Chereads / My Boss, My Husband [MBMH] / Chapter 6 - Bab 4 part 2

Chapter 6 - Bab 4 part 2

Unedited

"Lo kenapa lil? Kok ngelamun gitu gue perhatiin?" Suara Rina menarik Delilah kembali ke dunia nyata.

Rina menyadari kurangnya ke ikut sertaan Delilah dalam pembicaraan mereka. Temannya itu nampak sedang memikirkan sesuatu.

"Bener tuh. Lo kenapa diem aja dari tadi? Mikirin sesuatu?" Seru Dea.

"Lagi mikir kerjaan aja. Biasa si bos. Lo berdua tau kan, gimana atas gue itu." kilah Delilah berbohong.

Gila saja jika ia menjawab "Oh, enggak. Gue lagi mikirin pak Alex. Dia gak ada angin gak ada hujan ngajakin gue nikah. Itu doang."

Delilah bisa membayangkan reaksi yang akan ditunjukan Rina dan Dea jika mendengar Pak Alex mengajaknya menikah. Mereka pasti akan menertawakannya. Bagi mereka, seorang Alexander Williams, salah satu pengusaha ternama di Indonesia tidak mungkin akan mengajak seorang Delilah Valencia, sekretarisnya, menikah. Hal itu sangat mustahil.

Impossible.

"Lo beruntung banget, Lil. Bisa kerja langsung sama Bos kita. Gue, natap muka Pak Alex sedetik aja udah bersyukur banget itu. Apalagi tiap hari ngomong sama dia. Di suruh lembur pun gue mau. Kok bisa ya, ada pria setampan dia? Suaranya, ughhh." Ekspresi Dea membuat Delilah menggelengkan kepala.

Sungguh ironis.

"Ahh, gue lebih milih pak Rafael, temenya bos kita itu. Udah ganteng, baik juga. Sayang dia udah ada yang punya." Muka Rina dibuat seperti sedang patah hati saat membicarakan idolanya.

"Dasar kalian. Kerjaannya cuma mikirin cowok mulu." Delilah tertawa miris dalam hati. Kalau saja mereka tahu.

Rina dan Dea juga merupakan salah satu karyawan Williams Enterprise. Dea di bagian resepsionis dan Rina di bagian Arsip.

Ya, tak bisa dipungkiri Alexander Williams adalah pria yang sangat tampan. Delilah juga punya mata. Dengan wajah dan bentuk tubuh yang layaknya sudah seperti seorang model, ia yakin bahwa penggemar Alex bukan hanya Dea dan Rina saja.

Hitung saja sudah berapa banyak wanita yang dipacari dan dibuat sakit hati oleh atasannya itu. Ia bahkan tidak yakin jika bosnya itu pernah serius dalam berpacaran.

Menjadi sekretaris Alexander Williams tidaklah membuat Delilah mengenal baik atasannya itu. Pembawaan pria itu sangat tertutup dan dingin. Delilah bahkan tidak pernah melihatnya tersenyum. Raut wajahnya selalu sama. Datar.

Jadi ketika ia melihat pak Alex yang sama sekali jarang memperlihatkan emosinya terlihat begitu putus asa tadi, sontak ia terkejut. Dan entah kenapa hatinya melembut dan menjadi sedikit tidak tega.

Tapi belum sehari saja ia menyutujui ajakan gila bosnya itu, Delilah mulai merasa menyesal.

Sumpah, kalau bukan mendengar Pak Williams senior sedang sakit keras, dibayar berapun ia tidak akan mau diajak  menikah oleh Pak Alex.

Delilah berharap bahwa apa yang terjadi di siang hari ini hanya imajinasi atau khayalannya  saja.

Atau mungkin hanya mimpi. Mimpi yang sangat aneh dan sangat tidak menyenangkan.

Atau kalau bukan mimpi, ia sangat, sangat sekali berharap bahwa pak Alex dalam keadaan tidak sadar atau mabuk ketika mengajaknya menikah tadi.