya Amanda tidak begitu buruk. Wanita itu sepertinya meninggalkan bekas cakaran di punggung Alex. Jika diberi nilai, angka delapan adalah nilai yang bisa diberi Alex untuk performa wanita itu. Oh, dan Alex tidak menyesal bertemu dengan Amanda di kelab semalam.
"Brengsek. Amanda. Namaku Amanda." Teriak Amanda menjelaskan namanya sekali lagi kemudian mengangkat jari tengahnya dan meninggalkan Alex sendirian di kamar hotel.
Alex menggelengkan kepala akan tingkah perempuan itu. Sungguh ironis. Setiap wanita yang melakukan one-night-stand dengannya selalu berpikir bahwa hubungan mereka bukan hanya sekedar cinta satu malam saja.
Maaf saja, tapi ia bukan tipe pria yang percaya dengan namanya cinta. Hanya pria bodoh yang percaya dengan hal seperti itu. Dan sudah pasti dia tidak termasuk dalam kategori itu.
Wanita juga mendekatinya karena ada alasannya. Selain dianugerahi wajah yang tampan, postur tubuh yang atletis, ia juga dianugerahi Tuhan dengan otak yang cerdas.
Yup, otak ini membawanya menjadi salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Waktu perusahan Ayah bangkrut, keluarga Alex sangat terpukul. Hal itu membuat Ibu yang sosoknya sangat menyanyangi keluarganya berubah menjadi sosok Ibu yang tidak ia kenal. Ibunya meninggalkan ia dan Ayah seorant diri karena tidak ingin hidupnya berakhir di jalanan.
Sialan. Wanita seperti itu tidak layak menjadi seorang ibu. Batin Alex. Mengingat itu membuat ia marah, kecewa dan sedih.
Cinta hanya membawa luka dan sakit. Lebih baik ia tidak merasakan namanya cinta jika cinta itu bisa membuat orang terluka seperti ini.
Kepergian wanita itu membuat ayah jatuh sakit. Alex yang dulu kerjanya hanya tau hura-hura, bersenang-senang menikmati dan menghabiskan uang dari orangtuanya, akhirnya turun tangan membantu ayah.
Alex belajar dengan keras. Ia yang semula ingin menjadi fotografer harus melepaskan mimpinya untuk membantu perusahan Ayah.
Untung saja Ide-ide yang keluar dari kepalanya tidak begitu buruk hingga bisa membantu kebangkitan perusahan keluarganya. Perusahan yang dulunya fokus di bidang tekstil dan furnitur merambah luas ke bidang elektronik. Semua jerih payah dan usaha keras akhirnya membuahkan hasil.
Perusahan ayah bangkit lagi dan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Alex berani bertaruh bahwa wanita itu pasti menyesal begitu mengetahui bahwa perusahan ayah tak lagi bangkrut.
Dan sudah pasti alasan para wanita mendekatinya karena dirinya memiliki semuanya. Sayang sekali ia tidak pernah merasakan sesuatu atas mereka. Sampai sekarang, ia tidak pernah bertemu dengan wanita yang tidak memiliki motif begitu mendengar namanya.