Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 63 - Pulang Dan Memulai Lagi

Chapter 63 - Pulang Dan Memulai Lagi

Sudah 2 hari sejak kepulangan Bulan kembali ke kota nya. Hari ke 3, Bulan akan mulai mengambil alih operasional boutique kecil yang sudah dipersiapkan orangtua nya. Boutique yang khusus menyediakan fashion wanita yang mengambil tema dekorasi retro..

Bulan merencanakan untuk menambah kesan retro nya di beberapa bagian sisi nya. Mulai dari mengganti nuansa wallpaper, lukisan pop art, beberapa ornamen retro, etalase depan, tata ruang dan pencahayaan. Semua mengikuti seleranya saat itu. Ia terlihat sangat antusias dan bersemangat..ia bersyukur karena dapat memulai semua dengan baik di sini. Bulan memiliki 3 asisten yang ia pekerjakan di boutique nya. Dan semua sudah paham dengan tugasnya masing-masing. Bulan hanya tinggal memberikan sentuhannya agar semua berjalan sesuai dengan karakternya.

Setelah mengurusi semua laporan keluar masuk barang, laporan keuangan, dan sebagainya, Bulan mengagendakan untuk setiap bulan hunting keperluan stok barang. Dan ia sangat menikmati kesibukannya kali ini. Setiap pagi, beberapa pesan singkat dari Darius, yang berisikan kalimat-kalimat sederhana namun sangat manis..dan beberapa pesan dari Dina dan Sonya. Berbagai kericuhan lucu di group tim surat kabar kampus, dan Dhany yang saat ini tengah memulai penugasan baru nya di kota Bulan. Semua tampak begitu mengambil alih seluruh perhatian Bulan.

Tinggg..Ponselnya kembali berdenting menandakan pesan singkat masuk.

💌Darius, " Morning, my princess..mw ke mana aja pagi ini?"

💌Bulan, " Morning..hari ini ngecek boutique aja siy. Minggu depan rencana ke ibu kota, ngisi stock barang."

💌Darius, " Nice..jaga kondisi kalo gitu. Gak boleh terlalu capek."

💌Bulan, " Thanks..you too"

Darius memandangi isi pesan Bulan. Beberapa saat kemudian jemarinya kembali menari mengetikkan kalimat-kalimat untaian isi hatinya untuk sang rembulan. Namun ia hapus lagi untuk kesekian kalinya. Ia tau..Bulan berhak mendapatkan lebih dari sekedar untaian kata-kata mesranya. Ia tersadar..akan sulit membangun dinding cintanya bersama Bulan jika ada jarak membentang. Ia mulai memahami alasan Bulan untuk tidak menerimanya selama ini. Ia paham sekarang..sungguh dia akan meletakkan Bulan dalam situasi yang tidak mengenakkan jika ia memaksa Bulan menerima cintanya. Sedangkan jarak memisahkan, ditambah lagi hati Bulan yang masih rapuh untuk bertahan untuk cinta manapun saat ini. Sekali lagi..Darius merasa takdir tidak bersahabat dengannya. Ia tidak mampu mendampingi Bulan lebih lama lagi. Dan itu akan menciptakan ruang kosong di antara mereka. Siapapun bisa masuk. Darius menunduk, memandangi kopi pahit di hadapannya. Seketika..ia merasa harapan ini tidak akan mampu ia raih. Apakah q harus mulai mencoba melupakannya? Merelakan posisi q saat ini yang telah cukup mendapatkan ruang di hati nya? Ataukah mundur teratur adalah pilihan yang terbaik saat ini? Aq tidak bisa berada di dekatnya di saat dia membutuhkan seseorang di sampingnya. Tetapi aq tidak mungkin melepaskannya begitu saja.

Darius menekan tanggannya pada permukaan meja..merasa kesal karena tengah dilanda kebimbangan yang sangat jarang terjadi. Ia tidak mampu memahami hatinya sendiri saat ini. Tetap majukah atau harus mundur, dengan segala konsekwensinya. Jauh di benaknya..ia tau bahwa langkah selanjutnya yang ia pilih akan membawa perubahan arah jalan hidupnya. Bagaimanapun..ini pilihan..yang tidak akan menunggunya lama.

Siang itu di kota tempat tinggal Bulan..sangat dekat dengan pantai. Hawa angin laut sangat terasa. Penduduknya tidak terlalu padat, tetapi cukup ramai. Hanya ada segelintir toserba besar dan beberapa francise makanan terkenal di pusat kota nya. Tetapi kota kecil ini sedang menggeliat. Pembangunan perumahan dan pertokoan kecil-kecil terlihat di mana-mana. Kota kecil yang masih bersih dan mudah di atur..

Bulan tengah memeriksa beberapa laporan keluar masuk barang saat pintu boutique terbuka diikuti suara dentingan lonceng kecil yang diatur berbunyi setiap kali pintu terbuka.

Seorang pria tinggi memakai stelan jas biru donker dengan kemeja biru pastel berdiri di dekat pintu masuk. Dengan tatapan matanya yang dalam dan tampilannya yang sangat maskulin membuat semua asisten Bulan terdiam. Namun hanya dari sekilas tatapan mata pria itu yang memandang penuh arti pada Bulan, mereka langsung mengerti, pria tinggi itu pasti pria istimewa.

Bulan yang masih terbenam dalam perhatiannya pada laporan-laporan di hadapannya tidak menyadari perubahan situasi di sekelilingnya. Ia terkejut saat tiba-tiba menyadari seorang pria memukau yang berdiri di hadapannya.

" Oh, Dhany..sejak kapan kau di sini. Yaa..kenapa kalian diam saja?" Bulan melempar pandangan pada ke tiga asisten nya yang saling bertukar pandang kebingungan.

" Kemarilah, silahkan duduk di sini, Dhany. Maaf, aq tidak memperhatikan sekitar q, aq sedang memeriksa laporan barang."

"Lanjutkanlah, aq tidak terburu-buru." Dhany duduk di shofa warna off white di bawah cermin tidak jauh dari kursi Bulan. Aroma Vanilla tipis memenuhi ruangan. Membuat siapapun menjadi rilex dan memperbaiki mood. Lagu-lagu boyband tahun 90an diperdengarkan sesuai selera Bulan. Yaa..Dhany mengerti..tentu saja ini semua mengikuti selera nya. Dan tidak seberapa lama kemudian Bulan telah selesai.

"Dhany, ada apa ke mari?" Bulan bertanya sembari merapikan lembaran-lembaran laporan.

" Ayo, makan siang bersama q. Aq belum seberapa hafal daerah sini." Dhany mengajak Bulan.

" Baiklah, kau ingin makan apa? Chinese food atau lokalan saja?' Bulan mendekati Dhany dan duduk di sebelahnya. " Aq ingin mencoba menu lokalan bersamamu. Apa kau tidak apa-apa pergi sebentar?" Dhany melempar pandangan pada para asisten Bulan. " Oh..mereka sudah biasa jalan tanpa q. Desi, Fia, Fifi, saya tinggal sebentar ya.." Bulan berjalan ke arah pintu diikuti Dhany. " Baik, Bu." ke tiga asistenya bersamaan menjawab. Saling melempar pandangan satu sama lainya sembari tersenyum penuh arti. Mereka memang penasaran dengan bos baru mereka, terutama dengan siapa kah ia menitipkan hati.