Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 58 - Membuka Tirai Tanpa Sengaja

Chapter 58 - Membuka Tirai Tanpa Sengaja

" Aq tidak akan membiarkan ini. Aq tidak bisa tinggal diam melihat mereka memojokkan q." Rene berkata penuh emosi kepada Tika dan Tiwi. " Lalu kau mau apa? Apa kau akan meminta Bulan untuk menjauhi Darius sekarang? Kau tidak mungkin berpura-pura menyapa mereka saat ini. Hampir semua mata tertuju pada mu." Tika cemas memikirkan kemungkinan ceroboh yang akan dilakukan Rene. " Tidak, aq tidak akan bodoh kali ini. Aq hanya menunggu waktu yang tepat. Orang yang harus bertanggungjawab atas ini semua..Karena dialah aq menanggung rasa malu ini. Aq harus membongkar semuanya.." Rene menggertakkan giginya menahan gelombang kegusaran yang ia tahan demi menunggu kemunculan sang aktor di belakang ini semua. Yaa..dia yakin orang itu akan hadir saat ini. Karena dia tau..orang itu tidak akan mungkin bertahan lebih lama lagi dari sekarang.

Sementara itu.. kehadiran sosok tampan tinggi dengan membawa bouquet mawar biru menarik perhatian beberapa orang yang lalu lalang di sekitarnya. Mereka berkasak-kusuk karena mereka mengenali sosoknya..dan mulai bertanya-tanya dan menghubung-hubungkan dengan adegan tepat di seberang sosok pria itu. Mereka berfikir sesuatu akan segera terjadi di sini. Sebentar lagi.

Kehadirannya pun tertangkap sudut mata Sonya, yang dengan seketika berubah mematung.

" Yaaa..kau ini ada apa? Apa yang kau lihat?" Dina mengikuti arah pandangan Sonya. Dan ia pun tiba-tiba menunjukkan reaksi yang mirip dengan Sonya. Namun Dina lebih terlihat menahan kekesalannya yang muncul tiba-tiba. Menyadari perunahan mood kedua temannya, Bulan pun tampak penasaran. " Kalian berdua kenapa? Kenapa tiba-tiba diam?" Sonya menarik Bulan ke arahnya dan menunjuk kearah pria yang selama ini telah memperhatikan gerak-gerik mereka. Tidak kalah terkejut, Bulan menahan nafas nya..mengapa ia harus muncul dan muncul lagi?

Leo.. melangkahkan kakinya perlahan dan menetapkan pandangan matanya pada Bulan. Kekasih yang telah ia khianati..terlalu baik jika ia mengingat bagaimana Bulan selalu menempatkan dirinya dalam prioritas. Memberikan segala perhatian untuk dirinya..bahkan saat wisuda, Bulan bersedia membagi perhatian di sela tugasnya dalam peliputan. Tetapi terkadang perhatian yang tulus itu tidak akan dihargai sampai kau pergi dari sisinya. Sampai dia menyadari ada ruang kosong di hatinya dan membuatnya seperti kehilangan kendali. Namun sesal itu tiada guna. Dalam usaha-usaha terakhirnya ia pun sepenuhnya sadar..keadaan tidak mungkin ia kembalikan. Waktu yang sudah berjalan tidak mungkin diputar ulang kembali. Tetapi saat ini Leo merasa..setidaknya dengan menemui Bulan..memberikan perhatiannya yang terlambat ini akan menutup sedikit rasa penyesalannya.

Leo, " Selamat atas wisudanya, Bulan." Sembari memberikan bouquet bunga mawar birunya kepada Bulan.

Bulan yang merasa enggan untuk menanggapinya namun demi sopan santun ia pun dengan setengah hati menerima bouquet nya dan segera mengangsurkannya pada Sonya, " Terimakasih, Leo. Sebenarnya kau tidak perlu repot-repot." Bulan mengatakannya dengan nada datar.

