"Ehem." Lu Yichen batuk dengan canggung dan perlahan melangkah mundur. Wajahnya memerah.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya.
Mu Xiaoxiao menggelengkan kepalanya."Aku tidak apa-apa. Kita akan kemana sekarang? "
"Apa kau ada ide ?"
Mu Xiaoxiao berpikir sejenak dan tersenyum padanya. "Aturan nomor satu saat membolos adalah jangan berkeliaran di dekat sekolah, atau kau akan mati kalau guru melihatmu."
Lu Yichen terkekeh melihat ekspresi lucunya dan berkata, "Kau terlihat sangat berpengalaman dalam hal membolos. Ayo pergi ke halte bus dulu sebelum kita memutuskan ke mana kita akan pergi," usulnya.
"Baiklah," jawab Mu Xiaoxiao yang tadinya berjalan tanpa arah.
"Lewat sini."
"Oh, oke !" Wajahnya memerah dan dia berbalik dengan cepat untuk mengikutinya.
Halte bus tidak terlalu jauh dan hanya ada beberapa orang disana. Mu Xiaoxiao merasa pengalaman baru ini sangat menyenangkan dan dia melihat-lihat papan informasi bus.
"Apakah kamu sudah memutuskan kau mau pergi kemana?" Lu Yichen bertanya lagi. Meskipun dia sudah punya ide, tapi ia masih meminta pendapat gadis itu.
Mu Xiaoxiao menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu mau kemana, bagaimana menurutmu? Aku tidak masalah kemanapun kita akan pergi, jadi terserah kau saja"
Dia sudah belajar di Amerika sejak SMP. Meskipun dia kembali ke Cina sesekali, dia belum hapal dengan lingkungan di sini.
"Mau pergi ke tempat main bowling? Aku tahu tempat yang bagus," katanya.
"Mauuuu!" Mu Xiaoxiao mengangguk setuju.
Lalu, sebuah bus tiba. Lu Yichen mengisyaratkan pada Mu Xiaoxiao untuk naik bus itu, dan Lu Yichen sudah menebak kalau dia mungkin tidak punya uang untuk membayar ongkos, jadi dia membayarkan ongkos Mu Xiaoxiao dengan uang tunai dan membayar ongkosnya menggunakan kartu bus miliknya.
"Ayo," katanya. Dia mengikutinya di belakang, lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu dan bertanya, "Apa kau sama sekali tidak pernah naik bus umum?"
"Tentu saja pernah!" Mu Xiaoxiao berseru. Setelah menaiki tangga bus, dia mengangkat kepalanya dan melirik suasana dalam bus. "Tapi tidak ada tempat duduk kosong yang tersisa. Ayo," katanya dengan muram.
Sebenarnya tadi dia berbohong. Meski dia pernah naik bus di Amerika, ia belum pernah sekalipun naik bus di Cina. Di sana, mereka tidak akan menaikkan penumpang lagi kalau semua kursi telah terisi.
Melihat bahwa dia benar-benar ingin turun dari bus, Lu Yichen tertawa kaget dan buru-buru menghentikannya. "Jangan turun. Bus yang berikutnya pasti akan penuh juga dan tidak akan ada kursi kosong."
Meskipun semua kursi sudah terisi, masih ada banyak ruang untuk penumpang berdiri.
"Terus, bagaimana dengan kita?" Sopir itu menatap Mu Xiaoxiao, dia pun bergegas menaiki tangga dan bus mulai bergerak. Mu Xiaoxiao terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan.
"Pegang ini supaya kau tidak jatuh," katanya sambil menuntun Xiaoxiao ke bagian belakang bus dekat pintu sehingga dia bisa berpegangan pada sebuah tiang.
Dia berdiri di anak tangga yang lebih pendek karena agak sulit untuk Mu Xiaoxiao berpegangan pada pegangan tangan yang tergantung di bus.
Lu Yichen sudah menduga kalau dia belum pernah naik bus umum. Jadi, dia berdiri di depannya untuk mengawasinya supaya dia tidak jatuh.
Mu Xiaoxiao mengangkat matanya diam-diam dan mengamati wajahnya yang tampan. Jarak di antara mereka cukup dekat, mengingatkannya pada drama romantis yang pernah ia tonton, di mana pemain pria dan wanita juga akan memiliki adegan mesra yang sama saat di bus.
------
Di sisi lain kota. Ketika Mu Xiaoxiao sedang membolos.
Di Kelas 2S, suasananya sangat mencekam. terutama bagi sang guru karena ia merasa sangat tidak nyaman sepanjang jam pelajaran itu. Akhirnya bel tanda kelas telah berakhir pun berbunyi, guru menyeka keringatnya dan mengumumkan dengan tergesa-gesa, "Kelas sudah selesai!"
Dia kemudian berjalan meninggalkan kelas dengan cepat. Semua orang di kelas bisa merasakan ketegangan yang memancar dari Yin Shaojie. Wajahnya menunjukan amarah. Tidak ada yang berani mendekatinya.