Semua terdiam, terasa sekali bahwa yang dikatakan Bulan sebenarnya adalah penolakan terhadap apapun yang Leo lakukan untuknya. Karena semua sudah terlanjur basi.

Leo, " Dengar, Bulan..aq tau kau tidak menginginkan kehadiran q lagi dalam setiap tahapan hidup mu. Aq pahami itu. Tetapi aq pun tersiksa di sini dengan segala sakit hati yang kau rasakan. Aq tau aq lah penyebabnya. Maka izinkan aq untuk memperbaiki luka-luka itu."

Bulan, " Kau tidak seistimewa itu, Leo. Pergilah."

Leo, " Tolaklah aq sekuat yang kau bisa, karena q tidak peduli lagi."

Bulan, " Leo, kau tidak dapat memaksa q lagi. Sudah cukup q berikan hati q untuk mu dulu. Kau tidak dapat menjaganya dengan baik, maka sudahlah..kau pun telah mendapatkan hati yang baru..yang telah kau pilih saat masih bersama q. Maka pergilah bersamanya. Jangan mengganggu q lagi. Kau sudah tidak punya tempat di sini."

Darius yang sedari tadi memperhatikan mereka akhirnya benar-benar memahami apa yang terjadi. Siapa yang sebenarnya masih mengaitkan lengannya bukan lah Bulan.. Sebersit perasaan hangat muncul di dalam benak Darius. Bahwa Leo lah yang selama ini mengikuti Bulan..Bukan sebaliknya.

Darius, " Leo..sudahlah..kali ini dengarkan dan hargai keinginan Bulan. Dia tidak ingin kembali kepadamu."

Leo, " Darius, aq tau kau mengambil kesempatan ini. Tetapi kau tidak mengenal Bulan sedalam aq."

Darius, " Kau merasa mengenalnya? Lalu mengapa kau malah menggores kan luka itu?"

Leo, " Bulan..aq akan memperbaikinya. Beri aq kesempatan walau hanya sedikit!"

Darius, " Leo..cukup"

Dan di saat situasi mulai dikendalikan oleh ego masing-masing..mereka dikejutkan oleh kehadiran sosok wanita yang menahan amarahnya demi menyaksikan adegan itu.

" Leo! Kau keterlaluan! Kau datang kemari untuk wanita bodoh itu? Buka mata mu, Leo, dia tidak pantas untuk mu." Julia secara tiba-tiba datang dan menambah panas situasi. Leo yang sangat terkejut oleh kemunculannya secara tiba-tiba tampak kehabisan kata-kata.

Leo, " Julia, sedang apa kau di sini?"

Julia, " Kau pikir aq bodoh? Tidak mungkin aq percaya saat kau bilang akan menemui klien di luar kantor. Aq tau hari ini wisuda nya. Aq tau kau sering mencari informasi tentang nya. Apa yang kau harapkan dari nya, Leo! Kau anggap apa aq ini?"

Dengan amarah yang bercampur dengan rasa pahit kekecewaan yang ia telan seiring waktu melihat Leo sering mencari alasan demi menutupi segala usahanya mencari jalannya kembali mendekati Bulan, wanita yang selama ini menjadi bagian dalam setiap mimpi buruknya. Julia menahan tangannya yang mulai gemetar karena menahan amarah yang sedari tadi ia tahan saat melihat Leo yang tidak dapat mengalihkan pandangannya atas Bulan.. Bahkan persaingan ini tetap berlanjut walau Leo sudah jatuh ke dalam pelukannya dan Bulan pun tidak melakukan apa-apa sama sekali. Hatinya tetap tidak menemukan kebahagiaan itu.

Dina dan Sonya..yang sedari tadi merasakan lidah mereka yang kaku, hanya mampu untuk saling melempar kan pandangan sebagai komunikasi terbaik yang dapat mereka lakukan saat ini. Sedangkan Bulan sudah hampir menarik Darius untuk segera beranjak dari situ.

" Kalian, jangan pergi..Kita harus meluruskan sesuatu, sekarang. "....